Cerbung Love Is Sweet But Unpredictable ~ 05
Guys, masih inget sama Cerbung Love Is Sweet But Unpredictable nggak? Ada yang nungguin kelanjutan ceritanya kah? Maafkanlah admin yang masih belajar menulis ini yang sering kehabisan ide. So, buat yang nungguin, bisa simak kisanya di bawah. Untuk yang lupa sama jalan ceritanya bisa baca dulu bagian sebelumnya disini. Happy reading ya. Jangan lupa RCL...
I really really really really really really like you
And I want you. Do you want me? Do you want me too?
Sambil terus membereskan rumahnya, tak urung suara Vhany ikut mengalunkan bait dari lagu yang cetar membahana dari radio yang sengaja ia stel keras keras. Mumpung libur ia sengaja berprilaku ala anak remaja yang rajin dan berbakti pada orang tua. Dengan kemoceng di tangan, ia mulai menyapukan pada prabotan di seluruh ruang keluarga. Kamarnya sendiri sudah ia bereskan. Kebetulan hari ini kedua orang tuanya sedang keluar karena ada acara hajatan di rumah kerabat jauhnya. Dan berhubung mereka memang tidak memiliki pembantu, di tambah juga ia adalah sebuah keluarga sederhana, makanya semuanya di lakukan sendiri.
Suara bel yang terdengar membuat aktivitas Vhany terhenti. Dengan ogah - ogahan gadis itu beranjak untuk membukakan pintu. Tebaknya yang datang pastilah Ririn, anak tetanga sebelah yang setahun lebih muda darinya yang biasanya memang selalu menghabiskan waktu di bersama jika sedang libur.
Namun sayang, tebakannya salah. Dan kini Vhany hanya mampu mengedap kedipkan matanya dengan tatapan tak percaya. Kemoceng sendiri masih mengantung di tangannya. Tubuhnya mendadak kaku ketika mendapati Kei yang berdiri tepat dihadapan lengkap dengan senyum manisnya.
"Hai."
Vhany masih bengong. Demi apa ni orang nongol nggak pake ngabarin?!
"Loe nggak nawarin gue masuk?"
"Eh?"
Vhany segera merutuki kebodohannya sendiri. Dengan cepat ia menyingkir dari pintu. "Eh, em... Masuk Kei."
"Lagi beres beres ya?" tanya Kei sambil melangkah mengikuti Vhany yang kini menuntunnya kearah ruang keluarga.
"Em, oh.. iya."
Njir, ini kenapa Vhany jadi kayak orang gagu gini?
"Silahkan duduk Kei," Vhany mempersilahkan tamunya untuk duduk. Ia sendiri juga ikut duduk di sopa seberang Kei. Tanpa sadar tangannya memilin milin bulu kemoceng di tangan, mengabaikan fakta bahwa benda tersebut berdebu. Jelas ia merasa salah tingkah. Kei sendiri juga belum buka mulut.
"Oh ya, mau minum apa?" tawar Vhany kemudian.
"Santai aja. Nggak usah repot repot. Keliatannya gue ganggu aktivitas loe ya? Lagi beres beres rumah kan?"
"Nggak ganggu kok," Vhany yang merasa kalau kalimatnya barusan terdengar tarlalu cepat segera meralatnya. "Maksud gue, dari pada nggak ada kegiatan gue biasanya emang beres beresin rumah. Secara nggak ada pembantu, sekalian biar gerak juga ni badan. Dari pada bengong dan... ya begitulah."
"Ya ampun Vhan, elo kenapa jadi salah tingkah gitu. Ini cuma gue lagi yang datang. Ngegemesin banget sih. Ha ha ha."
"Eh."
Vhany mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk. Untuk kedua kalinya gadis itu bengong. Jika sebelumnya kaget karena kemunculan Kei yang tiba - tiba, kali ini Vhany bengong karena terpesona. Cara Kei ketawa keren banget.
"Ehem, loe kenapa jadi liatin gue gitu?"
