Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Novel Online "Kazua Mencari Cinta" ~ 17 / 22

Holaa guys, admin muncul lagi nih dari tumpukan laporan bulanan yang harus di selesaikan #Resikoakhirbulan. Bosen juga di teror dengan lanjutan Kazua mencari cinta yang kebetulan emang terbengkalai. Abisnya ide nggak ada. Serius, nggak tau ni cerita mau di endkan gimana.

Emp, tapi nggak papa deh. Berhubung ide baru juga lagi nggak ada, admin coba lanjut. Biar nyambung sama ceritanya karena udah kelamaan ngaret, bisa di baca dulu bagian sebelumnya disini. Happy reading....

Kazua Mencari Cinta
Kazua Mencari Cinta

"Gue nggak keberatan loe jatuh cinta sama gue."

Kazua menoleh, terkejut dengan ucapan Zafran padanya barusan. Matanya menatap lurus kearah pria yang duduk tepat dihadapannya.

"Dengan catatan, loe harus bisa bikin gue jatuh cinta sama loe duluan. Yang gue yakin banget, itu nggak akan terjadi," lanjutan yang keluar dari mulut Zafran sontak membuat Kazua mencibir.

"Tau ah. Udah deh, kita pulang aja yuk," ajak Kazua mengalihkan topik.

"Kan gue udah bilang, loe makan dulu."

"Kalau loe mau makan, makan aja. Gue mau pulang. Titik," tanpa menunggu balasan dari Zafran, gadis itu bangkit berdiri. Teriakan dari pria itu sama sekali tidak ia indahkan. Kazua terus melangkah dalam diam. Lagian jujur saja ia merasa kesel. Apa apaan itu? Bikin jatuh cinta tapi nggak mungkin terjadi. cih, kayak dia pangeran aja.

"Gue pria yang bertanggung jawab kalau loe belum tau. Karena loe tadi pergi bareng gue, maka loe juga harus pulang sama gue. Ayo."

Zafran yang kini berhasil mengejar Kazua tanpa berkata meraih tangan gadis itu, menariknya kearah parkiran. Untuk kali ini, Kazua juga sama sekali tidak berniat untuk menolak. Lagipula tadi itu juga hanya gertakan. Kalau di pikir lagi, ia juga males kalau harus pulang sendiri.


"Plak."

"Aduh," Keysia mengusap - usap kepalanya yang terasa sakit. Ketika menoleh ia mendapati Kazua berdiri tepat di sampingnya dengan sebuah novel di tangan. Sepertinya Novel itu yang ia gunakan untuk menimpuk kepalanya barusan.

"Loe nggak bisa nyapa orang dengan cara yang lebih normal ya? Selamat pagi kek," kesel Keysia akan ulah sahabatnya.

"Gue lagi kesel sama loe. Jadi nggak usah protes," geram gadis itu, baru kemudian duduk di bangkunya. Tepat di samping Keysia.

"Emangnya gue bikin salah apa?" tanya Keysia dengan polosnya. Lagian yang benar saja lah. sedari tadi ia datang juga ia langsung duduk cantik sambil baca - baca. Kapan ia sempat bikin ulah untuk membuat Kazua kesel coba.

"Loe lupa yang apa yang loe lakuin tadi malem. Asal loe tau aja ya gue sampai..."

"Akh iya. Gue baru inget. Sumpah gue penasaran banget. Tadi malam itu gimana? Sukseskan? Gue liat loe meluk Zafran aja erat banget," potong Keysia dengan raut sumringah. Sama sekali tidak tepengaruh dengan tatapan tajam Kazua padanya.

"Sukses apaanya Keysia?" geram Kazua dengan nada yang sok disabar - sabarkan. "Yang ada loe itu bikin image gue ancur di depan tu cowok."

"Ha? Kok bisa?" alis Keysia terangkat tanda heran.

"Ya bisa lah. Gara - gara loe gue nangis di depan dia. Mana..."

"Loe nangis?" potong Keysia makin nganga. Serius ia tidak percaya kalau sahabatnya itu bisa nangis. "Tapi kenapa loe bisa nangis? Tu cowok macem macem ya?"

"Plak."

Untuk kedua kalinya sebuah buku kembali mendarat di kepala Keysia.

"Kazua, please deh ya. Sumpah sakit tau. Dan satu lagi, tau nggak sih. Ni kepala setiap tahun di fitrahin sama bokap nyokap gue," kesel Keysia kearah Kazua. Lagian sahabatnya itu songong banget sih. Emangnya boleh ya selama berteman itu melakukan kekerasan fisik?

"Makanya kalau ngomong itu jangan asal nyablak. Yang macem macem itu kan bukan Zafran, tapi elo. Karena elo dengan seenak jidatnya ngejebak gue buat nonton film horror yang loe tau banget kalau gue itu takut. Apa coba maksutnya?"

"Tunggu dulu," Keysia tampak berpikir. "Maksut loe, loe nangis karena loe takut waktu nonton?"

Pertanyaan Keysia hanya di balas cibiran oleh Kazua.

"Ya ampun Kazua. Umur loe berapa sih? Loe kan bukan anak - anak, masa nangis?" cela Keysia yang makin membuat gondok Kazua mendengarnya.

