Cerpen Cinta Romantis | Kala Cinta Menyapa ~ 08 / 13
Lanjutan dari cerpen Kala Cinta Menyapa bagian sebelumnya kini udah muncul ya guys. Untuk yang masih penasaran gimana kelanjutan kisahnya, bisa langsung simak ke bawah. Happy reading.
"Rani, nanya donk. Sebenernya hubungan loe sama Erwin gimana sih?" Irma kepo ketika melihat Rani yang sedari tadi sedang asik sendiri membolak balik halaman komik yang ada di tangannya. Sibuk dalam dunianya sendiri tanpa memperdulikan keberadaan temannya yang lain yang kebanyakan sedang asik bergosip ria sembari menunggu dosen mereka masuk ke kelas.
"Ya nggak gimana - gimana."
Selempeng jawabannya, Rani bahkan tanpa menoleh. Membuat jiwa kepo Irma meronta - ronta.
"Please deh ya. Nggak usah bohong sama gue ini," sembari mengubah posisi duduknya, Irma memusatkan perhatiannya pada Rani. Berharap mendapatkan perhatian dari sahabatnya itu. "Lagian gosip kalian itu udah heboh tau. Bahkan kemaren ada yang sampe mergokin kalian jalan bareng sepulang kuliah. Itu beneran?" tambahnya lagi.
Rani menghela napas. Irma dan jiwa keponya memang sesuatu yang mustahil untuk di pisahkan. Di tutupnya komik yang ia baca sedari tadi. Percuma juga ia lanjut baca, nggak akan konsen juga. Yang ada feel cerita yang lagi seru - serunya bisa kabur entah kemana.
"Gini ya Ir," di tatapnya Irma dengan lekat. Bersiap memberikan penjelasan ala guru TK pada anak didiknya. "Kan loe sendiri yang bilang itu 'gosip'," Rani mempertegas dengan menekankan kalimat pada gosip agar Irma menangkap maksud nya secara jelas. "Hari gini emang bisa di percaya. Udah jadi rahasia umum nggak sih kalau yang namanya gosip itu lebih banyak salahnya dari pada benernya."
"Justru itu," Irma makin keukeuh. "Gue mau mastiin ke sumbernya langsung biar nggak ikut kemakan hoaks. Yaitu elu. Loe yakin itu cuma gosip?"
Saat mengatakan itu, Irma bahkan sengaja menyipit - nyipitkan matanya yang sama sekali nggak sipit. Membuat radi lagi - lagi menghela nafas.
"Serius, gue nggak ada hubungan apa apa sama tu orang. Suwer deh."
"Nggak mungkin. Gosip nggak akan nyebar kalau nggak ada sumbernya."
"Oke, jadi gini. Gue nggak tau kenapa gosip bisa nyebar gitu. Yang jelas kejadian sebenernya itu gini."
Dasar Irma si ratu kepo, dengan gaya dramatis super lebaynya, gadis itu memfokuskan perhatian pada Rani. Berharap mendapakan berita yang lebih dari yang ia harapkan.
"Gue itu nggak jalan sama Erwin. Cuma kemaren kebetulan aja pas gue mau pulang, dia nawarin buat bareng. Sejenis tumpangan gratis gitu. Berhubung gue belum order Gojek, ya gue iyain aja lah."
Irma masih tutup mulut. Ia yakin ceritanya belum selesai hanya sampai di situ. Terbukti Rani kembali membuka mulutnya. "Tambahan lagi, loe bikin gue kelaperan kan kemaren?"
"Ets, nggak usah ngeles. Itu emang bener," telunjuk Rani bergerak tepat di depan wajah Irma saat di lihatnya gadis itu bersiap protes. "Loe ingetkan gegara loe bilang kita mending ke taman dari pada ngantri di kantin kemaren? Alhasil gue kelaperan. Loe tau sendiri perut gue gimana. Kebetulan kedua, Erwin nawarin buat makan bareng. Hari gini, rezeki nggak boleh di tolak kan ya. Tumben - tumbenan lagi, ada yang tetiba nawarin makan gitu. Ya gue iyain aja. Makan bareng deh kami."
Meski tidak terima di salahkan karena membuat temannya kelaparan, Irma tidak menyela. Ia masih sabar menunggu kelanjutan cerita dari sahabatnya. "Nah, niatnya setelah makan, kita langsung mau pulang. Cuma karena Erwin bilang dia pengen nonton. Kebetulan ada film bagus yang baru tayang, dan dia nggak ada yang nemenin. Yang sekalian aja mumpung masih di luar kan. Cuma kan yang nonton juga banyak. Nggak sengaja gue ketemu beberapa temen kampus kita. Alhasil jadi gosip. Gitu deh."