Vhany hanya mengeleng sembari mengalihkan tatapannya. Mencoba menyembunyikan rona merah dari pipinya yang mendadak terasa panas karena malu.
"Loe tunggu bentar ya, gue ambilin minum dulu."
Tidak perlu menunggu kalimat balasan dari Kei, Vhany segera beranjak kearah dapur rumahnya. Tanpa sadar tangannya terulur menyentuh dadanya yang mendadak terasa bergemuruh. Walaupun merasa malu namun tak urung senyum bodoh masih bertenger di bibirnya. Dengan langkah santai gadis itu membuka kulkas, mencari es batu di dalam freezer. Sepertinya ia bisa menyiapkan sirup untuk sang tamu.
"Aaa... "
"Prang..."
Jeritan Vhany terdengar seiring dengan suara nyaring napan yang lepas dari tangannya baru kemudian jatuh kelantai. Gadis itu menatap horor kearah kaca lemari berkakas tepat dihadapan. Celana pendek, kaos kebesaran yang warnanya saja sudah luntur karena keseringan di cuci, di tambah rambutnya yang dikucir asal serta muka yang kucel tanpa polesan bedak sama sekali. Ciri khas belum mandi.
"Vhany, loe kenapa?"
"Nggak, gue nggak papa. Loe di situ aja. Ini... cuma... emp ada kecoa."
Walau lemot, Vhany mensyukuri kerja mulutnya yang bisa asal lontar jawaban. Kan nggak lucu, kalau ia tiba tiba jawab kalau ia kaget melihat penampakan dirinya sendiri.
Tunggu, kalau Vhany aja kaget, gimana sama Kei? Bukannya Kei barusan liat dia tampil ancur gini?
Dan detik itu Vhany berharap bumi akan menelannya saat itu juga. Lagian Kei kerajinan banget sih, datang nggak pake ngabarin?
Tak ingin berdebat terlalu lama dengan pikirannya sendiri, ditambah jelas jelas tamunya masih menunggu di depan, dengan cepat Vhany melangkah kekamar mandi. Minum bisa menunggu. Gadis itu dengan cepat mencuci wajahnya baru kemudian merapikan ikatan rambutnya. Untung saja sisir selalu ia biarkan standby di kamar mandi. Setelah merasa tampilannya sedikit lebih baik, ia segera keluar menemui Kei. Lengkap dengan napan dengan ice sirup manisnya.
"Loe nggak papa kan?" tanya Kei begitu Vhany muncul di hadapannya.
Vhany hanya melemparkan senyuman sembari mengeleng.
"Sorry ya, gue datang nggak ngabarin dulu."
"Nggak papa," senyum Vhany berkebalikan dengan isi hatinya.
"Lagian gue kesini juga tadinya nggak niat sih. Maksud gue, ini kan libur. Gue pengen ngajak jalan Arsyil dan Rei. Tapi Rei malah lagi jalan sama Irma. Gue juga ogah keliatan homoan bareng Arsyil. Lagian tu anak juga pasti molor kalau libur gini. Makanya gue kesini. Rencananya gue pengen ngajak loe jalan."
"Jalan? Maksud loe kencan?" Vhany dengan cepat mengigit lidahnya sendiri yang baru saja melontarkan kalimat barusan. Ya ampun, dia kerasukan setan mana sih sampe berani ngomong kalimat memalukan barusan.
"Oh iya. Maksud gue itu, kita kencan. Loe mau kan?"
Demi apa, Vhany pengen gegulingan sembari loncat loncat di pasar (???). Kei ngajak ia kencan? Serius ini?
"Atau loe udah punya planing lain?"
Dengan cepat Vhany mengeleng baru kemudian mengangguk membuat kening Kei sedikit terangkat tanda bingung.
"Maksud gue, gue nggak punya planing lain dan gue setuju buat jalan sama loe. Tapi..."
"Tapi..."
"Sebenernya gue belum mandi."
