Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Cinta Tentang Rasa End { Update }

Star Night Sepertinya benar - benar sudah menjadi blog kumpulan cerpen. Nggak ada lagi ajang curhat - curhat nggak jelas. Hi hi hi...
For all, thanks ya udah mau read my karya.


"Tidak Semua kisah bisa berakhir indah"

Gresia, Anya dan Nanda tampak saling pandang. Mereka sama sekali tidak pernah menduga . Seorang Anggun yang menurut mereka Sering - sering suka rada - rada ternyata mampu berfikir dewasa.

Tatapan ketiganya kemudain beralih kearah Alan yang sedari tadi masih belum melepaskan pandangannya dari sosok punggung anggun yang tampak mulai berjalan menjauh.

"Al..." Sapa Gresia Hati - hati.

"Loe kenapa" Anya menimpali.

"O... E... Gue?... Nggak kenapa - napa kok" Gagap Alan terlihat Bingung,

"Oh ya, Gue duluan ya" Sambungnya tanpa perlu menunggu balasan dari ketiganya segera berlalu pergi bahkan setengah berlari saat mendapati tubuh Anggun sudah hilang di balik pintu bis.

Anya , Gresia Dan Nanda lagi - lagi hanya saling melempar pandangan. Tapi kali ini dengan senyuman penuh arti.

Setiap kisah mungkin memang tidak selamanya berakhir indah. Tapi tidak ada salahnya kan kalau kiga memberi sedikit warna didalamnya?.


Cerpen Cinta Tentang Rasa End


Sedikit demi sedikit namun pasti Bis itu mulai melaju pergi. Tatapan anggun terarah ke luar Jendel dengan headset yang bertenger di telinganya. Lagu adaband 'Manusia Bodo ' terdengar dari sana. Matanya mulai terpejam. Tapi jelas bukan untuk tidur. Ia hanya sekedar untuk ikut meresapi.

"Setiap kisah pasti ada akhir yang harus di lalui.

Begitu juga akhir kisah ini. yakin ku indah...."


Begitu lagu itu berakhir kembali di buka matanya. Sengaja ia alihkan pandangan keluar. Berusah mengurangi rasa bergejolak di hatinya.

"Loe yakin kisah kita hanya akan berhenti sampai di sini?".

Refleks Anggun menoleh. Melotot kaget saat mendapati Alan yang entah sejak kapan tidak ia sadari kehadirannya duduk manis di sampingnya. Selalu begitu bukan?. Kehadiran Alan yang selalu muncul tiba - tiba tanpa isarat atau aba - aba. Bahkan saat dengan gampang nya ia singgah dan menetap di hatinya.

Untuk sejenak Anggun menarik nafas berat dan menghembuskannya berlahan. Tanpa kata ia kembali mengalihkan tatapannya keluar jendela. Saat ini pemandangan luar adalah objek yang paling menarik untuknya. Terus berlalu pergi meninggalkan yang telah lalu.

"Loe nggak nanya kenapa gue bisa ada di sini?" tanya Alan berusaha membuka percakapan.

"Nggak".

"Kenapa?".

"Kerena Gue udah bisa menebak apa jawabanya" Balas anggun masih tanpa menoleh. Alan yang mendengarnya hanya mampu tersenyum miris. Bukankah itu terdengar sebagai kaliamat sindiran untuknya?.

"Bagaimana kalau tebakannya salah?".

"Tetap tidak ada bedanya bukan?" Balas Anggun cepat. Untuk sejenak Alan kembali terdiam.

"Jadi keputusan loe sudah benar - benar tidak bisa di ganggu gugat lagi?. Loe benar - benar akan berhenti sampai di sini?" tanya Alan Skeptis.

"Ya. Seperti yang pernah gue janjikan. Loe bebas. Gue nggak akan pernah ganggu hidup loe lagi. Jadi mulai sekarang....".

"Udah saatnya buat gue untuk mengambil alih" Potong Alan cepat sebelum Anggun sempat menyelesaikan ucapanya.

"Maksut loe?" tanya anggun sambil menoleh. Mempertemukan pandangan keduanya.

"Maksut gue karena loe sudah memutuskan untuk berhenti mendapatkan gue padahal belum berhasil, Maka sekarang gantian biar gue yang berusaha buat ngedapetin loe".

Kening Anggun semakin berkerut mendengarnya.

"Kalau selama ini gue meresa terganggu akan kehadiaran loe, itu benar. Gue merasa risih atas perhatian - perhatian yang loe berikan, Tidak gue pungkiri. Tapi gue juga menyadari satu hal. Saat semuanya terhenti, gue kembali merasa kehilangan" Sahut alan sambil mengalihkan Pandangan nya kedepan. Melepaskan kontak mata diantara mereka.

"Jadi..." Anggun mencari ketegasan.

"Seperti yang loe pernah katakan. Gue nggak akan melakukan kesalahan yang sama dua kali".

"Intinya?" Anggun masih nggak ngerti. Tanpak Alan yang mengusap tengkuk nya, salah tingkah akan tangapan Dari Anggun yang menurutnya terlalu lemot. Atau memang bahasa yang ia gunakan bahasa KTT?.

"Ehem...." Alan kembali mengarahkan pandangannya kearah Anggun. "Gue memang tidak bisa menjanjikan sebuah kisah yang indah buat loe. Tapi gue ingin menghadirkan kisah yang lebih berwarna. Bagaimana?" Sambung alan serius.

Anggun terdiam. Kehidupan yang lebih berwarna?. Maksutnya ada hitam ada putih. Ada suka ada duka. Ada tangis dan ada tawa, Tak sadar sebuah senyuman terukir manis di sudut bibirnya. Jadi.....????.

"Leo pikir gue anak TK?".

Kali ini gantian Kening Alan yang berkerut bingung.

"Kayak ponakan gue aja. Si dhuha. Anak TK yang kerjaannya cuma bisa ngewarnai gambar. Asal udah belang - belang kire oke lah tu. Mau gambarnya jadi berantakan atau sekedar coret - coret juga nggak ngaruh".

"Halah.... Bukan itu maksut gue" Potong Alan cepat.. "Hufh... Kenapa si lemot loe kumat di waktu yang nggak tepat " Keluhnya lagi terlihat frustasi.

"He he he.... Gue bercanda lagi. Gue tau dengan jelas kok maksut loe" tambah Anggun sambil tersenyum tulus.

"So...?" Tanya Alan penuh harap.

"Semuanya memang akan terasa indah pada waktunya bukan?" bukannya Menjawab Anggun malah balik bertanya. Lagi - lagi Alan terdiam. Tanpa kata. Diraihnya tangan Anggun untuk di gengam erat. Kali ini senyuman lebar terpancar dari wajah keduanya saat kedua pasang mata itu kembali bertemu. Tanpa kata , tanpa suara, Bukan kah pada akhirnya tetap hati yang merasakan?..

END....!!!!.

Selalu begitu.... Kacau di bagian End. Soalnya udah bingung tingkat kuadrat. Males banget buat ngerombak lagi. Buntu ide, Di tambah plus plus masalah yang datang bertubi - tubi.

N the last, Aku akui aku masih amatir banget dalam dunia tulis menulis. Jika berkenan, tolong tinggalkan kritik dan sarannya ya...
See you to next Cerpen _Kalau aku masih mau nulis.
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~