Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Remaja Terbaru "That Girl is mine" ~ 01

Akhirnya bisa posting cerita baru disini lagi juga, tepatnya Cerpen remaja That Girl is mine, secara belakangan selain waktu buat nulis gak ada, ide juga sama sekali gak maumampir. Efek trouble yang keseringan kali ya. #CurcolDetect. Nah, cerpen yang satu ini rencananya adalah cerpen penganti dari cerpen You're my girl yang udah mendekati ending. Happy reading...

Cerpen That Girl is mine
Cerpen That Girl is mine
Dengan tanpa ragu Airi melangkah masuk. Mengedarkan pandangan meyapu seisi kelas yang kini menatapnya asing. Wajar saja, Airi masuk tanpa permisi. Main terobos ke tempat yang jelas jelas bukan kelasnya.

"Disini siapa yang namanya Io?" tanya Airi.

Seisi kelas saling pandang. Tidak mengerti kenapa cewek tidak di kenal tersebut mencari rekan sekelas mereka. Terlebih pertanyaan itu tidak di lemparkan pada seseorang secara spesifik. Namun begitu, sosok yang kebetulan duduk tepat di depan Airi tak urung menjawab sembari tangannya menunjuk kearah meja di pojokan.

"Itu orangnya."

"Ma kasih," balas Airi setengah hati, tanpa menoleh ia segera melangkah menghampiri sosok yang di tunjuk yang kebetulan kini juga sedang menatapnya heran. Secara kenal juga enggak.

"Elo yang namanya Io?" tanya Airi mencoba memastikan.

"Iya, gue. Loe siapa ya? Kok nyariin gue?" sosok yang bernama Io balik bertanya. Suasana kelas dengan sendirinya hening. Masing - masing merasa tertarik dengan maksut kedatangan Airi kekelasnya.

"Jadi elo, cowok jelek yang udah bikin temen gue nangis," geram Airi. Suasana yang awalnya hening mendadak terdengar bisik bisik lirih.

Io yang tidak menyangka akan di bentak begitu tentu merasa tidak terima. Terlebih Airi main labrak tanpa ia tau duduk permasalahannya. Temennya siapa juga ia nggak tau. Namun belum sempat ia membalas, muncul lagi seseorang dengan napas ngos ngosan yang kini menghampiri. Kiara, mantan pacarnya yang baru ia putuskan tadi malam.

"Airi, apaan sih. Udah donk, ayo kita balik," ajak Kiara kearah Airi.

Melihat kemunculan mantannya, terlebih gadis itu berbicara pada gadis yang baru saja melabraknya tanpa berani menoleh sedikitpun kearah Io, menimbulkan pemahaman baru. Apa mungkin yang di maksud temannya itu 'Kiara'?

"Loe diem aja!" bentak Airi kearah Kiara. Kemudian ia menoleh kearah Io, pada saat bersamaan pria itu justru malah sedang tertawa mengejek.

"Oh, jadi loe kesini karena nggak terima temen loe gue putusin?" tanya Io kearah Airi tanpa merasa bersalah sama sekali. "Ya gimana lagi donk, gue udah bosen sama dia. Ya gue putusin aja," sambung pria itu angkat bahu. Ucapan yang langsung ia sesali 5 detik kemudian ketika tanpa di duga kakinya terasa berdenyut nyeri karena di injak dengan kuat oleh Airi. Bahkan gadis itu sengaja mengerahkan tenaga ketika melakukan hal itu. Seolah belum cukup, tubuhnya di dorong dengan keras hingga ia jatuh terduduk di bangkunya. Matanya menatap geram kearah Airi yang kini juga sedang menatapnya tajam.

"Loe bilang apa barusan, loe putusin dia cuma karena udah bosen?" tanya Airi lirih tapi cukup untuk membuat merinding orang yang mendengarnya. Terlebih Io, yang tidak menyangka akan bertemu dengan gadis seperti itu. "Loe udah bosen hidup ya?!" sambung Airi dengan penuh penekanan. Sementara Io hanya mampu menelan ludahnya yang mendadak terasa pahit.

"Gue..." lagi lagi Io menelan ludah. Seumur hidup ia tidak akan pernah menduga kalau seorang cewek bisa mengintimidasinya sampai seperti itu. Tapi ia tidak bercanda, tatapan tajam Airi memang cukup menyeramkan.

"APA!" bentak Airi lagi. Mengabaikan perhatian dari seisi kelas yang kini menganggap kalau tindakannya menarik. "Masih mending temen gue mau sama loe. Dasar cowok jelek, udah pendek, item, bau, dekil. Sok sokan kegantengan. Kelaut aja loe sono."

Hinaan Airi tak urung membuat tawa seisi kelas terdengar. Diiringi tatapan takjub akan keberaniannya. Baru kali ini mereka melihat ada cewek seberani itu. Bahkan Io benar benar di buat tak berkutik.

