Cerpen Cinta Romantis | Kala Cinta Menyapa ~ 07 / 13
Oke guys, masih dengan lanjutan dari cerpen Kala Cinta Menyapa yang kini udah sampe di part 07. Cerpen ini kebetulan end di part 13. So buat yang penasaran gimana jalan ceritanya, bisa langsung simak detailnya di bawah. Untuk yang belum baca bagian sebelumnya bisa disimak disini. Happy reading....
“Apa? Jadi loe jadian sama Rei? Gimana ceritanya?” tanya Rani antusias saat mendengar cerita Irma di taman belakang kampus. Seperti biasa, waktu istriahat mereka habiskan untuk santai di taman. Tadinya mau kekantin, tapi batal. Terlebih sepertinya cerita Irma kali ini adalah sesi curhat. Curhat tentang jadian dirinya dengan Rei tepatnya. Dan kalimat kaget Rani barusan hanya di balas anggukan oleh Irma dengan senyum bahagia.
“Wah, selamat ya. Apa gue bilang, loe emang naksir sama tu orang. Kenapa kemaren pake sok sokan ngeles segala si?” tambah Rani Lagi.
“Yah, abis gue kan malu. Lagian gue juga sama sekali gak pernah menduga kalau Rei ternyata selama ini juga suka sama gue,” terang Irma lirih.
“Nah, untuk ngerayain gimana kalau sekarang kita kekantin. Loe traktir gue makan,” Usul Rani antusias.
“Kenapa harus gue yang traktir?” protes Irma terlihat tidak setuju.
“Masa Gue,” Rani sambil nunjuk Wajahnya sendiri.
“Kalau gitu gimana kalau kita bayar masing – masing aja?”
Usulan Irma tak urung membuat Rani mencibir sinis kearahnya. Sahabatnya yang satu ini selain matrai bermaterai ternyata juga pelit berperangko (???).
“Ya sudahlah. Bayar masing – masing juga gak papa deh. Yang penting kita kekantin yuk sekarang. Asli gue laper banget. Loe sih tadi gue ajak curhatnya di kantin aja pake acara nolak segala,” Rani akhirnya mengalah sementara Irma tampak tersenyum simpul.
Tepat saat mereka menginjakan kaki di lantai kantin pandangan keduanya segera terjurus kesekeliling. Rani tampak memberengut sebel saat mendapati tak ada satupun meja yang kosong. Kantin memang sedang rame – ramenya pada jam makan siang. Dan saat ia menoleh kearah Irma, gadis itu juga tampak angkat bahu.
“Ya sudah lah . Kita kesini lagi entar. Mendingan kita ketaman aja lagi."
“Tapi gue kan lapernya sekarang,” tahan Rani.
“Abis gimana lagi. Loe mau duduk di lantai. Udahlah, kita keluar aja dulu. Lagian loe nggak akan mungkin mati kelaparan hanya karena menahan lapar untuk beberapa waktu kedepan,” tambah Irma sambil melangkah keluar kantin, membuat wajah Rani makin memberengut sebel. Tu orang ternyata beneran sadis. Namun tak urung kakinya melangkah mengikuti gadis itu keluar. Kembali ketaman belakang kampus.
“Huwa,,,... Irma. Gue beneran laper. Cacing di perut gue udah pada demo semua. Gimana donk,” kata Rani mendrama keadaan begitu keduanya telah duduk dibangku taman.
“Jangan lebay,” cibir Irma sinis. Kali ini Rani beneran yakin kalau sahabatnya itu adalah sahabat tersadis di dunia. # Gantian, siapa yang lebay coba.
“Nih buat loe. Walau nggak bikin kenyang tapi lumayan bisa buat menganjal perut."
Rani menoleh. Terlihat terkejut sekaligus heran. Tampang Irma juga terlihat tak jauh beda darinya saat mendapati entah sejak kapan dan datangnya darimana tau – tau kini tampak Erwin yang berdiri tepat di hadapanya sambil menyodorkan kantong plastik. Sekilas Rani mendapati bayangan Roti didalamnya.
“Buat gue?” tanya Rani kearah wajahnya sediri.
Erwin tidak menjawab, hanya tangannya sengaja mengoyang – goyangkan plasik yang ada di tangansebagai isarat agar Rani segera menambilnya.
