Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cepen Cinta "You're My Girl ~ 08

Ceritanya sang admin lagi sibuk di dunia nyata _ katanya sih gitu _ jadi kagak sempat sigin di mari. And then, lanjutan dari cerpen you're my girl terpaksa di pending agak lamaan. Nah, berhubung lagi sempet, so muncul deh sekarang. Buat yang udah penasaran bisa langsung simak kisahnya di bawah. Biar nyambung sama jalan ceritanya tentu saja lebih baik kalau baca dulu bagian sebelumnya disini...

You're My Girl
You're My Girl

"Shil, ntar sore kita jalan yuk," ajak Delon pas pulang sekolah.

Tangan Shila yang sedang asik merapikan buku - buku terhenti. Kepalanya menoleh kearah Delon dengan kening sedikit berkerut. "Tumben - tumbenan loe ngajakin gue jalan?"

"Sekali - kali nggak papa donk. Mau ya?"

Untuk sejenak Shila berpikir. Sore nanti juga ia sepertinya tidak ada acara jadi mengikuti ajakan Delon juga tidak ada ruginya.

"Oke deh. Loe jemput gue ya."

Senyum Delon langsung mengembang. Tidak menyangka kalau Shila akan langsung mengiyakan ajakannya.

"Syiip. Gue jemput jam 4 ya. Ntar kalau pas gue OTW, gue kabarin lagi."

Seperti yang dijanjikan, jam 4 tepat Delon muncul di depan rumah Shila. Senyumnya segera mengembang ketika melihat Shila yang muncul membukakan pintu. Dadanya mendadak berdesir saat melihat tampilan gadis itu. Balutan gaun biru yang ia di kenakan beneran kontras dengan raut wajahnya yang imut.

"Kenapa, gue aneh ya?" Shila menggigit ujung kukunya ketika mendapati Delon hanya terpaku melihat tampilannya. Jujur saja, ia juga merasa begitu. Biasanya ia selalu mengenakan pakaian kaos atau jins jika ingin keluar. Tapi kali ini ia memutuskan untuk mengenakan gaun. Gaun baru yang didesain khusus oleh ibunya. Terlebih warnanya biru, warna kesukaannya.

"Ehem, enggak kok. Sama sekali nggak," dengan cepat Delon mengeleng. Dalam hati ia merutuki sikapnya barusan. "Loe kelihatan cantik, dan lebih.... anggun," sambung pria itu yang langsung mendapatkan pukulan dari Shila.

"Lagian loe bilang loe mau jemput pake mobil. Ya nggak papa donk. Sekalian gue mau nyoba gaun baru desainan mama gue. Cantik kan?"

Delon mengangguk setuju. Cantik? Benar. Shila memang terlihat cantik. Tapi, gaun desainan mamanya? Jadi mama Shila seorang desainer? Belum sempat ia bertanya, Shila sudah mengiringnya menuju kearah mobilnya. Siap pergi kemanapun tujuan Delon.

"Loe mau ngajak gue kemana?" tanya Shila begitu mereka melaju di jalan raya.

"Loe maunya kemana?" Delon balik bertanya. Shila tampak berpikir, berberapa saat kemudian gadis itu menggeleng.

"Kan elo yang ngajakin gue jalan, ya harusnya elo donk yang tau mau kemana. So, jawaban gue, terserah loe aja."

Kali ini Delon tertawa. Ia baru ingat kalau ia sama sekali tidak punya rencana mau kemana. Lagipula sebelumnya ia ragu kalau gadis itu akan mau menuruti ajakannya.

"Kalau nonton aja gimana?"

Shila menggeleng. "Mubazir. Mending gue download aja. Bisa nonton sepuasnya."

Delon melongo. Ni anak beneran ajaip. Memangnya ada ya cewek yang diajak nonton malah jawabannya begitu.

"Kalau makan?"

"Jam segini?" Shila mengernyit. "Terlalu terlambat untuk disebut makan siang terlalu cepat untuk kategori makan malam. Lagi pula gue masih kenyang."

"Gimana kalau kita karokean?"

"Berdua sama loe? Nggak dink, ntar di kira kita malah mau mesum."

Delon makin melongo sekaligus membuatnya kehabisan ide. Tadi bilangnya terserah, giliran di ajak nolak mulu.

"Terus, loe maunya kemana?" dan belum sempat Shila menjawab, ia sudah terlebih dahulu menambahkan. "Jangan bilang terserah loe karena loe jelas jelas nolak ide gue."

Shila tertawa lepas. Untuk sejenak, Delon lupa dengan rasa kesalnya. Matanya sibuk mengawasi raut gadis itu.

"Delon, awas," kalimat panik Shila membuat Delon mengalihkan tatapannya. Jika terlambat sedetik saja ia menginjak rem di kakinya, benturan dengan mobil di depan pasti tidak akan bisa ia hindari. Pria itu terkejut ketika menyadari kalau kini mereka sedang berada dipersimpangan lampu merah.

