Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Novel Online "Kazua Mencari Cinta" ~ 18 / 22

"Kak, Kazua Mencari Cinta lanjutannya mana?", inbox yang masuk ke akun nggak jauh jauh dari kalimat itu. Sedikit ngerasa bersalah juga sih, kayaknya ni cerita satu emang lumayan lama terbengkalainya. So, akhirnya di putuskan untuk membuat lanjutannya lagi. Yah tapi seadannya aja ya.

Dan berhubung ni cerita juga udah lumayan lama, so buat yang udah lupa sama bagian sebelumnya bisa cek dulu disini ya. Terakhir, happy reading....

Kazua Mencari Cinta
Kazua Mencari Cinta

Kazua sedang asik membaca ketika suara bel rumahnya berderu nyaring. Dengan ogah ogahan gadis itu beranjak bangkit. Ia hanya mampu menghembuskan nafas ketika melihat sang tamu yang neyonong masuk tanpa permisi.

"Loe di rumah sendirian?" tanya sang tamu, si Irma, tetangga Kazua yang terkenal usil. Kazua hanya membalas dengan angkat bahu, tak perduli apakah Irma melihatnya atau tidak.

"Cowok cakep yang biasanya kesini mana?" tanya gadis itu lagi. Kali ini Kazua menoleh, menatap langsung kearah Irma yang juga menatapnya.

"Cowok yang mana?"

"Jangan pura - pura gitu deh. Ya cowok yang mau di incer sama gue, tapi malah keduluan elo."

Kerutan di kening Kazua makin bertambah.

Untuk sejenak Irma menghela nafas baru kemudian menambahkan. "Loe inget nggak, dulu itu gue pernah cerita kalau gue ketemu sama cowok cakep di minimarket depan. Nah, dia itu cowoknya," kata Irma sambil menjentikan jari.

Sejujurnya Kazua masih tidak mengerti tentang siapa cowok yang di maksut. Tapi mendengar kalimat minimarket, gadis itu langsung inget dengan insident yang terjadi waktu itu.

"Oh, yang pas loe nyeret gue untuk nemenin belanja tau tau gue malah di tinggal itu ya?" sindir Kazua sinis.

Irma hanya nyengir. "Pas bagian itu, iya deh gue ngaku. Gue yang salah. Gue minta maaf. Tapi... Loe tetep mau ngenalin gue sama dia kan?"

Mata Kazua menyipit. "Sebenernya yang loe maksut 'dia' itu siapa sih? Serius, gue nggak tau."

"Pelit amat," Irma mencibir. "Cowok yang biasanya kesini itu lah. Yang sering jemput loe untuk keluar bareng. Malah beberapa kali gue sempet mergokin kalian main di lapangan. Gitu rupannya ya, giliran udah punya pacar, gue di lupain."

"Tunggu dulu," Kazua tanpak berpikir. "Jadi maksut loe Zafran. Oh, dia itu bukan..."

"Jadi namanya Zafran," potong Irma antusias. "Loe mau ngenalin dia ke gue kan? Beneran deh, gue cuma pengen kenal aja. Nggak ada dalam kamus gue istilah merebut pacar temen sendiri. Serius."

"Yang bilang gue sama dia pacaran siapa?" tanya Kazua heran.

Irma ikut memasang tampang serupa. "Yakin loe sama dia nggak pacaran?". Kazua menggeleng.

"Dia udah punya pacar?"

Lagi lagi Kazua mengeleng.

"Loe itu bego atau stupid sih? Cowok cakep gitu loe anggurin. Kenapa nggak loe pacarin?"

"Ha?" Kazua asil melongo. Matanya menatap kearah Irma yang juga sedang menatapnya dengan tatapan miris. Memangnya apa yang salah dengan dirinya.

"Denger ya Kazua. Jaman sekarang ini, nyari cowok cakep itu udah susah. Kalau nggak udah punya pacar biasanya sih doinya 'melambai' alias jeruk makan jeruk. La ini, udah berada tepat didepan mata malah loe sia siain. Ntar dia diempat orang lain, ngangis nggak berlagu loe."