“Tumben loe baik?” selidik Irma dengan mata terlihat menyipit kearah Erwin. Kali ini jelas tatapan curiga.
“Apa? Jadi loe jadian sama Rei? Gimana ceritanya?” tanya Rani antusias saat mendengar cerita Irma di taman belakang kampus. Seperti biasa, waktu istriahat mereka habiskan untuk santai di taman. Tadinya mau kekantin, tapi batal. Terlebih sepertinya cerita Irma kali ini adalah sesi curhat. Curhat tentang jadian dirinya dengan Rei tepatnya. Dan kalimat kaget Rani barusan hanya di balas anggukan oleh Irma dengan senyum bahagia.
“Wah, selamat ya. Apa gue bilang, loe emang naksir sama tu orang. Kenapa kemaren pake sok sokan ngeles segala si?” tambah Rani Lagi.
“Yah, abis gue kan malu. Lagian gue juga sama sekali gak pernah menduga kalau Rei ternyata selama ini juga suka sama gue,” terang Irma lirih.
“Nah, untuk ngerayain gimana kalau sekarang kita kekantin. Loe traktir gue makan,” Usul Rani antusias.
“Kenapa harus gue yang traktir?” protes Irma terlihat tidak setuju.
“Masa Gue,” Rani sambil nunjuk Wajahnya sendiri.
“Kalau gitu gimana kalau kita bayar masing – masing aja?”
Usulan Irma tak urung membuat Rani mencibir sinis kearahnya. Sahabatnya yang satu ini selain matrai bermaterai ternyata juga pelit berperangko (???).
“Ya sudahlah. Bayar masing – masing juga gak papa deh. Yang penting kita kekantin yuk sekarang. Asli gue laper banget. Loe sih tadi gue ajak curhatnya di kantin aja pake acara nolak segala,” Rani akhirnya mengalah sementara Irma tampak tersenyum simpul.
Tepat saat mereka menginjakan kaki di lantai kantin pandangan keduanya segera terjurus kesekeliling. Rani tampak memberengut sebel saat mendapati tak ada satupun meja yang kosong. Kantin memang sedang rame – ramenya pada jam makan siang. Dan saat ia menoleh kearah Irma, gadis itu juga tampak angkat bahu.
“Ya sudah lah . Kita kesini lagi entar. Mendingan kita ketaman aja lagi."
“Tapi gue kan lapernya sekarang,” tahan Rani.
“Abis gimana lagi. Loe mau duduk di lantai. Udahlah, kita keluar aja dulu. Lagian loe nggak akan mungkin mati kelaparan hanya karena menahan lapar untuk beberapa waktu kedepan,” tambah Irma sambil melangkah keluar kantin, membuat wajah Rani makin memberengut sebel. Tu orang ternyata beneran sadis. Namun tak urung kakinya melangkah mengikuti gadis itu keluar. Kembali ketaman belakang kampus.
“Huwa,,,... Irma. Gue beneran laper. Cacing di perut gue udah pada demo semua. Gimana donk,” kata Rani mendrama keadaan begitu keduanya telah duduk dibangku taman.
“Jangan lebay,” cibir Irma sinis. Kali ini Rani beneran yakin kalau sahabatnya itu adalah sahabat tersadis di dunia. # Gantian, siapa yang lebay coba.
“Nih buat loe. Walau nggak bikin kenyang tapi lumayan bisa buat menganjal perut."
Rani menoleh. Terlihat terkejut sekaligus heran. Tampang Irma juga terlihat tak jauh beda darinya saat mendapati entah sejak kapan dan datangnya darimana tau – tau kini tampak Erwin yang berdiri tepat di hadapanya sambil menyodorkan kantong plastik. Sekilas Rani mendapati bayangan Roti didalamnya.
“Buat gue?” tanya Rani kearah wajahnya sediri.
Erwin tidak menjawab, hanya tangannya sengaja mengoyang – goyangkan plasik yang ada di tangansebagai isarat agar Rani segera menambilnya.
“Tumben loe baik?” selidik Irma dengan mata terlihat menyipit kearah Erwin. Kali ini jelas tatapan curiga.
Post a Comment for "Cerpen Cinta Romantis | Kala Cinta Menyapa ~ 07 / 13"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...