"Tapi..." raut wajah Keysia mendadak berubah. "Ngomong - ngomong pas liat loe nangis, reaksi Zafran gimana?" sambung Keysia dengan tatapan menyelidik.

Kazua mencibir walau tak urung pertanyaan itu mengingatkannya akan kejadian kemaren.

"Mau tau aja."

"Ih cerita donk. Loe kok gitu banget sih. Sumpah gue beneran penasaran. Mana kemaren gue sempet liat loe jalan sambil peluk - pelukan lagi. Terus juga..."

Ucapan Keysia terputus dengan bekapan Kazua pada mulutnya. Mata gadis itu mendelik kearah sahabatnya. Benar - benar merasa kesel. Terlebih ketika teman - temannya kini menatapnya dengan tatapan heran. Kalau sampai ada rumor yang nggak jelas karena ucapannya barusan, Kazua janji ia akan segera mencoret nama Keysia dari list sahabatnya.

"Bisa diem nggak loe? Gue tadi nggak sarapan nih, makanya napsu banget buat makan orang. Mau, loe yang gue makan?"

Walau sempat mencibir, tak urung Keysia manut. Terlebih dalam hati selain penasaran ia juga merasa sedikit bersalah. Kalau memang kemaren Kazua sempet nangis gara - gara dia, berarti dia emang keterlaluan.

Begitu bel istirahat berbunyi, Kazua bergegas mengemasi barang - barangnya. Kepalanya menoleh kearah Keysia untuk mengajaknya makan siang bareng. Namun belum sempat mulutnya terbuka, sebuah teriakan memangggil namanya sudah terlebih dahulu menginterupsi. Keningnya sedikit berkerut ketika melihat Zafran ada disana. Tumben - tumbenan tu anak muncul.

"Kazu, loe..." tunjuk Zafran tepat kearahnya. "Ikut gue," selesai berkata pria itu segera berbalik tanpa menoleh lagi. Bahkan hanya untuk memastikan apakah sosok yang di interuksikannya benar benar mengerti atau tidak.

"Kenapa tu anak?" tanya Keysia kearah Kazua dengan tatapan heran. Gadis itu hanya angkat bahu karena ia juga tidak tahu.

"Ya sudah. Buruan loe ikutin, ntar dia ngamuk lagi."

Kali ini Kazua menangguk. Dengan asal ia memasukan buku bukunya kedalam laci meja baru kemudian berlari mengejar Zafran yang ternyata benar - benar meninggalkannya dengan interuksi yang nggak jelas itu.

"Ada apa?" tanya Kazua setelah berhasil mencapai Zafran yang menghentikan langkahnya sambil berdiri didekat pagar sekolah di lantai tiga. Oh, ia sudah pernah bilang belum kalau sekolahnya itu tingkat 3?

Zafran tidak menjawab, sebaliknya pria itu justru malah memberi isarat kearah Kasua untuk menatap kebawah. Kearah teman temannya yang berseliweran atau sekedar ngobrol bareng teman yang lain.

"Ada apa?" ulang Kazua yang masih tidak mengerti maksut dari perintah Zafran walau ia sudah menuruti apa yang di katakanya.

"Sekarang loe pilih. Diantar mereka siapa yang mau loe jadikan pacar?" tanya pria itu tanpa menoleh.

"HA?" Kazua melongo.

"Loe bilang kan loe mau cari pacar. Ya sudah, loe pilih. Tipe cowok yang seperti apa yang loe mau. Karena yang paling mudah itu kalau targetnya adalah teman sekolah kita, makanya gue ajak loe kesini. Sekarang loe tinggal tunjuk aja, cowok mana yang loe mau. Baru ntar kita susun rencana buat deketin dia."

"Sekarang?"

"Tahun depan!" geram Zafran sambil menatap kesel kearah gadis di sampingnya. "Ya sekarang lah. Buruan."

Lagi - lagi Kazua manut. Matanya dengan cermat mengawasi satu persatu orang - orang yang ada di bawah yang masing masing sibuk dengan urusannya tanpa menyadari ada dua orang manusia yang sedang memperhatikan mereka.

"Kalau yang itu gimana?" tunjuk Zafran kearah sosok yang baru muncul dari gerbang sekolah.

Kazua mengikuti arah telunjuk Zafran. Matanya menatap lekat sosok tersebut sembari memberikan penilaian. Tampang nya sih lumayan keren. Tinggi juga. Potongan rambutnya juga oke.

"Nggak deh."

"Kenapa?"

"Loe nggak liat dia baru datang. Yang benar saja jam segini baru muncul. Pasti anaknya berandalan. Ogah gue."

Zafran tampak mengangguk mendengar alasan Kazua yang di rasa masuk akal.

"Kalau yang itu gimana?" kali ini telunjuk Zafran terarah kearah seorang anak yang tampak menyendiri di bawah pohon sambil membaca buku.

"Jangan deh. Masa loe milihin gue cowok kutu buku gitu. Yah walau gue juga suka buku tapi kan kalau jadian sama dia ribet. Yang ada kami malah sama sama diem. Secara masa jam istirahat dia malah nyendiri sambil baca. Cowok lagi," tolak Kazua sambil menggeleng.