"Ikh, loe apa banget sih. Nggak gitu juga kali," cela Kazua, Irma hanya angkat bahu.

"Terserah loe aja deh kalau nggak percaya. Tapi saran gue sih, mumpung masih ada kesempatan jangan di sia siain. Lagian nggak semua orang beruntung punya kesempatan kedua," nasehat Irma sok bijak. Untuk kali ini Kazua hanya bungkam. Sibuk mencerna ucapan Irma yang mungkin ada benarnya.

"Ngomong - ngomong, loe nggak ada kegiatan kan? Temenin gue ke toko buku bentar yuk. Ada yang harus gue cari buat tugas sekolah," ajak Irma setelah beberapa saat kemudian.

Kazua tidak segera menjawab. Mata gadis itu kembali menyipit mengamati sosok yang duduk tepat di sampingnya. Menemani gadis itu? Jujur ia sediki trauma, bagaimana kalau nanti ia di tinggal lagi. Lagi pula Irma kan emang biasanya gitu. Suka semena - mena.

"Tenang aja. Nggak usah lebai gitu deh. Kali ini loe nggak akan gue tinggalin. Oke? Lagian loe kan suka baca juga, loe nggak pengen nambahin koleksi buku lho. In a blue moon karya Ilana Tan udah keluar lho. Katanya..."

"Oke, gue setuju. Ayo kita cus sekarang," Kazua segera bangkit berdiri mendahuli Irma yang tak mampu menahan senyum melihatnya. Akh, tetangganya itu emang paling gampang di pengaruhi. Tak ingin memikirkan lebih jauh, ia ikut beranjak. Melangkah keluar menuju kearah Toko buku yang berada lumayan jauh dari rumahnya.

Sambil terus berjalan diantar rak rak buku yang berjejer, Kazua tidak henti henti terus memaki Irma dalam hati. Pasalnya lagi lagi ia kembali hanya di drop kan di situ, baru kemudian di tinggal pergi karena ternyata tu cewek ada urusan _ yang Kazua sama sekali tidak tertarik untuk tau urusan apa itu. Parahnya, sama seperti sebelumnya, Irma beralasan ia tidak bisa kembali mengantar dirinya pulang karena urusannya sangat urgent. Jadi ia menyarankan si Kazua untuk pulang dengan angkutan umum saja. Lagi pula, Kazua kan juga mau cari buku. Harusnya itu tidak masalah....

La sekarang tidak masalah apanya coba? Walau di toko buku, tapi jalan sendirian itu nggak asik. Belum lagi dengan suasana hatinnya yang jadi tidak bersahabat. Yang ada malah...

"Kazua?"

Kazua menoleh seiring dengan tepukan di pundaknya. Keningnya sedikit mengernyit melihat sosok yang kini berdiri tepat di depannya. Wajahnya sedikit familiar. Ia yakin ia pernah ketemu, tapi sepertinya penyakit lupanya sedang kambuh di saat yang tidak tepat.

"Ternyata bener tebakan gue. Loe beneran Kazua," gumam Pria itu terlihat lega. "Lagi nyari buku ya?" tanyanya lagi.

Kali ini Kazua hanya membalas dengan anggukan sembari kembali mengutuk dalam hati. Tapi kali ini bukan tentang Irma melainkan dirinya sendiri. Oh ayolah, ingat! Orang itu siapa?

"Loe masih inget sama gue kan?" tanya pria itu saat melihat raut bingung di wajah Kazua.

Kazua menyerah. Sambil tersenyum karena merasa bersalah gadis itu berujar lirih. "Sorry, Sorry banget. Gue lupa. Emp, loe siapa ya? Kok kenal gue?"

Sosok dihadapannya terdiam mengamati Kazua dari bawah hingga keatas sebelum kemudian tertawa lepas. "Akh, gue tersinggung nih. Masa gue secakep ini di lupain."

Kalimat dari pria itu semakin membuat Kazua merasa bersalah.

"Gue temennya Zafran yang dulu pernah di kenalin. Tapi kalau loe beneran lupa, nggak papa deh. Gue nggak keberatan kita kenalan lagi. Kenalin, gue Rudi."