"Berani berurusan lagi sama temen gue, beneran gue abisin loe," ancam Airi. Baru kemudian ia menoleh kearah Kiara yang hanya menunduk malu. "Ngapain loe mendunduk gitu. Malu - maluin gue. Masih mending kalau mantan loe cakep. Tampang ancur gitu loe tangisin. Ayo, masuk kelas," selesai berkata segera di seretnya Kiara menjauh. Meninggalkan kelas yang menjadi gaduh akan kemunculannya barusan.

"Loe kenapa tadi nyamperin Io sih? Malu maluin gue. Kan gue udah bilang kalau gue nggak papa," keluh Kiara begitu ia tiba di kelas.

Airi mencibir. Tidak apa apa gimana? Jelas jelas tadi malam sahabatnya cerita sambil sengugukan karena nangis, di tambah pagi ini muncul dengan mata pandanya, bisa bisanya bilang tidak apa apa. Dan lagi, apa katanya barusan, malu maluin?

"Yang ada elo yang malu - maluin gue. Apaan, baru di putusin cowok doank udah nangis gitu. Mending kalau cowoknya cakep."
Kiara menghela nafas. Sepertinya ia memang hanya bisa pasrah kalau sudah berurusan dengan sahabatnya yang satu itu. Pendapat Airi memang tidak bisa di bantah. 2 tahun mengenalnya sudah cukup bagi Kiara untuk mengenali karakternya. Airi orangnya memang mandiri, tegas, bisa di andalkan, nggak kenal rasa takut dan nggak akan setengah - setengah bila melakukan sesuatu. Namun ia juga seorang yang setia kawan, sering melindungi _ kebetulan tu anak jago karate, satu satunya eskul sekolah yang ia ambil_ dan juga baik.

"Itu karena gue beneran sayang sama dia Ar," jelas Kiara dengan nada persis seperti guru TK mengajarkan ke pada murid muridnya tentang fakta bahwa bumi itu bulat.

"Sayang sih sayang, tapi nggak gitu juga. Nggak terima gue temen gue di gituin," Airi masih keuhkeuh kalau pendapatnya benar. Kali ini Kiara terdiam, tanpa membalas. Bukan karena ia menerima pendapat Airi tapi karena gurunya sudah ada di depan kelas. Fakta kalau ia baru putus terseber di hadapan teman teman sekelasnya di tambah teman sekelas Io juga, sepertinya sudah cukup, ia tidak tertarik sama sekali untuk membiarkan gurunya ikut tau mengenai hal itu.

"Iris nggak masuk ya?" bisik Kiara ketika gurunya mulai mengabsent kelas. Efek galau ia sampai tidak menyadari kalau satu lagi sahabat akrabnya tidak ada. Terlebih pagi pagi sekali, Airi langsung menginterogasi tentang pacarnya. Kebetulan Airi memang tidak mengenal Io, selain beda kelas beda jurusan, ia juga baru satu bulanan menjalin kasih dengan nya.

Airi menoleh kekanan, tepat kearah bangku kosong di seberangnya. Tempat yang selama ini menjadi tempat duduk Iris. "Kayaknya sih, gue juga nggak ngeh."

"Tumben tu anak nggak masuk nggak pake ngabarin, biasanya..."

Ucapan Kiara terpotong ketika matanya menatap kearah pintu. Sosok yang sedang di bicarakan muncul dengan napas ngos ngosan. Mungkin efek berlari. Setelah izin kepada gurunya karena terlambat, ia segera duduk ke bangkunya.

"Tumben loe telat?" bisik Airi, Kiara ikut menoleh karena ingin tahu.

"Gue nggak tau hari ini ada demo, jalanan macet," balas Iris tanpa menoleh karena tangannya sibuk mengeluarkan buku pelajaran dari dalam tas. Kedua sahabatnya hanya be'oh ria. Tidak mempermasalahkan hal itu lebih lanjut.

Barulah saat istirahat ketiganya kembali berkumpul di bawah pohon jambu di belakang sekolah. Lengkap dengan cemilan yang mereka beli dari kantin.

"Jadi loe putus sama Io?" tanya Iris yang baru tau setelah Airi cerita padanya. Kiara hanya mengangguk lemah sementara Airi asik dengan kripik baladonya. Kripik buatan nyokapnya Ipang emang paling enak.

"Ya udah lah. Nggak papa. Kan masih ada kita, loe tinggal move on. Lagian cowok kayak gitu ngapain loe tangisin juga sih," nasehat Iris.

"Betul," sambar Airi cepat. "Mana gue tau kalau cowoknya kayak gitu lagi."

Kiara menatapnya kesel. Sementara Iris hanya mengernyit. "Tapi loe nggak harus ngelabarak dia juga," celaan Iris tak urung membuat Kiara gantian membenarkan.

