Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Horror "Teror di Malam Minggu"

Biar nggak melulu kisah romantis, kali ini admin mau ngambil tema horror. Tepatnya itu "Cerpen Terror di Malam Minggu", yah biar genre postingannya juga agak bervareasi. Kebetulan cerpen ini sengaja admin buat khusus untuk Irma octa swities _ cewek pomalaa yang di buang dari manado namun kini nyasar di Tangerang, salah satu temen (atau mungkin lebih tepat jika di sebut sebagai musuh bebuyutan) nya admin. XD

okelah, biar nggak penasaran, mendingan langsung simak ke bawah ya. Ingat, genrenya horror. Untuk yang penakut mendingan nggak usah baca.

Cerpen Horror
Teror di Malam Minggu

Irma melirik jam yang melingkar di tangan. Dengan kesal ia menatap kearah supir busway yang sedang duduk anteng sembari mengemudi. Sama sekali tidak terpengaruh dengan moodnya yang buruk. Baru kemudian perhatiannya ia alihkan keluar jendela, lebih buruk lagi. Air secara keroyokan turun dari langit. Jika pada hari hari sebelumnya Irma akan ikut mendoakan hal itu, maka tidak kali ini. Tidak ketika ia masih harus terjebak di busway hanya karena pulang kerja terlambat akibat ulah para pendemo yang menuntut kenaikan gaji yang sempat memblokir jalanan.

Turun di halte, Irma segera mengeluarkan payung lipat yang slalu standy di dalam tas. Angin malam yang berhebus dingin hingga masuk ke sum sum tulang sama sekali tidak mencegah niatnya untuk bergegas pulang kerumah. Jarak halte dari rumahnya masih lumayan jauh. Ia masih harus jalan kaki lebih kurang dua ratusan meter. Untung saja lampu jalanan sudah menyala. Walau remang setidaknya itu masih lebih baik dari pada bergelap gelapan.

Saat memasuki gang depan rumahnya, langkah Irma terhenti. Gadis itu terlebih dahulu menghela nafas dalam dalam baru memantapkan hati untuk melangkah. Suasana lenggang. Secara siapa sih yang mau keluar pas hujan hujan begini? Sebelum melangkah, matanya terlebih dahulu mengawasi kearah rumah bercat kuning, rumah yang harus ia lewati sebelum tiba kerumahnya. Sejak enam tahun kebelakang, sehari dalam seminggu _ yang bertepatan dengan malam ini _ rumah itu akan menebarkan aura menyeramkan untuknya. Yang tak jarang membuatnya tak bisa tidur semalaman. Atau kalaupun bisa, mimpi buruk selalu menghantui.

Setelah memastikan kondisi aman, Irma melangkah hati hati, nyaris tanpa suara. Tepat di depan rumah bercat kuning dengan cahaya lampu yang remang remang, terdengarlah suara cekikikan tawa yang bersahutan bersama hujan yang menguyur deras. Selalu begitu, walau sudah terbiasa mendengarnya, tawa itu selalu sukses membuat Irma merinding. Sambil tak henti berdoa, Irma berharap kemunculannya tidak akan disadari oleh sang pemilik tawa.

Sayangnya harapan hanya tinggal harapan, dan doa juga tidak selamanya akan dikabulkan. Jantung Irma nyaris berhenti berdetak ketika menyadari kalau tawa itu mendadak lenyap digantikan dengan suara khas yang memanggil namanya.

"Irma...?"

"Jalan terus jangan berbaik," perintah hati Irma untuk tubuhnya. Namun seperti biasanya, tubuhnya menolak melakukan itu. Gadis itu malah menoleh kearah suara yang memangil namanya. Seolah tak cukup tubuhnya berkhianat, wajah dan mulutnya ikut melakukan hal yang sama. Terbukti dengan senyum manis yang menghiasi wajah, Irma menjawab. "Eh ada kak Dani sama mbak Tiara. Apel malam minggu ya."

Tawa horror yang sebelumnya lenyap kembali terdengar. Walau merinding, Irma masih berdiri ditempat.

"Baru pulang?"

"Iya kak," kata Irma kearah Dani, sosok yang baru saja menyapanya. Sang penghuni rumah yang sejak 6 tahun ke belakang disukainya diam diam tapi ternyata malah jadian dengan mbak Tiara, bunga desa yang terkenal dengan kecantikannya.

"Lembur ya?" mbak Tiara yang juga di kenalnya ikut menyapa.

Masih dengan senyuman manis, Irma mengeleng. "Bukan, tadi gara gara demo, jalanan di tutup. Belum lagi karena hujan, jadi buswaynya datang agak lama."

Tiara tampak mengangguk. Sementara Dani dengan polosnya malah berkomentar. "Iya nih, kayaknya doa para jomblo di kabulkan. Hujan di malam minggu."

Irma hanya tersenyum pahit. Pahit yang lebih pahit dari pada kopi tanpa gula. Tak ingin terus terusan menikmati kepahitan itu, ia segera pamit undur diri. Sekilas ia kembali menoleh kearah pasangan yang baru saja menyapanya. Hatinya bagi teriris sembilu.

Percuma doa minta hujan kalau pada akhirnya mereka tetap bermesraan. Karena kenyataanya, Dani dan Tiara tinggal berhadap hadapan. Jadi kalau kencan juga tinggal berseberang - seberangan.

Dan Irma kembali bergidik ngeri, ketika samar suara obrolan di selingi tawa kembali terdengar. Ya malam minggu selalu menjadi malam paling horror baginya. Malam yang selalu menjadi teror dalam hidupnya. Malam dimana tetanganya dan tetanga depan rumahnya bermesraan tepat di samping rumahnya...

Sekian....

Gimana? Horror kan? Hiiiiii, horror banget pasti #NgakakDibawahMeja

PS for Irma : Oma, gue udah minta izin kan? Ha ha ha #KetawaImut...

Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

2 comments for "Cerpen Horror "Teror di Malam Minggu""

Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...