"Ya ampun, akh iya. Elo Rudi. Gue kok bisa lupa. Aduh sorry, sorry banget," kata Kazua sambil secara refleks menutupi wajahnnya.

"Ha ha ha. Pasti karena muka gue pasaran ya? Atau karena nama Zafran udah kadung lengket di ingatan?"

"Apaan sih.." Kazua menunduk malu.

"Sendirian?" tanya Rudi lagi setelah sebelumnya kepalanya sempat menoleh kesana sini.

Kazua mengangguk sambil tersenyum.

"Zafan mana? Loe nggak bareng dia?"

Kazua tidak lantas menjawab. Untuk sejenak ia mengelah nafas baru kemudian menoleh kearah Rudi yang justru sedang asik melihat deretan buku di hadapannya, bersikap seolah kalimat yang ia lontarkan barusan hanya basa basi. Atau memang kenyataannya begitu. Rudi hanya berbasa basi. Tapi tetep saja, pertanyaan itu mengusik hati Kazua. Secara kenapa kemana mana ia selalu di kaitkan dengan pria itu.

"Kenapa gue harus bareng sama Zafran. Emangnya gue pacarnya," balas Kazua sambil lalu. Perlahan tangannya menyambar buku yang ada di hadapannya sembari membaca judul serta keterangan yang tertera. Merasa tidak menarik ia mengembalikan buku tersebut ketempatnya. Saat menoleh, kepalannya mendapati kalau Rudi sedang menatapnya.

"Kenapa?" Kazua mengerutkan kening heran.

"Loe sama Zafran beneran nggak pacaran?" tanya Rudi dengan raut serius.

Kali ini Kazua tertawa sambil mengeleng. "Ya enggak lah. Gue sama dia itu cuma temenan. Tepatnya sebenernya dia cuma bantuin gue buat dapatin pacar. Secara gue jomblo dan dia...ups," tangan Kazua terulur menutup mulutnnya sendiri. Terlalu banyak informasi yang tidak seharusnya ia katakan telah meluncur. Gawat...

Dengan hati hati, Kazua melirik kearah Rudi yang masih pasang raut melongo. Sepertinya ia tak percaya dengan apa yang Kazua katakan. Entah tak percaya kalau Kazua dan Zafran hanya berteman, atau justru tak percaya karena ada orang yang minta bantuan untuk mencari pacar. Tapi bisa jadi, Rudi justru tak mempercayai keduannya.

"Jadi maksut loe, Zafran bantuin loe buat dapatin pacar?" ulang Rudi memperjelas.

"Anu.. itu... Nggak... Maksut gue.." Kazua kelimpungan sendiri mau jawab apa. Sampai akhirnya ia memilih tersenyum kecut kearah Rudi sembari bergumam lirih. "Tapi loe nggak akan cerita ke orang lain kan?"

"Huwahahha," tawa Rudi langsung pecah. Ketika menyadari kalau kini ulahnya berhasil menarik perhatian orang orang di sekitarnnya. Rudi kembali terdiam. Sebisa mungkin untuk menahan tawannya. Terlebih ketika melihat raut Kazua yang terlihat malu malu.

"Kita ngobrolnya di tempat lain aja yuk. Ayo, ikut gue..." tanpa menunggu balasan Rudi segera berbalik kearah pintu keluar.

Sementara Kazua untuk sejenak bengong. Kenapa dia harus ikut coba? Dia yakin, pasti dia akan di ketawain lagi. Namun begitu, Kazua tetap manut. Kakinya mengekor dibelakang Rudi yang kini menjadikan kaffe didepan sebagai tongkrongannya. Bukannya apa, Kazua takut kalau nanti rumor tentang dia malah menyebar. Secara ia kan belum tau, Rudi itu orangnya seperti apa.

"Leo mau pesen apa?" tanya Rudi begitu Kazua duduk di hadapannya. Tapi sama seperti sebelumnya, Rudi bertanya tanpa menoleh dan justru malah sibuk membolak balik buku menu yang ada di tangannya.

