Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Remaja Terbaru "That Girl is mine" ~ 08

Hallo guys, (keluar dari tumpukan berkas). Setelah sekian lama ngilang, admin muncul lagi nih. Tentunya bawa lanjutan dari cerbung That Girl is mine donk ya. Tau tau udah part 08 aja. Padahal udah lama #krik krik. Nah, buat yang penasaran, bisa langsung simak ceritanya ke bawah. Untuk reader baru atau yang udah kadung lupa sama cerita sebelumnya bisa simak dulu disini. Happy reading...

Cerpen remaja terbaru

Untuk ketiga kalinya Airi melirik jam yang melingkar di tangan baru kemudian kembali mengalihkan kearah jalanan. Sudah lewat dari 30 menit dari waktu yang dijanjikan tapi kedua temannya masih belum muncul. Giliran di tanyain, masih OTW, bentar lagi nyampe. Memang OTW dari mana dan sebentar seperti apa sih?

Tak ingin membuat suasana hatinya menjadi buruk, Airi memilih untuk tidak terlalu mempusingkannya. Terlebih niat mereka hari ini kan untuk refresing. Setelah menghela nafas gadis itu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Suasana kaffe yang ia kunjungi tidak terlalu ramai _ atau mungkin belum. Secara ini belum juga jam 10:00 pagi. Ya, jam 10:00 Airi angap masih pagi karena dalam jadwal hidupnya matahari baru akan terbit setelah jam 10 pada hari libur.

Sengaja memilih duduk di bangku paling pojok agar tidak terlalu menarik perhatian karena duduk sendirian membuat Airi merasa leluasa untuk memperhatikan sekeliling. Sampai kemudian tatapannya terhenti kearah pengunjung yang baru saja masuk. Kei? Gerak refleks yang ia lakukan adalah menyambar buku menu ketika menyadari kalau Kei sedang memperhatikan sekeliling. Mungkin pria itu sedang mencari tempat duduk yang nyaman untuknya. Dan Airi hanya mampu mengucapkan syukur dalam hati ketika melihat kalau Kei berjalan kearah tempat yang lumayan jauh dari dirinya.

"Haduh... tu orang mau ngapain sih kesini? Jangan bilang kalau dia ngikutin gue?" gumam Airi sendiri. Diam diam ia mencoba untuk mengintip kearah Kei dari balik buku menu yang masih menutupi wajahnya.

Melihat dari gelagat Kei yang sepertinya tidak menyadari keberadaan dirinya membuat Airi sanksi dengan dugaanya barusan. Terlebih sepertinya Kei juga tampak sedang menunggu seseorang. Walau sudah meyakinkan dirinya untuk tidak kepo, namun tak urung Airi penasaran. Hal itu yang membuatnya tanpa sadar terus memperhatikan gerak gerik Kei dari kejauhan.

Kening Airi sedikit mengernyit ketika melihat seorang yang baru muncul dihadapan Kei. Seorang gadis, yang tidak hanya cantik tapi juga terlihat modis. Sampai kemudian mata Airi membulat sempurna ketika melihat gadis itu dengan santainya memeluk Kei. Entah apa yang mereka obrolkan, Airi sama sekali tidak tau. Yang jelas mereka hanya sebentar disana karena Kei segera mengajak gadis itu keluar. Bahkan tanpa memesan makanan sama sekali.

Airi masih belum mendapatkan kembali pikirannya akibat kemunculan Kei barusan ketika sebuah tepukan dibahu menyadarkan dirinya. Entah sejak kapan tau tau Kiara dan Iris sudah berdiri dihadapan.

"Airi, sorry. Tadi kena macet. Loe nunggunya kelamaan ya?" Iris yang pertama sekali buka mulut sementara Kiara hanya tersenyum sembari mengangguk membenarkan. Airi justru hanya mengedap - kedipkan mata menatap kearah kedua temannya.

"Loe ngelamun?" Kiara yang menyadari tampang heran di wajah Airi ikut melemparkan pertanyaan.

"Eh?" Airi menoleh. Mengalihkan tatapannya secara bergantian kearah Kiara dan Iris yang masih menatapnya. "Nggak kok. Kalian lama banget sih. Jamuran nih gue nungguinnya. Apaan... Janji jam 9:00. Jam sepuluh lewat baru nongol."

"Sorry Airi. Jangan marah gitu donk. Iya deh kita berdua salah. Tadi sih harusnya cepet, eh gue jemput Iris dulu. Tau nya kita malah kena macet. Maafin ya..." Kiara memelas, Airi hanya mencibir.

"Ya sudah, sekarang kita mau kemana?" tanya Airi.

"Yah, biarin kita duduk dulu kenapa? Sekalian, gue juga belum sarapan," komentar Kiara baru kemudian mengalihkan tatapannya kearah buku menu. Setelah membolak - balikan halaman demi halaman, gadis itu mengedarkan pandangan kesekeliling. Memanggil pelayan untuk menyiapkan pesanannya. Airi sendiri hanya mampu menghala nafas. Sepertinya tidak ada yang bisa ia lakukan selain manut dan memperhatikan ulah kedua temannya dalam diam.