"Terus masa harus gue diemin aja temen gue di gitun. Ya nggak terima lah."

"Tapi elo kan cewek Airi..." nada kalimat Iris membuat sebelah alis Airi terangkat. Nah, apa hubungannya membela sahabat dengan genre dirinya?

"Emang kenapa kalau gue cewek? Harus diem aja di gituin? Oh tidak bisa, kalian selaku sahabat gue juga nggak boleh gitu. Awas aja kalau sampai kejadian kayak gini terulang lagi. Nangis cuma gara gara cowok, hih," Airi begidik berlebihan.

"Gue nggak heran kalau sampai sekarang loe jomblo."

Giliran Kiara yang mendapatkan tatapan sinis dari Airi. Tadi bawa bawa genre, sekarang statusnya. Besok apa lagi? Tambahan, kenapa coba pembicaraan mereka harus di selipkan dengan sesuatu yang sama sekali nggak ada hubunganya?

"Kalau punya pacar tapi ujung ujungnya malah jadi orang bodoh kayak dia...." telunjuk Airi lurus kearah Kiara. "Nggak, ma kasih."

"Loe emang cewek aneh," gerut Kiara.

"Sebut gue realistis" Airi angkat bahu. Sementara Iris hanya mampu geleng geleng kepala.

"Eh tapi..."

"Sssttttt," ucapan Kiara terpotong dengan telunjuk Iris yang melekat di bibirnya. Terlebih gadis itu juga memberi isarat kepada kedua temannya untuk tutup mulut. Sementara pandangannya lurus kearah depan dengan tatapan penuh minat. Merasa penasaran, Airi dan Kiara melakukan hal yang sama.

Lagi lagi sebelah alis Airi terangkat karena heran. Kepalanya kembali menoleh kearah kedua sahabatnya. Ia lebih heran lagi. Mata gadis itu tampak berbinar, seolah yang di tatapnya itu adalah sesuatu yang menarik. Membuat Airi mau tak mau kembali menatap kearah objek yang mendadak menjadi pusat perhatian.
Tak jauh dari mereka. Tepat di bawah pohon akasia tampak seorang yang sedang duduk santai sembari membaca. Lengkap dengan kacamata yang bertenger di wajah. Airi akui itu membuatnya terlihat seperti orang genius _ yang memang kenyataanya begitu _ . Sementara di hadapannya berdiri seseorang gadis cantik yang sedang menyodorkan kotak yang ntah apa isinya. Karena jarak mereka lumayan jauh, Airi tidak mampu mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi sepertinya ia sudah bisa menebak apa yang terjadi.

Sosok yang sedang duduk santai sambil membaca itu namanya Kei, tepatnya Kei Takesima. Terdengar seperti nama - nama orang jepang karena memang kebetulan darah jepang mengalir dalam tubuhnya. Kabarnya, ayahnya asli orang jepang yang kini sudah menjadi warga negera indonesia semenjak menikah dengan ibunya yang merupakan gadis pribumi.

Tapi baiklah, saat ini kita tidak sedang akan membahas siapa keluarga Kei melainkan kenapa Airi mengangap kalau ia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi. Gadis yang berdiri di depan Kei pastilah seseorang yang ingin menyatakan cinta. Rumor memang sudah mengisi seantaro sekolah kalau pria yang satu itu menjadi incaran. Ketampanan, kepintaran serta kesempurnaan yang di miliki pria itu memang terlihat seperti kutukan bagi para gadis. Karena hal itu bisa menghilangkan akal sehat mereka sehingga mau maunya menyatakan cinta duluan. Walaupun hingga saat ini belum ada satu pun yang berhasil menyandang status sebagai kekasihnya.

"Menurut loe kali ini di terima nggak?" bisik Kiara tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali.

Iris yang segera mengerti kemana arah pembicaraan ini akan di bawa mengelengkan kepalanya. "Gue yakin seratus satu persen. Tu cewek pasti di tolak."

Seiring dengan tebakan Iris, cewek yang berada tepat di depan Kei menurunkan tangannya. Sementara kotak yang ia sodorkan masih berada di tangan tanpa Kei sentuh sama sekali. Pria itu sendiri juga sudah kembali asik dengan bukunya. Membuat gadis itu perlahan berbalik. Walau tidak terlalu jelas, Airi yakin kalau ia menangis.

"Gue bilang juga apa, pasti di tolak kan?" kata Iris. Kiara mengangguk. Sementara Airi masih menatap kearah Kei dengan tajam. Tak habis pikir kenapa di dunia ini ada makhluk seperti itu. Di luar dugaan, di saat yang sama. Seolah menyadari kalau ia sedang di perhatian, Kei menoleh. Menatap lurus kearah Airi yang masih tidak mengalihkan pandangannya.