"Ampun deh Ran," Irma tampak gemes. "Udah gitu loe masih ngeles bilang nggak jalan bareng?."
Kali ini Rani terdiam. Setelah di ingat - ingat lagi. Sepertinya Irma ada benernya. Kemaren kan ia memang jalan bareng Erwin. Tanpa sadar ia hanya nyengir, terlebih ketika melihat raut Irma yang tampak emosi menghadapinya.
"Terus, sekarang gimana?"
"Gimana maksudnya gimana?" Rani balik bertanya. Ngobrol sama Irma kadang memang membuat otak nya yang memang lola suka semakin lola.
"Ya loe sama Erwin lah Ran," nada Irma sengaja di sabar - sabarkan. "Tau nggak sih, kalian itu udah heboh di kira pacaran."
"Kagak."
Rani dengan tegas membantah. Gimana ceritanya pacaran, Erwin aja nggak ada tuh nembak dia. Irma kadang suka ngaco memang.
"Erwin sendiri gimana? Motifnya ngedeketin loe apa?"
Bukannya menjawab, Rani justru malah tertawa. Membuat satu alis Irma terangkat. Secara lucunya dimana? Suka bingung sih emang kadang kalau punya teman lemot.
“Irma irma, sekarang gantian. Disini itu yang bego alias stupid itu gue apa elo si?”.
Irma makin bingung. "Maksudnya?"
"Ya loe salah nanya lah. Harusnya loe nanya gitu ke Erwin. Ngapain loe nanya ke gue coba?"
“Jadi kalau seandainya Erwin bilang kalian pacaran gimana?”.
“Ya suka – suka dia. Mulut – mulut dia, terus masalah buat gue,” Sahut Rani dengan santainya.
“Pletak”.
Kali ini Sebuah itakan benar – benar mendarat di kepala Rani.
“Eh dodol. Yang di gosipin disini itu elo, bukan gue. Nah kalau sampe tu gosip beneran, yang bilang nggak bermasalah siapa ha?. Loe emang nggak tau si, makanya sekarang gue pengen ngasih tau. Si Erwin itu udah terkenal dengan ke “Songongan” nya. Yah, walau berat untuk gue ngeakui si, tapi fans tu orang emang banyak. Loe bisa di jadiin kambing guling kalau berani pacaran sama dia,” tuding Irma panjang lebar.
“Ha?!. Tunggu dulu. Loe bercanda kan?. Gue nggak mungkin di hajar masa kan?” tanya Rani dengan raut takut.
“Ketawa aja kalau loe anggap itu lucu," geram Irma masih terlihat sewot.
“Oke, baiklah. Kalau gitu sekarang loe ikut gue," kata Rani sambil menutup komik yang ada di tangannya. Diraihnya tangan Irma sebelum kemudian melangkah dengan cepat meninggalkan kelasnya.
“Eh, tunggu dulu. Kita mau kemana?” tanya Irma heran sambil tetap berusaha mensejajarkan langkah kakinya.
“Diem loe. Loe ikut aja. Loe bilang kan loe sahabat gue, masa ia loe tega ngebiarin gue di jadiin kambing guling,” sahut Rani tanpa menoleh. Sementara kedua matanya jelalatan memperhatikan sekeliling. Saat kedua pasang mata itu menemukan sosok yang di cari tanpa pikir panjang segera di hampirinya.
“Aduh,” keluh Irma sambil mengusap – usap jidatnya yang tertubruk punggung Rani yang sedari tadi menyeretnya namun justru malah berhenti tiba – tiba tepat di hadapannya.
Mulut Irma sudah terbuka untuk melemparkan sumpah serapah namun sepertinya ia masih kalah cepat dari Rani yang sudah terlebih dahulu buka suara.
“Erwin kita nggak pacaran kan?”.
Refleks Irma menoleh. Matanya mendapati tatapan Erwin yang jelas – jelas terlihat bingung.
“Ayo jawab kita nggak pacaran kan?” Ulang Rani lagi.
“Tentu saja tidak. Memangnya yang bilang kita pacaran siapa?” Erwin balik bertanya.
“Tuh kan ir, Erwin juga bilang enggak. Makanya loe jangan ikut – ikutan nyebar gosip. Gue sama dia itu nggak pacaran. Jadi gue nggak bisa di jadiin kambing guling kan?”.
“Kambing guling?” mulut Erwin kembali berucap dengan nada heran.
