Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cepen Cinta "You're My Girl ~ 07

Holla hallo guys, Ketemu lagi nih sama admin yang kembali muncul dengan lanjutan dari cerbung You're my girl yang kini udah sampe part ke - 07. Penasaran donk sama kelanjutan kisah mereka gimana? Ya sudah, kalau gitu mendingan langsung simak aja. And biar nyambung sama kisahnya bagusan kalau baca dulu bagian sebelumnya disini. Happy reading....

Cerpen You are my girl
You're My Girl

Delon menatap kedepan dengan jengah. Sesekali ia melirik keluar jendela. Angannya sedang melayang jauh. Ketua OSIS yang sedang berbicara didepan sama sekali tidak ia dengarkan. Berbeda dari hari biasa, rapat kali ini terasa lebih lama dari seharusnya. Kalau bukan karena ia salah satu dari anggota OSIS, saat ini ia pasti sedang makan siang bersama Shila.

Memikirkan gadis itu mau tak mau membuat Delon penasaran. Kira- kira apa yang sedang di lakukannya. Apa mungkin ia kembali bersama si Alfa, sosok yang secara sepihak sudah ia nobatkan sebagai saingannya.

Seperti dugaan Delon sebelumnya, istirahat kali ini memang Shila habiskan bersama Alfa. Sebelumnya gadis itu berniat untuk mengajak rekan sebangkunya makan bersama, tapi tiba tiba ada pemberitahuan tentang rapat dadakan untuk anggota OSIS. Karena Delon salah satunya, makanya ia urung. Untunglah kemudian Alfa muncul mengajaknya makan bareng. Menikmati bekal yang ia bawa untuk dihabiskan berdua.

"Nyokap loe beneran pinter masak ya. Ya ampun gue jadi ketagihan. Akh, gue jadi merasa nggak enak sama loe. Udah kurus jadi makin kurus karena harus berbagi makanan sama gue," kata Shila dengan nada menyesal walau dari sikapnya sama sekali tidak ada jejak penyesalan disana.

"Nggak papa, gue nggak keberatan. Lagian porsi makan gue emang segini. Tapi ternyata loe makannya rakus juga ya."

Shila mencibir. Nggak keberatan tapi ngatain.

"Hufh, tapi gue jadi inget masakan nyokap gue. Udah lama banget gue nggak makan masakannya. Tau nggak, masakannya itu enak banget. Pokoknya dia itu koki paling hebat di dunia. Soalnya ada tambahan bumbu cinta dan kasih sayang juga."

"Emangnya kenapa sekarang loe nggak bisa nikmatin lagi?" tanya Alfa hati hati. Ia takut salah bicara, namun tak urung ia beneran penasaran ingin tau.

"Soalnya dia udah nggak ada disini lagi, padahal gue udah kangen banget," balas gadis itu sambil menunduk. Terlihat lesu, Alfa jadi merasa tak enak menanyakannya.

"Oh maaf, gue nggak bermaksut," Alfa mendadak ingat dengan gosip yang beredar. Bahwa gadis itu kini hanya tinggal dengan ayahnya sejak kedua orang tuanya bercerai. Bahkan banyak yang menduga karena depresi makanya ia sengaja malas belajar.

"Nggak papa kok. Toh mama sering nelpon gue. Cuma yah, namanya kangen tetep aja kangen," Shila angkat bahu sambil tersenyum kearah Alfa.

"Nyokap loe...?" Alfa terlihat ragu untuk bertanya. Walau ia penasaran ingin tau, tapi mungkin sebaiknya ia tidak bertanya.

"Di Amrik. Bareng sama kakak gue. Mama mau mewujudkan impian sebagai desainer ternama sekalian ngurus kakak yang kuliah disana. Loe tau nggak sih, kakak gue itu mahasiswa di Universitas Harvard. Pinter kan?"

"Oh ya?" Alfa benar benar terlihat terkejut.
Shila mengangguk. "Iya donk. Kaget kan loe. Jadi mama itu dapat tawaran untuk memperdalam ilmunya disana. Di ajarin sama desainer ternama tentunya. Dan kebetulan waktu itu kakak juga lulus seleksi masuk Harvard. Ya sudah, akhirnya mama sama kakak kesana, dan gue disini sama papa."

"Jadi keluarga loe. Maksut gue, nyokap sama bokap loe..." Alfa mengantungkan ucapannya. Ia tidak tau apakah sopan menanyakan masalah internal di keluarga mereka. Sepertinya itu bukan urusannya.

"Bercerai?" tebak Shila. Alfa hanya angkat bahu, membuktikan kalau memang itu yang ingin ia katakan. Sebaliknya, Shila malah tertawa.

"Ha ha ha, ya enggak lah," bantah gadis itu tegas. "Mama sama papa emang pisah. Tapi bukan berarti mereka bercerai. Justru malah papa yang mendukung mama buat pergi kesana. Secara itu memang impian mama sebelum mereka menikah."

"Jadi loe bukan anak..... broken home?" Alfa tidak menutupi sama sekali rasa heran di wajahnya.

"Bukanlah. Lagian emangnya ada tampang tampang anak broken home apa dari wajah gue. Sembarang aja."