Oke, kali ini Vhany merasa kalau ia butuh Ana. Tepatnya ia butuh jitakan dari sahabatnya yang satu itu supaya bisa membuat ia sadar untuk tidak lagi mempermalukan dirinya lebih jauh. Kenapa juga ia harus ngaku kalau ia belum mandi? Anak perawan jam 10 pagi tapi belum mandi? Bisa - bisa Kei langsung ilfeel dengan dirinya.
"Ha ha ha."
Untuk kedua kalinya Vhany di buat terpesona dengan tawa Kei. Mengabaikan rasa malunya, gadis itu lebih memilih menatap sosok di hadapannya dengan tatapan kagum. Ngomong - ngomong terpesona sama pacar sendiri nggak papa kan?
"Keliatan banget lagi dari tampilan loe sekarang. Ha ha ha."
Fix! Vhany benar benar berharap ia bisa ngilang saat itu juga. Wajahnya sudah benar benar memerah karena malu.
"Loe tunggu disini. Gue siap siap dulu," cicitnya lirih baru kemudian ngibrit kekamar. Samar, Vhany masih mendengar tawa Kei yang terdengar renyah. Untuk kali ini, Vhany tidak tergoda untuk terpesona. Ia harus lebih dahulu menyelamatkan penampilan saat itu juga.
"Ehem, emang kita mau jalan kemana?" tanya Vhany setelah kembali muncul dari kamarnya. Kali ini tampilannya jauh lebih baik. Rambutnya sengaja ia gerai dengan menambahkan bando biru muda dikepala. Kontras dengan baju dan jins yang ia kenakan.
"Cantik," bukannya menjawab pertanyaannya, ucapan Kei justru malah membuat Vhany tersipu malu. Astaga, Vhany jadi merasa kalau ia udah persis kayak anak ABG yang baru mengenal cinta. Tapi ngomong - ngomong, ia memang jatuh cintakan? Cinta sama Kei maksudnya. Eaa...
"Emang loe maunya kemana?" tanya Kei setelah beberapa saat terdiam. Vhany hanya angkat bahu. Kan Kei yang ngajak jalan, dia donk yang harusnya lebih tahu.
"Terserah aja sih, gue ngikut aja."
"Yakin mau ngikut aja? Kalau gue ajak ke KUA emang mau?"
"Ih, apaan sih," tangan Vhany secara refleks menepuk bahu Kei yang hanya tertawa melihat aksi malu - malunya. Membuat Vhany secara perlahan sadar, sepertinya sosok Kei yang berdiri sampingnya kini berbeda dengan sosok pendiam Kei yang selama ini ia kagumi diam diam.
"Ha ha ha, bercanda. Abisnya gue suka liat loe malu malu mau gitu. Ngegemesin."
"KEI!"
Ucapan kesel Vhany hanya di balas tawa oleh Kei.
"Ngomong - ngomong, gue harus izin sama siapa nih buat ngajak loe jalan? Perasaan sedari tadi kayaknya sepi banget ni rumah?"
Vhany tersenyum. "Nggak perlu, kita langsung pergi aja. Nyokap sama bokap lagi ada acara di luar. Dan gue kan juga anak tunggal, soo..."
"O.. Oke," angguk Kei sambil beranjak bangun. "Oh ya, mendingan loe bawa jaket deh, soalnya gue pake motor," sambung pria itu mengingatkan.
Tanpa protes Vhany mengangguk. Dengan cepat ia kembali masuk kekamar, saat keluar Kei sudah terlihat duduk santai di atas motornya. Dengan cepat gadis itu mengunci semua pintu dan jedela. Tak lupa ia menyapa Ririn yang kebetulan berdiri di depan pintu rumahnya ketika ia akan pergi. Mengabarkan pada gadis itu sekiranya nanti orang tuanya menanyakan keberadaan dirinya.
"Udah siang nih, gimana kalau kita makan siang dulu?" tanya Kei saat keduanya melaju di jalan raya.