“Ya sudah kalau gitu, Ayo sekarang kita pergi. Ma kasih ya Erwin atas jawabannya,” Kata Rani sambil berbalik, berniat kembali menyeret Irma kekelas kalau saja Erwin tidak terlebih dahulu menghadang langkahnya.
“Loe pikir loe siapa bisa datang dan pergi seenak nya”.
“He?” Rani terlihat bingung.
“Maksut loe nyamperin gue apa?. Terus pake nanyain pertanyaan aneh segala”.
“O.. itu. Loe nggak tau ya. Katanya, ehem ini masih katanya ya. Seisi kampus kita itu pada ngegosipin kalau kita itu pacaran gara – gara kemaren itu waktu loe ngajak gue nonton . Nah terus Irma bilang, Yang lagi – lagi katanya loe itu kan terkenal _ Walau gue tadinya gak kenal_ . Jadi kalau sampe ketauan gue pacaran sama loe, ntar gue bakal di jadiin kambing guling. Ye.... gue kan nggak mau. Enak aja,” Jelas Rani panjang lebar.
“Apa loe bilang barusan?” tanya Erwin setengah tidak percaya.
“Ah gue gak mau ulang lagi. Loe kira reklame bisa tayang berulang – ulang. Pokoknya intinya kita nggak pacaran. Dan gue juga jadi merasa sepertinya gue harus berfikir seribu kali deh buat jadi pacar loe. Hiiii serem,” terang Rani sambil bergidik.
“Oh ya satu lagi. Biar gue tebak, loe pasti sekarang masih jomblo kan?. Mungkin itu bukan karena loe nggak laku, tapi pasti karena cewek – cewek pada takut jadi pacar loe. Makanya kalo punya wajah itu pas – pasan aja, nggak usah terlalu keren. Ribet sendirikan,” sambung Rani sebelum Erwin sempat buka mulut_Walau sebernernya sedari tadi mulutnya terbuka tak percaya.
“Udah irma. Semua masalah sekarang udah clear. Gue sama Erwin terbukti nggak pacaran. Kalo gitu ayo kita pergi,” kali ini Rani langsung menyeret Irma yang masih terdiam terpaku tanpa sempat untuk Erwin mencegahnya lagi. Sepertinya Erwin sendiri juga masih mencerne apa maksut ucapan gadis itu yang semakin jauh menghilang dari pandangan.
Next To Cerpen Kala Cinta menyapa part 9
Credit Gambar : Ana Merya
"Rani, nanya donk. Sebenernya hubungan loe sama Erwin gimana sih?" Irma kepo ketika melihat Rani yang sedari tadi sedang asik sendiri membolak balik halaman komik yang ada di tangannya. Sibuk dalam dunianya sendiri tanpa memperdulikan keberadaan temannya yang lain yang kebanyakan sedang asik bergosip ria sembari menunggu dosen mereka masuk ke kelas.
"Ya nggak gimana - gimana."
Selempeng jawabannya, Rani bahkan tanpa menoleh. Membuat jiwa kepo Irma meronta - ronta.
"Please deh ya. Nggak usah bohong sama gue ini," sembari mengubah posisi duduknya, Irma memusatkan perhatiannya pada Rani. Berharap mendapatkan perhatian dari sahabatnya itu. "Lagian gosip kalian itu udah heboh tau. Bahkan kemaren ada yang sampe mergokin kalian jalan bareng sepulang kuliah. Itu beneran?" tambahnya lagi.
Rani menghela napas. Irma dan jiwa keponya memang sesuatu yang mustahil untuk di pisahkan. Di tutupnya komik yang ia baca sedari tadi. Percuma juga ia lanjut baca, nggak akan konsen juga. Yang ada feel cerita yang lagi seru - serunya bisa kabur entah kemana.
"Gini ya Ir," di tatapnya Irma dengan lekat. Bersiap memberikan penjelasan ala guru TK pada anak didiknya. "Kan loe sendiri yang bilang itu 'gosip'," Rani mempertegas dengan menekankan kalimat pada gosip agar Irma menangkap maksud nya secara jelas. "Hari gini emang bisa di percaya. Udah jadi rahasia umum nggak sih kalau yang namanya gosip itu lebih banyak salahnya dari pada benernya."
"Justru itu," Irma makin keukeuh. "Gue mau mastiin ke sumbernya langsung biar nggak ikut kemakan hoaks. Yaitu elu. Loe yakin itu cuma gosip?"
Saat mengatakan itu, Irma bahkan sengaja menyipit - nyipitkan matanya yang sama sekali nggak sipit. Membuat radi lagi - lagi menghela nafas.