"Lagian, tu cewek nekat sih. Udah tau yang lain semuanya di tolak, masih berani juga," kata Kiara sembari kembali menghabiskan cemilannya. Iris angkat bahu.

"Airi, loe kenapa?" tanya Kiara ketika mendapati Airi hanya terdiam. Seolah baru sadar, gadis itu mengedipkan matanya dengan cepat. Kepalanya mengeleng perlahan sembari tersenyum kearah Kiara yang kini masih menatapnya heran.

"Tu cowok memang brengsek."

Kiara dan Iris saling pandang.

"Memangnya salah Kei apa? Jadi keren kan bukan dosa."

Iris mengangguk setuju dengan pendapat Kiara. Sementara Airi hanya mampu memutar mata. Kedua sahabatnya itu kenapa kesannya malah seperti membela Kei ya.

"Nggak salah gimana? Loe nggak liat tu cewek nangis tadi?" sewot gadis itu.

"Ya tetep bukan salah Kei donk. Kalau dia nggak suka emangnya harus tetap dia terima?" lagi lagi Iris mengangguk setuju dengan pendapat Kiara. Membuat Airi makin jengah.

"Ya tapikan bisa nolak dengan baik baik. Jangan bikin nangis anak orang gitu."

"Yang namanya di tolak emang kayak gitu Airi. Mau baik baik atau mau buruk buruk, ya tetep aja bikin nangis. Apalagi kalau udah terlanjur suka," terang Iris dengan nada andalannya. Nada yang biasa di gunakan oleh guru TK untuk menjelaskan sesuatu pada murid muridnya.

"Atau kenapa nggak sekali kali loe coba aja. Loe yang nembak dia. Setelah di tolak juga ntar loe pasti tau gimana rasanya."

Tawa Iris pecah ketika mendengar saran barusan. Ia sama sekali tidak akan bisa membayangkan Airi sampai melakukan hal itu. Kemudian tangan gadis itu pun terangkat kearah Kiara yang kini melakukan hal yang sama, saatnya untuk melakukan 'high five'. Membuat Airi mencibir sinis.

"Lebih baik gue loncat dari monas. Salah, mending gue jorokin tu orang dari jembatan barelang."

Raut kesel Airi justru malah membuat kedua sahabatnya makin tergelak.

"Jadi loe nggak mau nyoba. Kenapa? Takut di tolak ya?" kejar Kiara sengaja meledek temannya. "Nggak heran sih. Secara elo kan emang cewek berhati dingin," sambungnya lagi.

"Gue udah bilang, sebut gue realistis," kesel Airi. Sebelum Kiara kembali meledek, mulutnya sudah kembali menambahkan. "Dari pada histeris malam malam karena di putusin."

Kiara langsung cemberut. Terlebih ketika melihat Airi sama sekali tidak merasa bersalah mengatakan kalimat itu. Sementara Iris hanya tertawa melihat ulah sahabatnya.

Next To Cerpen Remaja Terbaru That Girl is Mine Part 02

Detail Cerbung
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

9 comments for "Cerpen Remaja Terbaru "That Girl is mine" ~ 01"

  1. Ampun dah produktif banget bikin cerpennya,
    udah pernah tawarin ke penerbit belom?

    Suka sama tampilan blog yang sekarang, rapi. Good job!
    Btw, Selamat menunaikan ibadah puasa ya mpok. O:-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh ada Aa Gie... :D
      Produktif?, gak jugak malah jarang. Kagak pede mo nawarin ke penerbit....

      Kebetulan emang lagi beres beres, ya sekalian. Biar nggak keliatan kali terbengkalainya... :D

      Iya A, Selamat berpuasa juga ya...

      Delete
  2. Wkwk, aku kirain Io itu tampangnya oke. Nggak taunya ... masha allah :v Airin hebat banget berani ngelabrak cowok. Suka sama karakter Airin^^

    Kemarin-kemarin aku mau komen disini, tapi nggak nemu kolom buat nulis komentar :'D Eh pas mampir lagi tampilan blognya udah ganti. Aku tunggu kelanjutan ceritanya kak ;) Semangat terus!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekali kali bikin karakter judes gak papa lah. Ha ha ha...

      Iya, kemaren kemaren emang ada yang rada eror. Cuma belom sempet beres beres. Nah mumpung ada waktu luang sekalian deh.
      Thanks udah mampir....

      Delete
  3. dibikin penasaran sama si sosok darah jepang ahahaha , di tunggu lanjutan nya ka ..
    fighting

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih....
      Pangeran berdarah jepangnya emang bikin penasaran....
      Pengen di pacarain aja gitu... #ekh...

      Delete
  4. duh cerpen2nya bikin ngiri aja
    kapan ya sy bisa nulis cerpen seproduktif ini
    #meninggalkanJejak

    ReplyDelete

Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...