"Boleh, gue juga udah laper sih," balas Vhany jujur. Lagipula Kei benar, ini sudah waktunya makan siang. Vhany tidak menyadari kalau ternyata tadi menghabiskan waktu yang cukup lama untuk berdandan.
Tanpa banyak kata lagi, Kei kemudian membelokan motornya kearah salah satu kaffe ternama langganannya. Selain makan siang, sepertinya ngadem dulu juga asik. Gimana pun Kei nggak tega ngajak Vhany untuk berkeliling dengan motornya di cuaca seterik ini. Sedikit menyesal kenapa tadi ia tidak mengunakan mobilnya saja.
"Loe mau makan apa?" tanya Kei sambil membolak balikan buku menu di hadapan. Vhany sendiri tampak melakukan hal yang sama.
"Busyed, ini makanan terbuat dari mas apa? Mahal mahal semua," gerut Vhany dalam hati. Dari pada memperhatikan menunya, gadis itu lebih terpana melihat harga yang tertera. Mendadak merasa ragu, yakin ni Kei nggak salah tempat mengajak dirinya?
"Steak nya enak lho. Rekomend deh. Loe mau nyobain nggak?" tanya Kei lagi karena dilihatnya Vhany masih terdiam. Yang ditanya sendiri hanya mampu menelan ludah sembari melihat harga atas menu yang Kei sebutkan.
"Ya Tuhan. Ini mah uang saku gue seminggu nggak cukup buat sekali makan doank," batin Vhany lagi. Matanya masih sibuk mengamati menu menu yang tertera.
"Gue pesen nasi goreng aja deh," putus Vhany akhirnya setelah menyadari bahwa hanya menu itu lah yang paling murah. "Minumnya air mineral aja," sambungnya lagi.
Kei mengalihkan tatapannya dari buku menu. Perhatiannya ia alihkan kearah gadis yang duduk didepannya dengan tatapan menyelidik. "Loe yakin?"
Vhany hanya membalas dengan anggukan. Walau terlihat ragu, pada akhirnya Kei setuju. Dengan segera ia menyebutkan pesanannya pada pelayan. Sembari menunggu makanannya datang, diam diam ia kembali menatap kearah Vhany yang terlihat tidak nyaman.
"Loe nggak suka ya gue aja kesini?"
Vhany yang sedari tadi menunduk kini menoleh kearah Kei. "Emp, enggak kok. Gue suka, tempatnya bagus."
"Atau loe nggak suka jalan sama gue?"
"Ya?" kening Vhany berkerut samar. Matanya menatap kearah Kei yang dirasa aneh. "Kenapa loe nanya gitu?" dari pada menjawab, Vhany lebih memilih melontarkan pertanyaan.
"Soalnya sedari tadi gue perhatiin loe keliatan nggak nyaman banget."
Kali ini Vhany tersenyum salah tinggkah. Emang ketara banget ya? Lagian salah Kei sih. Udah ngajak jalan dadakan, tau tau makannya di kaffe mahal gini.
"Nggak kok. Gue suka disini dan bisa jalan sama loe. Mungkin gue emang sedikit gugup karena ini baru pertama kalinya gue jalan sama cowok."
Begitu kalimat itu terlontar, Vhany dengan cepat mengigit lidahnya sendiri. Apalagi ketika dengan jelas ia melihat raut perubahan di wajah Kei yang kini menampilkan senyum di kulum. Astaga, hari ini Vhany bisa lebih memalukan lagi nggak sih? Yang barusan itu bukannya berarti dia nggaku kalau selama ini dia nggak pernah punya pacar ya? Ngenes banget sih.
"Oh," hanya itu kalimat balasan Kei. Tak tau mau berkomentar apa. Namun tak urung ia merasa senang. Ternyata pacarnya benar benar polos. Apa katanya barusan, pertama kali jalan sama cowok?
Untuk sejenak keduanya sama sama terdiam, sampai selang beberapa saat kemudian pelayan datang membawakan pesanannya. Baru kemudian keduanya segera menghabiskannya sembari sesekali mengobrol ringan.