Alfa tergelak. Sepertinya ia sudah ikut termakan gosip yang beredar. Shila benar. Gadis seceria itu agak mustahil kalau berasal dari keluarga yang kacau.

"Jangan salahin gue. Gosip yang beredar emang gitu. Gue yang beda kelas aja sampe tau. Katanya sih gitu..."

"Yang namanya gosip kan emang gitu. Banyak salahnya dari pada benernya," Shila menimpali. Alfa mengangguk membenarkan.

"Tapi kalau di pikirin lagi, ternyata hidup loe beneran sempurna ya. Punya keluarga yang bahagia, kaya, pinter, cantik, bla bla bla deh pokoknya. Wajar aja banyak yang iri," gumam Alfa sembil berpikir.

"Kacamata loe perlu diganti," tuding Shila, Alfa mengernyit. Dia kan nggak pernah pake kacamata? "Sudut pandang loe menilai orang standar banget ya. Mana ada yang namanya hidup itu sempurna. Yang namanya orang itu pasti punya masalah dan beban tersendiri yang harus di tanggung. Dan nggak ada jaminan kalau masalah kita itu lebih besar dari masalah orang lain. Atau merasa kita itu lebih menderita dari mereka. Buktinya gue, loe bilang beruntung?" Shila menoleh kearah Alfa yang kini sedang memperhatikan dirinya. "Tapi kenyataannya gue dulu malah di jauhin kan? Nyokap gue? Pasti dulu bingung milih keluarga apa cita cita? Bokap gue? Yah, mana gue tau kalau di kantornya ternyata banyak trouble atau gimana? Akh, pokoknya semua yang ada itu udah ada porsinya. Tinggal terserah orang aja mau nilainya gimana."

Alfa mengangguk angguk. Dalam hati ikut membenarkan. Sepertinya Shila benar. Seringnya orang memang gitu, suka memberikan standar penilaian hidup orang lain dengan semena mena. Tak jarang bahkan langusng menjudge tampa perlu mempertimbangkan apa yang mereka lewati untuk mendapatkan itu semua.

"Ngomong - ngomong loe ngabisin waktu bareng gue nggak papa nih. Nggak ada yang marah?" Alfa menganti topik pembicaraan.

Shila mengernyit. "Emangnya siapa yang mau marah?"

Gantian Alfa yang angkat bahu. Raut polos gadis itu membuatnya tersenyum. Tepat saat mulutnya terbuka untuk menjawab, bel tanda waktu istirahat berakhir terdengar.

"Ya udah kekelas yuk. Kayaknya kalau bareng sama loe waktu jadi kerasa cepet banget berlalunya."

Shila mengangguk setuju. Terlebih Alfa juga orangnya asik di ajak cerita. Bahkan kalau boleh jujur ia tidak pernah seterbuka ini pada orang lain. Makanya ia sedikit heran kenapa jika di dekat pria itu ia bisa bercerita panjang lebar begitu.

"Loe abis dari mana aja?" pertanyaan Delon segera menyambutnya begitu ia tiba di kelas. Ibu Rani, guru Bahasa Indonesianya sepertinya belum datang.

"Main di taman."

"Bareng Alfa lagi?"

Shila menoleh. Perasaannya saja atau memang ucapan Delon barusan terdengar sinis ya? Dan lagi, kenapa sih tu orang keliatannya nggak suka banget sama Alfa. Padahal dia kan baik. Eh tunggu dulu, gosip yang beredarkan tu anak emang terkenal sebagai brandalan. Alhasil, Shila hanya angkat bahu.

"Kenapa sih, loe seneng banget bergaul sama dia?"

"Soalnya dia anaknya asik. Kalau ngobrol sama dia, suka lupa waktu. Eh tau tau udah bel. Terus juga, loe tau nggak. Dia kesekolah selalu bawa bekel sendiri. Masakan nyokapnya. Dan itu enak banget, ngingetin gue sama nyokap gue."

Delon terkejut. Shila jarang menyingung tentang keluarganya. Dan jujur, ia penasaran ingin tau lebih banyak tentang gadis itu. Tunggu dulu, jangan bilang kalau Alfa sudah lebih banyak tau darinya.

"Shil..."

"Bu Rani udah di depan tuh. Jangan berisik. Ntar kita di omelin lagi."

Dan kesempatan Delon untuk bertanya lebih lanjut pun tertunda.

Next to Cerbung You're My Girl Part 8

Detail Cerbung
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

2 comments for "Cepen Cinta "You're My Girl ~ 07"

  1. Hai, kak Ana. Salam kenal, ya :-)
    Aku udah baca-baca beberapa cerbung punya kak Ana, aslinya keren-keren. Teenlit banget!

    Dan buat cerbung yang ini aku tunggu kelanjutannya, kak. Semangat! :-D

    ReplyDelete
  2. Hai juga Dedeh...
    Salam kenal kembali...

    Yups, tepat sekali. Kebetulan emang demennya nulis genre teenlit. Biar berasa kaya masih remaja aja gitu... #ehem...

    Syip, cerbung yang lain ntar nyusul ya. Kalo ada ide buat nulis makusdnya.

    BDW, ma kasih udah mampir di mari...

    ReplyDelete

Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...