"Kalau yang itu?"

"Gue nggak suka model rambutnya."

"Yang disana?"

"Nggak mau, pendek."

Zafran menghela nafas. Matanya menatap kesel kearah Kazua yang masih menatap kebawah. "Jadi loe mau nya yang gimana?"

Kazua menoleh, matanya membalas tatapan Zafran baru kemudian mengeleng pelan. "Gue juga nggak tau sih."

"Please deh Kazu. Loe niat nyari pacar nggak sih?"

"Niat donk," balas Kazua cepat.

"Ya sudah. Kalau gitu yang serius donk. Loe gue pilihin dari tadi nggak mau, terus loe mau nya yang kek mana?"

Kazua terdiam sembari menunduk. Beberapa saat kemudian ia kembali mengangkat wajah, menatap kearah Zafran yang masih merasa kesel padanya. "Gue mau itu cowoknya keren, tinggi, baik, pinter, terus juga enak di ajak ngobrol. Kalau perlu romantis juga."

"Busyed, loe kate ini film anime ada model gituan. Dan kalaupun emang ada, gue nggak yakin dia mau melirik elo."

Gantian Kazua yang menatap Zafran kesel. Ngehina banget sih tuh kalimat.

"Nggak usah kesel. Gue ngomong kan beneran. Buktinya, gue keren, tinggi, baik, pinter, enak juga di ajak ngobrol. Dan masalah romantis romantisan, itu kecil. Tapi tetep aja gue nggak mau sama loe."

"Loe bisa lebih nyebelin lagi nggak sih. Sumpah, gue pengen muntah dengernya," kesel Kazua yang justru malah membuat Zafran tergelak.

"Jadi serius ni. Diantara mereka beneran nggak ada yang mau loe pilih?" tanya Zafran setelah keduanya lama terdiam. Kazua hanya menggeleng.

"Atau sebenernya loe udah punya calon sendiri?" tanya Zafran setelah lama keduanya terdiam.

Kazua tidak lantas menjawab. Terus terang ia memang tidak punya calon. Hanya saja ia mendadak ingat saran Keisya. Bagaimana kalau ia deketin Zafran aja. Toh yang Zafran katakan tadi benar. Dia baik, pinter, keren, enak di ajak ngobrol. Pokoknya kriteria yang dia cari pas banget deh. Asal nyebelinnya agak di kurangin dikit, tu cowok beneran sempurna. Cuma masalahnya.....

"Loe beneran udah punya calon yang loe incer. Kenapa loe nggak bilang sama gue?!" ucapan Zafran sontak membuat Kazua menoleh kearahnya. Gadis itu dengan cepat menggeleng.

"Nggak ada! Beneran deh," kata Kazua sambil mengangkat kedua jari telunjuk dan jari tengahnya untuk meyakinkan. Tatapan Zafan menyipit, menyelidiki reaksi gadis itu. Tapi Kazua segera mengalihkan tatapannya. Matanya kembali menatap kearah teman temannya yang berlalu lalang disana.

Menjadikan Zafran sebagai pacarnya? Yang benar saja! Tu cowokan sejak awal sudah dicoret dari daftar.

"Ya sudah kalau gitu. Kita makan yuk."

Ajakan Zafran kembali membuat Kazua mengalihkan tatapnnya.

"Loe yang traktir..." tambah pria itu sambil berjalan meninggalkan Kazua. Walau ia tidak mengatakan akan kemana, tapi Kazua sudah tau arah yang di tuju. Dengan segera gadis itu berjalan mengikuti.

"Kenapa harus gue yang traktir?" tanya Kazua sambil mensejajarkan langkahnya.

"Loe keberatan?" bukannya menjawab Zafran balik bertanya.

Tentu saja. Selain karena di mana mana biasanya cowok yang harus bayarin, juga karena uang sakunya kan pas - pasan. Mana ia masih harus hemat lagi gara gara ia ngincer novel terbaru untuk mengisi koleksinya. Tapi walau begitu....

"Enggak, kalau sekali kali kayaknya nggak masalah," ujar gadis itu sambil menunduk. Diam - diam Zafran meliriknya. Bahkan pria itu tak mampu menahan senyumnya saat melihat tampang lemes gadis itu. Entah kenapa belakangan ia merasa suka mengerjai Kazua. Terlebih ketika tu anak mulai menujukan ekpresi yang kadang di luar dugaannya.

Next to Kazua mencari cinta part 18

Detail Cerpen
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

3 comments for "Novel Online "Kazua Mencari Cinta" ~ 17 / 22"

  1. kalo menurut ku biar kazua saja yang suka. kan judulnya kazua mencari cinta.

    ReplyDelete
  2. sepertinya lebih seru kalau zafran yang jatuh cinta terlebih dahulu dan kazua pun dibuat memiliki perasaan yang sama

    ReplyDelete
  3. sepertinya lebih seru kalau zafran yang jatuh cinta terlebih dahulu dan kazua pun dibuat memiliki perasaan yang sama

    ReplyDelete

Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...