Next to cerbung Love Is Sweet But Unpredictable part 06
Detail cerita
I really really really really really really like you
And I want you. Do you want me? Do you want me too?
Sambil terus membereskan rumahnya, tak urung suara Vhany ikut mengalunkan bait dari lagu yang cetar membahana dari radio yang sengaja ia stel keras keras. Mumpung libur ia sengaja berprilaku ala anak remaja yang rajin dan berbakti pada orang tua. Dengan kemoceng di tangan, ia mulai menyapukan pada prabotan di seluruh ruang keluarga. Kamarnya sendiri sudah ia bereskan. Kebetulan hari ini kedua orang tuanya sedang keluar karena ada acara hajatan di rumah kerabat jauhnya. Dan berhubung mereka memang tidak memiliki pembantu, di tambah juga ia adalah sebuah keluarga sederhana, makanya semuanya di lakukan sendiri.
Suara bel yang terdengar membuat aktivitas Vhany terhenti. Dengan ogah - ogahan gadis itu beranjak untuk membukakan pintu. Tebaknya yang datang pastilah Ririn, anak tetanga sebelah yang setahun lebih muda darinya yang biasanya memang selalu menghabiskan waktu di bersama jika sedang libur.
Namun sayang, tebakannya salah. Dan kini Vhany hanya mampu mengedap kedipkan matanya dengan tatapan tak percaya. Kemoceng sendiri masih mengantung di tangannya. Tubuhnya mendadak kaku ketika mendapati Kei yang berdiri tepat dihadapan lengkap dengan senyum manisnya.
"Hai."
Vhany masih bengong. Demi apa ni orang nongol nggak pake ngabarin?!
"Loe nggak nawarin gue masuk?"
"Eh?"
Vhany segera merutuki kebodohannya sendiri. Dengan cepat ia menyingkir dari pintu. "Eh, em... Masuk Kei."
"Lagi beres beres ya?" tanya Kei sambil melangkah mengikuti Vhany yang kini menuntunnya kearah ruang keluarga.
"Em, oh.. iya."
Njir, ini kenapa Vhany jadi kayak orang gagu gini?
"Silahkan duduk Kei," Vhany mempersilahkan tamunya untuk duduk. Ia sendiri juga ikut duduk di sopa seberang Kei. Tanpa sadar tangannya memilin milin bulu kemoceng di tangan, mengabaikan fakta bahwa benda tersebut berdebu. Jelas ia merasa salah tingkah. Kei sendiri juga belum buka mulut.
"Oh ya, mau minum apa?" tawar Vhany kemudian.
"Santai aja. Nggak usah repot repot. Keliatannya gue ganggu aktivitas loe ya? Lagi beres beres rumah kan?"
"Nggak ganggu kok," Vhany yang merasa kalau kalimatnya barusan terdengar tarlalu cepat segera meralatnya. "Maksud gue, dari pada nggak ada kegiatan gue biasanya emang beres beresin rumah. Secara nggak ada pembantu, sekalian biar gerak juga ni badan. Dari pada bengong dan... ya begitulah."
"Ya ampun Vhan, elo kenapa jadi salah tingkah gitu. Ini cuma gue lagi yang datang. Ngegemesin banget sih. Ha ha ha."
"Eh."
Vhany mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk. Untuk kedua kalinya gadis itu bengong. Jika sebelumnya kaget karena kemunculan Kei yang tiba - tiba, kali ini Vhany bengong karena terpesona. Cara Kei ketawa keren banget.
"Ehem, loe kenapa jadi liatin gue gitu?"
Vhany hanya mengeleng sembari mengalihkan tatapannya. Mencoba menyembunyikan rona merah dari pipinya yang mendadak terasa panas karena malu.
"Loe tunggu bentar ya, gue ambilin minum dulu."