"Loe hati - hati donk," kata Shila sambil menetralkan kembali detak jantungnya. Delon menatapnya dengan raut bersalah.

"Sorry, gue nggak sengaja. Loe nggak papa kan?"

Shila mengeleng sambil mencoba tersenyum. Untuk sejenak suasana medadak hening.

"Ke Barelang aja gimana?" usul gadis itu memecah keheningan.

Tidak, kalimat penolakan itu sudah ada di ujung lidah, tapi Delon sengaja menahannya. Sejujurnya ia tidak habis pikir dengan orang orang yang sengaja menjadikan jembatan yang satu itu sebagai tempat wisata. Menurutnya tidak ada yang bagus disitu, namun begitu tak urung kepalanya mengangguk.

"Lagian kalau sore gini pasti rame. Secara pemandangannya bagus. Belum lagi ini malam minggu, malamnya anak anak muda buat kencan. Disana ntar kita bisa liat laut dari atas sekalian menikmati indahnya matahari terbenam. Belum lagi ada rujak Pak Ndut yang enak itu. Sama jagung bakarnya juga. Ya ampun, gue udah lama nggak makan. Ntar loe beliin gue ya," cerocosan Shila tak urung membuat Delon tersenyum. Tidak sampai 30 menit kemudian keduanya sudah tiba diatas jembatan.

Delon terdiam sembari mengamati sekeliling. Shila benar, sore sore gini banyak orang yang berdatangan. Ada yang sibuk foto sana sini, ada yang asik mengobrol bareng temannya, tampak juga keluarga kecil yang sepertinya memang sengaja ingin menghabiskan sore bersama. Saat ia menoleh kearah Shila, bagai terhipnotis pria itu hanya terdiam.

Laut di kejauhan, dengan mentari yang hampir terbenam sebagai latar, ditambah cahaya keemasan khas sore dengan angin yang bertiup nakal memainkan rambut Shila yang kini sedang memejamkan mata sembari menghirup udara dalam dalam, Wajahnya tepat menghadap laut, pemandangan itu benar benar merupakan sesuatu yang _ menurut Delon _ menakjubkan. Tanpa gadis itu sadari, diam diam ia mengelurkan hanphond dari dalam saku. Mengabadikan moment tersebut kedalam memori hapenya. Tak ingin ketahuan memotretnya diam diam, Delon segera menyibukan diri menekan nekan tombol hanphond secara acak ketika dilihatnya Shila berbalik.

"Walau berkali - kali gue kesini, gue nggak pernah bosen tau nggak sih. Pemandangannya benar - benar menakjupkan. Setuju nggak?" komentar gadis itu sambil menghampirinya.

Delon menoleh. Matanya menatap lurus kearah Shila yang menampilkan senyum tak pernah lepas menghiasai bibirnya.

"Loe bener, pemandangannya bagus banget," gumam pria itu tampa mengalihkan pandangannya sama sekali.

"Gue bilang juga apa. Loe nggak nyesel kan. Sekarang mending kita jalan kesana yuk, kali aja kita nemu sea food goreng. Biasanya sih enak."

Tanpa permisi sama sekali, Shila meraih tangan Delon. Bergandengan sembari mengayun ayunkan tangan menyusuri pingir jembatan. Matanya sibuk mengawasi sana sini, sembari mulutnya bersenandung lirih. Sementara Delon hanya terdiam sambil sekali kali mencuri pandang kearahnya.

"Tuh kan bener ada sea food goreng. Kali aja ada udang, ayo buruan," seiring teriakan Shila, gadis itu melepaskan gengaman tangannya. Berlari seperti anak kecil menghampiri penjual yang menjajakan gorengannya.

Delon tetap berdiri di tempat. Matanya masih mengawati Shila yang terlihat santai. Tertawa bebas dan lepas. Membuat Delon sedikit mengeluh, sebenarnya gadis itu menyadari tidak sih akan pengaruh dirinya bila berada di dekatnya. Bahkan mengandeng tangannya seperti itu.

"Delon, buruan kesini. Loe mau apa? Ada udang, ada cumi," kata gadis itu sambil menyodorkan dua tusuk udang goreng dan cumi - cumi goreng yang baru di sebutkannya. "Dua duanya enak lho," sambung gadis itu lagi sembari memakan udang goreng yang baru saja di sodorkannya.

Delon melangkah mendekat. Diambilnya sisa udang goreng yang baru saja dimakan gadis itu. Masih tersisa 2 ekor. Setelah berpikir sejenak segera di gigitnya makanan tersebut sementara Shila masih menanti reaksinya. Perlahan kepalanya mengangguk, senyum Shila segera menyambutnya.

"Nih, mau lagi nggak?" tawar Shila sambil mengambil tusukan udang yang lainnya. Kali ini Delon menggeleng. Sejujurnya ia tidak terlalu suka sea food. Tepatnya, tubuhnya memiliki alergi dengan makanan dari laut itu. Bisa bisa makanan itu malah membunuhnya. Namun begitu, untuk sekarang ia merasa Shila tidak perlu tau.