"Gue nggak laper. Jadi gue pesen juss alpukatnya satu aja," balas Kazua singkat. Rudi menutup buku menu di hadapannya baru menoleh kearah pelayan yang masih berdiri di dekat mereka.

"Oke mbak, Juss nya dua. Udah, itu aja."

Begitu sang pelayan pergi, Kazua menundukan kepalannya. Sama sekali tak tertarik untuk menatap sosok yang kini duduk di hadapannya yang ia yakin sedang menatapnnya.

"Udah, loe tenang aja. Gue bukan orang yang ember kok. Dan soal sikap gue tadi, sorry kalau gue keterlaluan. Gue beneran nggak bisa menahan diri untuk ketawa soalnya," Rudi membuka pembicaraan yang membuat Kazua mau tak mau mengankat wajahnya. Bagaimana pun yang ceroboh itu dia.

"Soalnya terus terang gue masih nggak percaya kalau Zafran bantuin loe buat dapatin pacar. Secara, bukannya dia itu suka sama loe?"

Kazua menoleh kaget. Kaget yang benar - benar kaget. Zafran suka pada dirinya? Yang benar saja. Ini adalah informasi yang tidak pernah ia duga sebelumnya. So...

"Maksut loe?"

Rudi tidak lantas menjawab. Pria itu justru terlihat mengamati Kazua dengan seksama. Tak luput sebuah senyum samar menghiasi wajahnya. Senyum yang Kazua yakini ada apa apanya....

"Loe beneran nggak tau kalau tu cowok suka sama loe?"

Kazua makin melongo. Dia nggak lagi di kibulin kan?

"Zafran suka sama gue? Jangan ngaco. Kalau iya kenapa dia nggak pernah bilang sama gue?"

Rudi kembali terdiam. Matanya sibuk mengamati reaksi gadis di hadapannya. Sibuk melakukan penilaian. Dugaannya, Kazua pasti belum cukup kenal dengan sahabatnnya itu. Untuk itulah kemudian Rudi tersenyum sembari berujar.

"Sorry, gue cuma bercanda, jangan dimasukin hati ya."

Mendengar itu Kazua berusaha untuk menahan diri untuk tidak melepaskan sandalnya dan menimpukan kekepala pria itu saat itu juga. Ni cowok satu ternyata lebih nyebelin dari si Irma ya. Dan lagi apa katanya barusan? Cuma bercanda? Bercanda apaan? Itu sama sekali bukan sesuatu yang lucu. Jantungnya udah kayak jumpalitan waktu denger bahwa Zafran suka pada dirinya. Eh ternyata....

"Tapi sukur deh kalau loe sama Zafran nggak beneran berkencan. Jadi gue masih punya kesempatan donk ya?"

"Kesempatan? Maksut loe?" tanya Kazua tidak mengerti.

"Iya. Kesempatan buat deketin loe. Secara dari pada loe harus cape nyari orang lain buat jadi pacar, gimana kalau sama gue aja?" tawar pria itu lagi.

Kazua makin melongo. Keyakinan baru muncul. Sepertinya ada yang salah dengan Rudi. Ni anak kenapa kalau ngomong suka ngaco gitu. Jangan jangan dia gila lagi. Atau bisa jadi ini juga cuma bercandaan kayak tadi. Ia hanya di kerjain. Ih garing banget. Selera humor tu anak beneran payah kalau gitu.

"Gue nggak gila, dan gue juga nggak bercanda. Gue beneran serius. Jadi, loe mau kan ngedate sama gue?" ucapan yang di lontarkan dengan nada serius, terlebih juga dengan raut wajah yang tak berubah membuat Kazua bungkam seribu bahasa....

Next to Kazua mencari cinta part 19

Detail Cerpen
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

3 comments for "Novel Online "Kazua Mencari Cinta" ~ 18 / 22"

  1. Kak Ana, dilanjut lagi dong ceritanya.. bagus.. ^^

    ReplyDelete
  2. Ku kr udh slsay crtnya,trnyta blum.,kmrn kn aq udh 2bln gk bk. Tp skses ya..d lnjt. Crtnya aq sk..

    ReplyDelete

Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...