Tidak perlu menunggu kalimat balasan dari Kei, Vhany segera beranjak kearah dapur rumahnya. Tanpa sadar tangannya terulur menyentuh dadanya yang mendadak terasa bergemuruh. Walaupun merasa malu namun tak urung senyum bodoh masih bertenger di bibirnya. Dengan langkah santai gadis itu membuka kulkas, mencari es batu di dalam freezer. Sepertinya ia bisa menyiapkan sirup untuk sang tamu.
"Aaa... "
"Prang..."
Jeritan Vhany terdengar seiring dengan suara nyaring napan yang lepas dari tangannya baru kemudian jatuh kelantai. Gadis itu menatap horor kearah kaca lemari berkakas tepat dihadapan. Celana pendek, kaos kebesaran yang warnanya saja sudah luntur karena keseringan di cuci, di tambah rambutnya yang dikucir asal serta muka yang kucel tanpa polesan bedak sama sekali. Ciri khas belum mandi.
"Vhany, loe kenapa?"
"Nggak, gue nggak papa. Loe di situ aja. Ini... cuma... emp ada kecoa."
Walau lemot, Vhany mensyukuri kerja mulutnya yang bisa asal lontar jawaban. Kan nggak lucu, kalau ia tiba tiba jawab kalau ia kaget melihat penampakan dirinya sendiri.
Tunggu, kalau Vhany aja kaget, gimana sama Kei? Bukannya Kei barusan liat dia tampil ancur gini?
Dan detik itu Vhany berharap bumi akan menelannya saat itu juga. Lagian Kei kerajinan banget sih, datang nggak pake ngabarin?
Tak ingin berdebat terlalu lama dengan pikirannya sendiri, ditambah jelas jelas tamunya masih menunggu di depan, dengan cepat Vhany melangkah kekamar mandi. Minum bisa menunggu. Gadis itu dengan cepat mencuci wajahnya baru kemudian merapikan ikatan rambutnya. Untung saja sisir selalu ia biarkan standby di kamar mandi. Setelah merasa tampilannya sedikit lebih baik, ia segera keluar menemui Kei. Lengkap dengan napan dengan ice sirup manisnya.
"Loe nggak papa kan?" tanya Kei begitu Vhany muncul di hadapannya.
Vhany hanya melemparkan senyuman sembari mengeleng.
"Sorry ya, gue datang nggak ngabarin dulu."
"Nggak papa," senyum Vhany berkebalikan dengan isi hatinya.
"Lagian gue kesini juga tadinya nggak niat sih. Maksud gue, ini kan libur. Gue pengen ngajak jalan Arsyil dan Rei. Tapi Rei malah lagi jalan sama Irma. Gue juga ogah keliatan homoan bareng Arsyil. Lagian tu anak juga pasti molor kalau libur gini. Makanya gue kesini. Rencananya gue pengen ngajak loe jalan."
"Jalan? Maksud loe kencan?" Vhany dengan cepat mengigit lidahnya sendiri yang baru saja melontarkan kalimat barusan. Ya ampun, dia kerasukan setan mana sih sampe berani ngomong kalimat memalukan barusan.
"Oh iya. Maksud gue itu, kita kencan. Loe mau kan?"
Demi apa, Vhany pengen gegulingan sembari loncat loncat di pasar (???). Kei ngajak ia kencan? Serius ini?
"Atau loe udah punya planing lain?"
Dengan cepat Vhany mengeleng baru kemudian mengangguk membuat kening Kei sedikit terangkat tanda bingung.
"Maksud gue, gue nggak punya planing lain dan gue setuju buat jalan sama loe. Tapi..."
"Tapi..."
"Sebenernya gue belum mandi."
Oke, kali ini Vhany merasa kalau ia butuh Ana. Tepatnya ia butuh jitakan dari sahabatnya yang satu itu supaya bisa membuat ia sadar untuk tidak lagi mempermalukan dirinya lebih jauh. Kenapa juga ia harus ngaku kalau ia belum mandi? Anak perawan jam 10 pagi tapi belum mandi? Bisa - bisa Kei langsung ilfeel dengan dirinya.
"Ha ha ha."