"Serius, gue nggak ada hubungan apa apa sama tu orang. Suwer deh."
"Nggak mungkin. Gosip nggak akan nyebar kalau nggak ada sumbernya."
"Oke, jadi gini. Gue nggak tau kenapa gosip bisa nyebar gitu. Yang jelas kejadian sebenernya itu gini."
Dasar Irma si ratu kepo, dengan gaya dramatis super lebaynya, gadis itu memfokuskan perhatian pada Rani. Berharap mendapakan berita yang lebih dari yang ia harapkan.
"Gue itu nggak jalan sama Erwin. Cuma kemaren kebetulan aja pas gue mau pulang, dia nawarin buat bareng. Sejenis tumpangan gratis gitu. Berhubung gue belum order Gojek, ya gue iyain aja lah."
Irma masih tutup mulut. Ia yakin ceritanya belum selesai hanya sampai di situ. Terbukti Rani kembali membuka mulutnya. "Tambahan lagi, loe bikin gue kelaperan kan kemaren?"
"Ets, nggak usah ngeles. Itu emang bener," telunjuk Rani bergerak tepat di depan wajah Irma saat di lihatnya gadis itu bersiap protes. "Loe ingetkan gegara loe bilang kita mending ke taman dari pada ngantri di kantin kemaren? Alhasil gue kelaperan. Loe tau sendiri perut gue gimana. Kebetulan kedua, Erwin nawarin buat makan bareng. Hari gini, rezeki nggak boleh di tolak kan ya. Tumben - tumbenan lagi, ada yang tetiba nawarin makan gitu. Ya gue iyain aja. Makan bareng deh kami."
Meski tidak terima di salahkan karena membuat temannya kelaparan, Irma tidak menyela. Ia masih sabar menunggu kelanjutan cerita dari sahabatnya. "Nah, niatnya setelah makan, kita langsung mau pulang. Cuma karena Erwin bilang dia pengen nonton. Kebetulan ada film bagus yang baru tayang, dan dia nggak ada yang nemenin. Yang sekalian aja mumpung masih di luar kan. Cuma kan yang nonton juga banyak. Nggak sengaja gue ketemu beberapa temen kampus kita. Alhasil jadi gosip. Gitu deh."
"Ampun deh Ran," Irma tampak gemes. "Udah gitu loe masih ngeles bilang nggak jalan bareng?."
Kali ini Rani terdiam. Setelah di ingat - ingat lagi. Sepertinya Irma ada benernya. Kemaren kan ia memang jalan bareng Erwin. Tanpa sadar ia hanya nyengir, terlebih ketika melihat raut Irma yang tampak emosi menghadapinya.
"Terus, sekarang gimana?"
"Gimana maksudnya gimana?" Rani balik bertanya. Ngobrol sama Irma kadang memang membuat otak nya yang memang lola suka semakin lola.
"Ya loe sama Erwin lah Ran," nada Irma sengaja di sabar - sabarkan. "Tau nggak sih, kalian itu udah heboh di kira pacaran."
"Kagak."
Rani dengan tegas membantah. Gimana ceritanya pacaran, Erwin aja nggak ada tuh nembak dia. Irma kadang suka ngaco memang.
"Erwin sendiri gimana? Motifnya ngedeketin loe apa?"
Bukannya menjawab, Rani justru malah tertawa. Membuat satu alis Irma terangkat. Secara lucunya dimana? Suka bingung sih emang kadang kalau punya teman lemot.
“Irma irma, sekarang gantian. Disini itu yang bego alias stupid itu gue apa elo si?”.
Irma makin bingung. "Maksudnya?"
"Ya loe salah nanya lah. Harusnya loe nanya gitu ke Erwin. Ngapain loe nanya ke gue coba?"
“Jadi kalau seandainya Erwin bilang kalian pacaran gimana?”.
“Ya suka – suka dia. Mulut – mulut dia, terus masalah buat gue,” Sahut Rani dengan santainya.
“Pletak”.
Kali ini Sebuah itakan benar – benar mendarat di kepala Rani.
“Eh dodol. Yang di gosipin disini itu elo, bukan gue. Nah kalau sampe tu gosip beneran, yang bilang nggak bermasalah siapa ha?. Loe emang nggak tau si, makanya sekarang gue pengen ngasih tau. Si Erwin itu udah terkenal dengan ke “Songongan” nya. Yah, walau berat untuk gue ngeakui si, tapi fans tu orang emang banyak. Loe bisa di jadiin kambing guling kalau berani pacaran sama dia,” tuding Irma panjang lebar.