"Ar, loe mau kita bantuin cari pacar nggak?"

Airi yakin kalau Kiara kesambet hantu entah dimana. Gimana tidak, tiba tiba saja gadis itu menanyakan kalimat itu sebagai pembuka obrolan mereka kali ini sembari menunggu pesanannya datang.
"Atau loe emang udah mentok sama Kei?"

Iris sama kodong - kodongnya. Kenapa pula Kei di bawa - bawa. Dan lagi, ia yakin banget ia tidak pernah menunjukan sikap kalau ia menyukai pria itu. Jadi sebagai jawaban Airi hanya melemparkan tatapan tajam kearah sahabatnya. Berharap gadis itu segera meralat ucapannya.

"Jangan ngeliatin kita kayak mau nelen gitu donk. Kita serius tau. Secara kan Iris udah punya Ivan, gue juga sama si Dion. Masa loe betah ngejomblo?" Kiara kembali menambahkan. Kali ini Airi hanya mengehela nafas. Memang apa buruknya sih statusnya itu? Toh iya selama ini enjoy aja. Nggak merasa ada masalah.

"Atau seperti yang gue bilang tadi, loe emang udah sreg sama Kei. Kalau emang gitu kita dukung kok, lagian... aduh," Iris tidak menyelesaikan ucapannya. Sembari mengaduh tangannya megusap - usap kepalanya yang terasa sakit akibat jitakan Airi padanya. Berniat untuk melemparkan tatapan tajam, Iris hanya menunduk minder melihat tatapan Airi yang lebih tajam.

"Pertama, gue masih belum butuh pacar. Kedua, gue sama sekali nggak tertarik sama Kei. Yang ke tiga, Kei udah punya pacar."

"APA?" secara koor Iris dan Kiara berujar kaget. Airi yang melihat hanya mengerutkan kening heran. Kok belakangan kedua temannya makin kompak berdua ya.

"Loe bilang Kei udah punya pacar?" Iris tampak tak percaya. "Jangan ngegosip deh," imbuhnya lagi.

"Yang suka ngegosip itu kalian," Airi meralat. Iris dan Kiara saling pandang. Airi mungkin benar, yang suka mengosip itu memang mereka berdua. Tapi ...

"Masa sih Kei udah punya pacar, loe tau dari mana?" selidik Kiara yang masih sanksi.

Airi hanya angkat bahu sembari mulutnya berujar. "Kalau topik pembicaraan kita adalah Kei, mendingan kita pulang."

Ancaman Airi lagi lagi membuat Iris dan Kiara saling pandang. Walau masih tak puas dengan tanggapan Airi, namun tak urung mereka nurut. Bagaimanapun kalau urusannya bareng Airi, itu namanya bukan sekedar ancaman.

Setelah sarapan _ yang mungkin lebih tepat disebut makan siang, ketiganya meluncur meninggalkan kaffe. Tempat pertama yang mereka tuju adalah mall. Airi hampir saja lupa kalau kedua temannya adalah ratu belanja. Beda jauh dengan dirinya. Apalagi ketika melihat kata "dicount", mata mereka pasti langsung ijo. Alhasil, seharian mereka keliling kesana kemari.

Habis belanja, dilanjutkan kembali dengan acara makan, baru kemudian nonton. Sejujurnya Airi sedikit menyesal ikut mereka. Secara bukan liburan seperti ini yang ia harapkan. Tapi melihat keantusaian Iris dan Kiara, terlebih saat berbelanja tadi. Mau tak mau Airi diam saja. Pura pura terlihat menikmati.

"Guys, gue ke toilet bentar ya," pamit Airi, Kiara hanya mengangguk tanpa menoleh karena matanya tetap tertuju kearah buku menu di tangan. Sebagai penutup acara hari ini, mereka memutuskan untuk bersantai sembari ngadem di dalam kaffe mall.

"Oh iya loe mau pesen apa Ar?" Iris masih sempat bertanya.

"Samain sama loe aja deh," balas Airi sebelum berlalu.