Untuk kedua kalinya Vhany di buat terpesona dengan tawa Kei. Mengabaikan rasa malunya, gadis itu lebih memilih menatap sosok di hadapannya dengan tatapan kagum. Ngomong - ngomong terpesona sama pacar sendiri nggak papa kan?
"Keliatan banget lagi dari tampilan loe sekarang. Ha ha ha."
Fix! Vhany benar benar berharap ia bisa ngilang saat itu juga. Wajahnya sudah benar benar memerah karena malu.
"Loe tunggu disini. Gue siap siap dulu," cicitnya lirih baru kemudian ngibrit kekamar. Samar, Vhany masih mendengar tawa Kei yang terdengar renyah. Untuk kali ini, Vhany tidak tergoda untuk terpesona. Ia harus lebih dahulu menyelamatkan penampilan saat itu juga.
"Ehem, emang kita mau jalan kemana?" tanya Vhany setelah kembali muncul dari kamarnya. Kali ini tampilannya jauh lebih baik. Rambutnya sengaja ia gerai dengan menambahkan bando biru muda dikepala. Kontras dengan baju dan jins yang ia kenakan.
"Cantik," bukannya menjawab pertanyaannya, ucapan Kei justru malah membuat Vhany tersipu malu. Astaga, Vhany jadi merasa kalau ia udah persis kayak anak ABG yang baru mengenal cinta. Tapi ngomong - ngomong, ia memang jatuh cintakan? Cinta sama Kei maksudnya. Eaa...
"Emang loe maunya kemana?" tanya Kei setelah beberapa saat terdiam. Vhany hanya angkat bahu. Kan Kei yang ngajak jalan, dia donk yang harusnya lebih tahu.
"Terserah aja sih, gue ngikut aja."
"Yakin mau ngikut aja? Kalau gue ajak ke KUA emang mau?"
"Ih, apaan sih," tangan Vhany secara refleks menepuk bahu Kei yang hanya tertawa melihat aksi malu - malunya. Membuat Vhany secara perlahan sadar, sepertinya sosok Kei yang berdiri sampingnya kini berbeda dengan sosok pendiam Kei yang selama ini ia kagumi diam diam.
"Ha ha ha, bercanda. Abisnya gue suka liat loe malu malu mau gitu. Ngegemesin."
"KEI!"
Ucapan kesel Vhany hanya di balas tawa oleh Kei.
"Ngomong - ngomong, gue harus izin sama siapa nih buat ngajak loe jalan? Perasaan sedari tadi kayaknya sepi banget ni rumah?"
Vhany tersenyum. "Nggak perlu, kita langsung pergi aja. Nyokap sama bokap lagi ada acara di luar. Dan gue kan juga anak tunggal, soo..."
"O.. Oke," angguk Kei sambil beranjak bangun. "Oh ya, mendingan loe bawa jaket deh, soalnya gue pake motor," sambung pria itu mengingatkan.
Tanpa protes Vhany mengangguk. Dengan cepat ia kembali masuk kekamar, saat keluar Kei sudah terlihat duduk santai di atas motornya. Dengan cepat gadis itu mengunci semua pintu dan jedela. Tak lupa ia menyapa Ririn yang kebetulan berdiri di depan pintu rumahnya ketika ia akan pergi. Mengabarkan pada gadis itu sekiranya nanti orang tuanya menanyakan keberadaan dirinya.
"Udah siang nih, gimana kalau kita makan siang dulu?" tanya Kei saat keduanya melaju di jalan raya.
"Boleh, gue juga udah laper sih," balas Vhany jujur. Lagipula Kei benar, ini sudah waktunya makan siang. Vhany tidak menyadari kalau ternyata tadi menghabiskan waktu yang cukup lama untuk berdandan.
Tanpa banyak kata lagi, Kei kemudian membelokan motornya kearah salah satu kaffe ternama langganannya. Selain makan siang, sepertinya ngadem dulu juga asik. Gimana pun Kei nggak tega ngajak Vhany untuk berkeliling dengan motornya di cuaca seterik ini. Sedikit menyesal kenapa tadi ia tidak mengunakan mobilnya saja.