“Ha?!. Tunggu dulu. Loe bercanda kan?. Gue nggak mungkin di hajar masa kan?” tanya Rani dengan raut takut.
“Ketawa aja kalau loe anggap itu lucu," geram Irma masih terlihat sewot.
“Oke, baiklah. Kalau gitu sekarang loe ikut gue," kata Rani sambil menutup komik yang ada di tangannya. Diraihnya tangan Irma sebelum kemudian melangkah dengan cepat meninggalkan kelasnya.
“Eh, tunggu dulu. Kita mau kemana?” tanya Irma heran sambil tetap berusaha mensejajarkan langkah kakinya.
“Diem loe. Loe ikut aja. Loe bilang kan loe sahabat gue, masa ia loe tega ngebiarin gue di jadiin kambing guling,” sahut Rani tanpa menoleh. Sementara kedua matanya jelalatan memperhatikan sekeliling. Saat kedua pasang mata itu menemukan sosok yang di cari tanpa pikir panjang segera di hampirinya.
“Aduh,” keluh Irma sambil mengusap – usap jidatnya yang tertubruk punggung Rani yang sedari tadi menyeretnya namun justru malah berhenti tiba – tiba tepat di hadapannya.
Mulut Irma sudah terbuka untuk melemparkan sumpah serapah namun sepertinya ia masih kalah cepat dari Rani yang sudah terlebih dahulu buka suara.
“Erwin kita nggak pacaran kan?”.
Refleks Irma menoleh. Matanya mendapati tatapan Erwin yang jelas – jelas terlihat bingung.
“Ayo jawab kita nggak pacaran kan?” Ulang Rani lagi.
“Tentu saja tidak. Memangnya yang bilang kita pacaran siapa?” Erwin balik bertanya.
“Tuh kan ir, Erwin juga bilang enggak. Makanya loe jangan ikut – ikutan nyebar gosip. Gue sama dia itu nggak pacaran. Jadi gue nggak bisa di jadiin kambing guling kan?”.
“Kambing guling?” mulut Erwin kembali berucap dengan nada heran.
“Ya sudah kalau gitu, Ayo sekarang kita pergi. Ma kasih ya Erwin atas jawabannya,” Kata Rani sambil berbalik, berniat kembali menyeret Irma kekelas kalau saja Erwin tidak terlebih dahulu menghadang langkahnya.
“Loe pikir loe siapa bisa datang dan pergi seenak nya”.
“He?” Rani terlihat bingung.
“Maksut loe nyamperin gue apa?. Terus pake nanyain pertanyaan aneh segala”.
“O.. itu. Loe nggak tau ya. Katanya, ehem ini masih katanya ya. Seisi kampus kita itu pada ngegosipin kalau kita itu pacaran gara – gara kemaren itu waktu loe ngajak gue nonton . Nah terus Irma bilang, Yang lagi – lagi katanya loe itu kan terkenal _ Walau gue tadinya gak kenal_ . Jadi kalau sampe ketauan gue pacaran sama loe, ntar gue bakal di jadiin kambing guling. Ye.... gue kan nggak mau. Enak aja,” Jelas Rani panjang lebar.
“Apa loe bilang barusan?” tanya Erwin setengah tidak percaya.
“Ah gue gak mau ulang lagi. Loe kira reklame bisa tayang berulang – ulang. Pokoknya intinya kita nggak pacaran. Dan gue juga jadi merasa sepertinya gue harus berfikir seribu kali deh buat jadi pacar loe. Hiiii serem,” terang Rani sambil bergidik.
“Oh ya satu lagi. Biar gue tebak, loe pasti sekarang masih jomblo kan?. Mungkin itu bukan karena loe nggak laku, tapi pasti karena cewek – cewek pada takut jadi pacar loe. Makanya kalo punya wajah itu pas – pasan aja, nggak usah terlalu keren. Ribet sendirikan,” sambung Rani sebelum Erwin sempat buka mulut_Walau sebernernya sedari tadi mulutnya terbuka tak percaya.
“Udah irma. Semua masalah sekarang udah clear. Gue sama Erwin terbukti nggak pacaran. Kalo gitu ayo kita pergi,” kali ini Rani langsung menyeret Irma yang masih terdiam terpaku tanpa sempat untuk Erwin mencegahnya lagi. Sepertinya Erwin sendiri juga masih mencerne apa maksut ucapan gadis itu yang semakin jauh menghilang dari pandangan.
Next To Cerpen Kala Cinta menyapa part 9