Sambil terus melangkah, ia mengeluarkan handphone dari dalam saku. Sepertinya sedari tadi benda itu terus bergetar. Wajar saja, 32 notif facebook, 8 inbox bbm, 43 pesan group wa dan dua panggilan tak terjawab. Tanpa sadar bibirnya tersenyum saat membuka pesan Wa dari group yang di ikutinya. Group yang berisi teman teman dunia maya yang asik untuk di ajak 'mengila'. Ada saja ulah mereka. Sambil asik mengscrool Airi terus melangkah. Sesekali melihat kedepan hanya untuk memastikan ia tidak menbrak seseorang di hapan. Mengenai posisi toilet, ia tidak perlu cemas. Airi pernah menghabiskan waktu 3 bulan di mall tersebut untuk kerja part time sebelum bekerja di toko bakkery tempatnya bekerja sekarang. Jadi kini, ia hapal mati jalannya.
Selesai mengetikan balasan di hanphonenya, Airi menatap kedepan, sejenak langkahnya terhenti. Tak sengaja matanya menatap pada banner discount 50% + 20 % yang berhasil menarik perhatiannya. Ia bukanlah pengila barang discountan. Hanya saja lain ceritanya jika yang di discount adalah produk yang memang ia sukai. Tepatnya boneka boneka lucu dan imut. Sudah sejak lama ia memang merasa tertarik dengan boneka beruang besar seukuran dirinya. Boneka yang pasti nyaman dipeluk saat tidur. Sayangnya harganya juga lumayan. Termasuk kategori mahal dan mubazir jika diukur menurut isi dompetnya.

"Ya ampun, halus banget. Imut, gue sukaaa."

Tanpa sadar bibir Airi tersenyum saat mendengar komentar dari seorang gadis yang sedang membenamkan wajahnya diantara bulu boneka beruang yang ia peluk. Hanya dengan melihatnya saja, Airi yakin kalau ia setuju dengan pendapat dari gadis tersebut.

"Kei, loe beliin gue ini ya?"

Senyum Airi lenyap. Matanya ikut menoleh kearah pandangan sang gadis pemeluk boneka. Saat itu juga ia mendapati tatapan Kei teruju lurus padanya. Sepertinya pria itu sudah sedari tadi menatapnya. Akibat terlalu antusias memperhatikan kearah boneka, Airi tidak menyadari keberadaan pria itu. Bahkan Airi baru ngeh, pakaian gadis pemeluk boneka sama persis dengan pakaian yang ia kenakan saat ia lihat di kaffe tadi.

"Loe liatin apa sih Kei?"

Sebelum gadis itu ikut menyadari keberadaannya, Airi segera mengalihkan tatapannya. Berjalan cepat kearah toilet. Namun begitu, sama ia masih mendengar suara Kei yang menjawab liri.

"Bukan siapa siapa kok. Loe mau boneka ini? Boleh."

Sambil terus melangkah Airi mencibir dalam hati. Apa katanya barusan? "Bukan siapa siapa?" Heh, bukannya kemaren tu orang sempet ngaku suka ya? Dasar cowok. Setelah berhari - hari ngerusuhin hidupnya, giliran jalan sama cewek cantik sok ngeles. Bikin kesel.

Selang beberapa saat kemudian, Airi melangkah keluar dari toilet. Sosok yang menyender di dinding sembari menyilangkan kaki menghentikan langkahnya. Terlebih tatapannya jelas tertuju padanya.

Untuk sejenak Airi hanya memutar mata baru kemudian bersikap acuh. Sayang, tangannya sudah terlebih dahulu dicekal sehingga mau tak mau langkahnya terpaksa terhenti.

"Kei, apan sih loe. Loe mau ngapain?" geram Airi sambil berusaha menepis cekalanya, tapi Kei sama sekali tak bergeming. Pria itu bahkan kini mengiringnya kesamping. Tepat kerah pintu keluar parkir di lantai dua mall.

"Loe ngapain disini?"

"Lucu... Seingat gue itu pertanyaan gue barusan," cibir Airi sinis. Matanya menatap kearah tangan yang masih mencekal dirinya baru kemudian menatap tajam kearah pemiliknya.

"Lepasin tangan gue," seolah sadar kalau hanya tatapan tajam tidak akan mempan untuk menghadapi pria itu, Airi terpaksa menyuarakan pendapatnya. Walau terlihat enggan tak urung Kei manut.

"Maksud loe apa sih narik gue kesini segala?"

Kali ini Kei tidak langsung menjawab. Pria itu terlihat sedang berpikir. Setelah menghela nafas sejenak ia menatap kearahnya.

"Tadi loe liat gue kan?" tanya Kei ragu.

"Bukannya loe mau pura pura nggak liat?"

"Gue..."

Ucapan Kei terputus dengan deringan hanphone Airi yang terdengar lirih. Mengacuhkan Kei yang ada di hadapannya, Airi segera mengangkat telponnya. Nama Kiara tertera di layar.

"Iya, bentar. Ini gue otw kesana."

Setelah mematikan panggilannya, Airi menoleh kearah Kei. "Gue udah di tungguin sama temen temen gue. Dan gue juga sama sekali nggak ada waktu buat ngobrol sama loe."

Selesai berkata, Airi segera berlalu. Kali ini Kei sama sekali tidak menahannya. Airi juga sama sekali tidak tertarik untuk mencari tau apa yang pria itu lakukan. Bergegas ia menuju kearah Kiara dan Iris yang sedari tadi menunggunya.

Next Cerbung That Girl is Mine Part 9

Detail Cerbung
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

2 comments for "Cerpen Remaja Terbaru "That Girl is mine" ~ 08"

Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...