Shila menoleh sejenak kearah Delon, kening gadis itu sedikit berkerut mengamatinya. Tapi ia sama sekali tidak berkomentar apa apa. Sampai kemudian diambilnya tusukan cumi cumi, setelah dibubuhkan saos diatasnya, di sodorkannya tepat kemulut Delon.

"Cobain deh, kalau yang ini enak banget. Rasanya itu....pecah," tawar Shila dengan gaya khas ala Zopa (???).

Delon membuka mulutnya, sepotong cumi - cumi kini kembali masuk kedalam mulutnya. Ketika gadis itu berniat untuk menyuapinya lagi, pria itu segera mengeleng.

"Pedes, mendingan gue cari minum dulu ya."

Selesai berkata Delon segera berlalu menghampiri penjual asongan yang berada tak jauh darinya. Shila hanya mengikutinya dengan pandangan sembari diam diam tersenyum. Jelas saja tu orang kepedesan, la wong tadi ia sengaja ngasi saosnya agak kebanyakan.

"Delon, totalnya tujuh tusuk," kata gadis itu begitu Delon menghampirnya sembari menyodorkan sebotol pullpy orange yang sudah ia buka. Tidak mengerti maksut kalimatnya, pria itu hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Gue makan lima, elo dua," sambung Shila lagi. Delon ingin membantah. Dari mana datangnya dia makan dua. Udangnya saja ia hanya makan dua ekor, dan cumi cumi cuma satu. Sementara tiap tusukan terdiri dari enam sampai tujuh ekor.

"Lah, dia bengong. Buruan bayarin. Udah sore nih. Belum juga kita makan rujak."

Tak ingin berdebat, Delon segera mengeluarkan dompet dari dalam sakunya sementara Shila berjalan menjauh menghampiri gerobak rujak Pak Ndut, rujak yang memang sudah lumayan di kenal di jembatan barelang itu.

"Kita duduk di pinggir situ yuk," ajak Shila setelah lagi lagi Delon membayar rujak pesanan mereka. Duduk di pinggir jembatan yang menghadap langsung kearah matahari terbenam.

"Delon, ngomong - ngomong kita udah kayak orang pacaran aja ya. Mana ini malam minggu lagi," ujar Shila sambil menikmati rujaknya. Mendengar itu, Delon menoleh.

"Ntar kalau gue udah punya pacar beneran, gue mau ajak dia kencan di sini juga deh. Pasti lebih asik."

Shila sama sekali tidak menyadari ketika ucapannya barusan membuat Delon segera menghentikan aktifitas makannya. Matanya menatap lurus kearah Shila yang sama sekali tidak menoleh. Gadis itu justru malah sibuk memisahkan bengkoang dari aneka buah yang ada di hadapannya. Sepertinya ia tidak menyukai umbi yang satu itu.

"Emangnya jalan sama gue nggak asik?" Delon memberanikan diri bertanya.

Shila menoleh. Menghadap langsung kearah wajah Delon yang masih menantikan jawabnnya. Sambil tersenyum gadis itu menjawab. "Asik sih, tapi kan tetep aja loe itu temen gue bukan pacar."

"Ya sudah, kalau gitu gimana kalau kita pacaran aja?"

"Ha ha ha, ngaco loe. Ya nggak mungkin lah," bantah gadis itu sambil tertawa. Berbanding balik dengan raut Delon saat ini.

"Kenapa enggak?"

"Emp, kenapa ya?" Shila pasang pose berpikir. "Tunggu dulu, ini loe nggak lagi nembak gue kan?" tanya gadis itu sambil menahan diri untuk tidak tertawa.

Delon terdiam, matanya mengawasi reaksi Shila yang kini juga sedang menatap kearahnya. Dengan ragu ia mengeleng. "Tentu saja tidak."

"Ha ha ha," Shila kembali tertawa walau Delon merasa tidak ada yang lucu sama sekali.

"Eh udah mau maghrip nih. Kita sholat dulu yuk. Di deket situ ada mushala, abis itu baru kita cari makan. Gimana?" tanya Shila setelah tawanya reda.

Delon terlihat sedikit kecewa. Bagaimanapun pertanyaannya belum di jawab. Terlebih Shila tadi mengatakannya dengan kalimat spontan. Namun tak urung ia mengangguk setuju. Gadis itu benar, matahari sudah hampir terbenam. Suara Azan juga sayup mulai terdengar. Dengan perlahan ia mengikuti langkah Shila yang sepertinya sudah cukup hapal dengan tempat itu.

Setelah Sholat, mereka masih duduk sebentar di sana sembari menikmati jagung bakar. Untuk makan malam dengan seenaknya Shila memutuskan kalau mereka makan sate padang saja. Makanan sederhana yang banyak di jual disana. Baru setelah agak malaman, Delon mengantarnya pulang.

Next to Cepen Cinta "You're My Girl ~ 09

Detail Cerbung
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

Post a Comment for "Cepen Cinta "You're My Girl ~ 08"