"Loe mau makan apa?" tanya Kei sambil membolak balikan buku menu di hadapan. Vhany sendiri tampak melakukan hal yang sama.
"Busyed, ini makanan terbuat dari mas apa? Mahal mahal semua," gerut Vhany dalam hati. Dari pada memperhatikan menunya, gadis itu lebih terpana melihat harga yang tertera. Mendadak merasa ragu, yakin ni Kei nggak salah tempat mengajak dirinya?
"Steak nya enak lho. Rekomend deh. Loe mau nyobain nggak?" tanya Kei lagi karena dilihatnya Vhany masih terdiam. Yang ditanya sendiri hanya mampu menelan ludah sembari melihat harga atas menu yang Kei sebutkan.
"Ya Tuhan. Ini mah uang saku gue seminggu nggak cukup buat sekali makan doank," batin Vhany lagi. Matanya masih sibuk mengamati menu menu yang tertera.
"Gue pesen nasi goreng aja deh," putus Vhany akhirnya setelah menyadari bahwa hanya menu itu lah yang paling murah. "Minumnya air mineral aja," sambungnya lagi.
Kei mengalihkan tatapannya dari buku menu. Perhatiannya ia alihkan kearah gadis yang duduk didepannya dengan tatapan menyelidik. "Loe yakin?"
Vhany hanya membalas dengan anggukan. Walau terlihat ragu, pada akhirnya Kei setuju. Dengan segera ia menyebutkan pesanannya pada pelayan. Sembari menunggu makanannya datang, diam diam ia kembali menatap kearah Vhany yang terlihat tidak nyaman.
"Loe nggak suka ya gue aja kesini?"
Vhany yang sedari tadi menunduk kini menoleh kearah Kei. "Emp, enggak kok. Gue suka, tempatnya bagus."
"Atau loe nggak suka jalan sama gue?"
"Ya?" kening Vhany berkerut samar. Matanya menatap kearah Kei yang dirasa aneh. "Kenapa loe nanya gitu?" dari pada menjawab, Vhany lebih memilih melontarkan pertanyaan.
"Soalnya sedari tadi gue perhatiin loe keliatan nggak nyaman banget."
Kali ini Vhany tersenyum salah tinggkah. Emang ketara banget ya? Lagian salah Kei sih. Udah ngajak jalan dadakan, tau tau makannya di kaffe mahal gini.
"Nggak kok. Gue suka disini dan bisa jalan sama loe. Mungkin gue emang sedikit gugup karena ini baru pertama kalinya gue jalan sama cowok."
Begitu kalimat itu terlontar, Vhany dengan cepat mengigit lidahnya sendiri. Apalagi ketika dengan jelas ia melihat raut perubahan di wajah Kei yang kini menampilkan senyum di kulum. Astaga, hari ini Vhany bisa lebih memalukan lagi nggak sih? Yang barusan itu bukannya berarti dia nggaku kalau selama ini dia nggak pernah punya pacar ya? Ngenes banget sih.
"Oh," hanya itu kalimat balasan Kei. Tak tau mau berkomentar apa. Namun tak urung ia merasa senang. Ternyata pacarnya benar benar polos. Apa katanya barusan, pertama kali jalan sama cowok?
Untuk sejenak keduanya sama sama terdiam, sampai selang beberapa saat kemudian pelayan datang membawakan pesanannya. Baru kemudian keduanya segera menghabiskannya sembari sesekali mengobrol ringan.
Next to cerbung Love Is Sweet But Unpredictable part 06
Detail cerita
- Judul : Love Is Sweet But Unpredictable
- Penulis : Ana merya
- Genre : Remaja, Cerbung, Romantis
- Instagram : @anamerya
- Twitter : @ana_merya
- Status : Ongoing
- Panjang cerita : 1.869 Words
kak ana cerita yang ini kapan di lanjutin.udah nggak sabar pengen tau kelanjutannya
ReplyDelete