Cerpen {Bukan} Sahabat Jadi Cinta ~ 07
Ehem ehem, ada yang nungguin lanjutan cepen {Bukan} sahabat jadi cinta? #adminmunculdaribaliksema'an (???). Okelah, anggap aja ada ya kan? #maksa. Nih, admin udah muncul bawa lanjutannya. Makin kesini makin aneh kayaknya. Huwahahahahaha #ketawaimut. Oke deh, lagi males nulis jadi nggak mo banyakan bacod. Jadi mendingan langsung lirik hasilnya aja deh. Dan untuk part sebelumnya bisa dicek disini.
Setelah selesai dengan seragam yang ia kenalkan, Ishida segera melangkah keluar dari kamarnya. Sedikit heran ketika menyadari kalau kakaknya juga keluar dari kamar dengan setelan rapi yang ia kenakan, padahal Ishida sangat ingat kalau hari ini tidak ada jadwal kuliah pagi.
“Tumben jam segini udah keren,” kometar Ishida.
Vano angkat bahu sambil melangkah kedapur guna sarapan yang sudah disiapkan oleh adiknya pagi tadi. “Gimana sih? Kemaren bukannya loe sendiri yang bilang kalau gue harus ngantar jemput loe.”
Ishida tidak membalas. Gadis itu hanya mengangguk dalam diam. Sepertinya ia sendiri lupa akan hal itu.
Setelah sarapan, Ishida segera melangkah keluar rumah. Sesekali ia melirik jam yang melingkar di tangannya dan kadang menatap kearah jalan sembari menunggu sang kakak memanaskan mesin motornya. Tanpa sadar gadis itu menghembuskan nafas berat ketika mendapati kalau Arsyil benar – benar tidak menampakkan batang hidungnya.
“Ayo, buruan.”
Ishida menoleh dan baru menyadari kalau kakaknya sudah ada disampingnya. Tanpa kata gadis itu segera melangkah menghampiri.
“Tu rumah, udah loe kunci kan?” tanya Vano mengingatkan.
“Udah kok. Nih,” kata Ishida sambil menukarkan kunci rumah dengan heml yang juga sedang di sodorkan oleh kakaknya. Beberapa saat kemudian keduanya sudah melaju di jalan raya.
“Ntar kalau loe udah mau pulang, loe SMS aja. Soalnya gue mo jalan sama temen gue jadi ntar sekalian. Hari ini gue nggak ada kelas,” kata Vano begitu keduanya sudah tiba di halaman sekolah.
Lagi – lagi Ishida hanya membalas dengan anggukan. Dengan berlahan gadis itu turun. Setelah menyerahkan helm kepada sang kakak, ia segera melangkah masuk kekelas.
“Ishida.”
Merasa namanya di panggil Ishida menghentikan langkahnya dan segera berbalik. Tampak raut ngos – ngosan Arumy yang berlari menghampirinya.
“Baru datang juga loe?” tanya Ishdia begitu Arumy tiba di sampingnya.
Kepala Arumy mengangguk membenarkan. “Gue tadi liat loe diantar sama kakak loe. Kok tumben? Arysil mana?”
Ishida tidak langsung menjawab. Gadis itu kembali menghemuskan nafas sejenak sebelum kemudian memilih angkat bahu sambil kembali melangkah.
“Loe nggak barengan sama dia?” tanya Arumy lagi. Kali ini Ishida hanya membalas dengan gelengan.
“Kenapa?”
“Nggak kenapa – kenapa. Udah yuk, buruan kekelas. Bentar lagi masuk. Mana gue lupa nyelesein PR gue lagi, gue nyontek punya loe ya?” ajak Ishida sembari mengalihkan topic.
“Busyed, maksut loe. Loe belum nyelesein PR matematika kita?” tanya Arumy tampak tak percaya. Secara guru Matematika mereka kan terkenal galak.
“Iya, makanya bururan.”
Arumy manut, dan untuk sejenak topic tentang Arsyil pun terlupakan.
Begitu bel istirahat terdengar, seperti biasa Arumy segera menyeret Ishida untuk menemani kekantin sekolah. Gadis itu sengaja melangkah dengan cepat sehingga Ishida sedikit kewalahan mengimbanginya. Tanpa bertanya pun Ishida tau alasan kenapa Arumy melakukan hal itu. Karena tadi jam keluar sedikit lebih lama dari biasanya gara gara ada ulangan dadakan. Jadi jika mereka memang sedang tidak beruntung, mereka tidak akan kebagian tempat duduk dikantin lagi. Jam istirahat adalah jam dimana konsisi kantin di penuhi dengan para siswanya.
![]() |
Cerpen {Bukan} Sahabat Jadi Cinta |
Setelah selesai dengan seragam yang ia kenalkan, Ishida segera melangkah keluar dari kamarnya. Sedikit heran ketika menyadari kalau kakaknya juga keluar dari kamar dengan setelan rapi yang ia kenakan, padahal Ishida sangat ingat kalau hari ini tidak ada jadwal kuliah pagi.
“Tumben jam segini udah keren,” kometar Ishida.
Vano angkat bahu sambil melangkah kedapur guna sarapan yang sudah disiapkan oleh adiknya pagi tadi. “Gimana sih? Kemaren bukannya loe sendiri yang bilang kalau gue harus ngantar jemput loe.”
Ishida tidak membalas. Gadis itu hanya mengangguk dalam diam. Sepertinya ia sendiri lupa akan hal itu.
Setelah sarapan, Ishida segera melangkah keluar rumah. Sesekali ia melirik jam yang melingkar di tangannya dan kadang menatap kearah jalan sembari menunggu sang kakak memanaskan mesin motornya. Tanpa sadar gadis itu menghembuskan nafas berat ketika mendapati kalau Arsyil benar – benar tidak menampakkan batang hidungnya.
“Ayo, buruan.”
Ishida menoleh dan baru menyadari kalau kakaknya sudah ada disampingnya. Tanpa kata gadis itu segera melangkah menghampiri.
“Tu rumah, udah loe kunci kan?” tanya Vano mengingatkan.
“Udah kok. Nih,” kata Ishida sambil menukarkan kunci rumah dengan heml yang juga sedang di sodorkan oleh kakaknya. Beberapa saat kemudian keduanya sudah melaju di jalan raya.
“Ntar kalau loe udah mau pulang, loe SMS aja. Soalnya gue mo jalan sama temen gue jadi ntar sekalian. Hari ini gue nggak ada kelas,” kata Vano begitu keduanya sudah tiba di halaman sekolah.
Lagi – lagi Ishida hanya membalas dengan anggukan. Dengan berlahan gadis itu turun. Setelah menyerahkan helm kepada sang kakak, ia segera melangkah masuk kekelas.
“Ishida.”
Merasa namanya di panggil Ishida menghentikan langkahnya dan segera berbalik. Tampak raut ngos – ngosan Arumy yang berlari menghampirinya.
“Baru datang juga loe?” tanya Ishdia begitu Arumy tiba di sampingnya.
Kepala Arumy mengangguk membenarkan. “Gue tadi liat loe diantar sama kakak loe. Kok tumben? Arysil mana?”
Ishida tidak langsung menjawab. Gadis itu kembali menghemuskan nafas sejenak sebelum kemudian memilih angkat bahu sambil kembali melangkah.
“Loe nggak barengan sama dia?” tanya Arumy lagi. Kali ini Ishida hanya membalas dengan gelengan.
“Kenapa?”
“Nggak kenapa – kenapa. Udah yuk, buruan kekelas. Bentar lagi masuk. Mana gue lupa nyelesein PR gue lagi, gue nyontek punya loe ya?” ajak Ishida sembari mengalihkan topic.
“Busyed, maksut loe. Loe belum nyelesein PR matematika kita?” tanya Arumy tampak tak percaya. Secara guru Matematika mereka kan terkenal galak.
“Iya, makanya bururan.”
Arumy manut, dan untuk sejenak topic tentang Arsyil pun terlupakan.
Begitu bel istirahat terdengar, seperti biasa Arumy segera menyeret Ishida untuk menemani kekantin sekolah. Gadis itu sengaja melangkah dengan cepat sehingga Ishida sedikit kewalahan mengimbanginya. Tanpa bertanya pun Ishida tau alasan kenapa Arumy melakukan hal itu. Karena tadi jam keluar sedikit lebih lama dari biasanya gara gara ada ulangan dadakan. Jadi jika mereka memang sedang tidak beruntung, mereka tidak akan kebagian tempat duduk dikantin lagi. Jam istirahat adalah jam dimana konsisi kantin di penuhi dengan para siswanya.
Post a Comment for "Cerpen {Bukan} Sahabat Jadi Cinta ~ 07"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...