Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen {Bukan} Sahabat Jadi Cinta End

Sesuai dengan judulnya, part ending. Ke ke ke. Akhirnya ya kan cerpen {Bukan} sahabat jadi cinta ini bertemu dengan akhir cerita juga. Secara udah cape juga memeras otak. Jadi udah pada penasaran donk ya sama endingnya. Ya sudah, monggo langsung di baca. And biar nggak bingung sama jalan ceritanya bisa baca dulu kok bagian sebelumnya disini. Oke guys....

{Bukan} Sahabat Jadi Cinta

“Baiklah jika memang itu yang loe mau. Gue ….” Arysil tidak melanjutkan ucapannya. Dadanya benar – benar terasa sesak. Tenggorokannya juga terasa kelu. Akhirnya ia memilih berbalik tanpa menoleh lagi.

“Arsyil, gue…” ucapan Ishida terhenti. Ia sendiri tidak tau harus berkata apa. Tapi ketika melihat Arsyil yang akan meninggalkannya seperti itu, ia sungguh merasa tidak rela.

Langkah Arsyil terhenti tanpa terlihat akan berbalik. Ketika ia kembali berniat untuk berlalu, giliran Reihan buka mulut.

“Hei bung. Loe itu sebenarnya bego atau stupid sih?”

“Apa maskut loe?” tanya Arsyil kali ini refleks berbalik.

“Hufh,” bukannya langsung menjawab, Reihan malah tanpak menghembuskan nafas lelah. “Memangnya penyakit patah hati itu bisa menular ya?” tanya pria itu yang lebih terlihat seperti gumaman.

“Maksut gue. Loe kenapa nggak langsung bilang aja sih kalau loe itu suka sama Ishida?”

“Heh,” Arsyil kehabisan kata – kata. Menurutnya pria itu sudah benar – benar keterlaluan.

“Oh, gue salah ya. Tapi ngeliat loe yang udah kayak orang kesurupan maen tonjok sembarangan, marah – marah nggak jelas, gue pikir itu karena loe suka sama Ishida. Cuma karena loe sekarang malah diem aja, mungkin tebakan gue emang salah. Ya sudah deh, loe boleh pergi sekarang,” usir Reihan sambil melambaikan tangannya.

“Brengsek. Memangnya loe pikir loe siapa. Gue memang suka sama Ishida. Dan walaupun Ishida lebih milih suka sama loe, itu bukan berarti loe bisa bersikap seenaknya,” geram Arsyil kembali terpancing.

“Harusnya loe bilang itu dari dulu. Loe bilang suka sama dia,” nasehat Reihan yang makin membuat Arsyil merasa panas. Walau ia tau itu benar, tapi mendengar kalimat itu keluar dari mulut seseorang yang sudah merampas orang yang ia sukai, itu terlalu menyakitkan.

“Dan sebagai catatan, Ishida nggak suka sama gue. Dan gue juga nggak pernah nyium dia. Cuma elonya aja tuh yang nggak sabaran. Orang gue cuma bantuin niupin matanya yang kelilipan juga,” sambung Reihan yang membuat Arsyil tercengang. Maksutnya? Dan ketika Arsyil menoleh kearah Ishida, gadis itu membalas dengan gelengan. Suatu tidakan penegas kalau apa yang Reihan katakan adalah benar.

“Baiklah Ishida. Gue bukan nggak berniat untuk membantu kalian, cuma menurut gue lebih baik loe selesaikan masalah ini sendiri. Gue pulang dulu ya?” pamit Reihan kearah Ishida. Gadis itu hanya mengangguk sambil menatap dengan penuh rasa bersalah pada pria itu.

“Tunggu dulu. Urusan kita belum selesai. Loe mau kemana?” tanya Arsyil.

“Gue nggak punya urusan sama loe. Dan asal loe tau aja ya, gue lagi patah hati beneran. Dan selaku temen, Ishida hanya membantu buat menghibur gue doank. Tapi tetap saja, melihat seorang yang jadian tepat dihadapan orang yang sedang patah hati sama sekali bukan suguhan yang menarik. Jadi loe selesaikan saja urusan loe sama dia,” balas Reihan sebelum kemudian benar – benar berlalu.

Setelah Reihan benar – benar hilang dari pandangan, Arsyil dan Ishida masih saling diam. Masing – masing sibuk dengan pemikirannya sendiri. Namun ketika melihat Ishida yang mulai melangkah memasuki halaman rumahnya tanpa kata, secara refleks tangan Arsyil terulur menahannya.

“Ishida, dengerin dulu. Ada yang pengen gue omongin sama loe.”

Ishida mendongak. Matanya menatap lurus kearah mata Arsyil yang terlihat sayu. Wajahnya juga menunjukan keraguan tersendiri.

“Kita ngobrolnya di dalam aja. Kita obtain dulu wajah loe,” balas Ishida. Gadis itu berniat untuk kembali melangkah, tapi Arsyil sama sekali tidak bergeming. Bahkan gengamannya semakin erat.

“Soal yang tadi…..” Arsyil kembali terdiam.

“Gue sama Reihan cuma temenan. Dan dia memang sedang patah hati, makanya gue bermaksut buat bantuin dia.”

“Maaf…” gumam Arsyil lirih.

“Dia juga nggak pernah nyium gue. Mata gue tadi beneran kelilipan dan dia cuma bantuin gue,” sambung Ishida lagi.

“Gue tau. Gue minta maaf soal itu juga,” balas Arsyil lagi dengan kepala menunduk.

Ishida terdiam, matanya menatap kearah Arsyil yang sama sekali tidak berani mentapnya. Kemudian pandangan Ishida beralih menatap kearah tangannya yang berada dalam gengaman erat Arsyil. Ketegangan yang ia rasakan berberapa saat yang lalu perlahan memudar digantikan perasaan hangat yang tiba – tiba merambati hatinya.

“Kita masuk dulu yuk?” ajak Ishida untuk kedua kalinya.Arsyil menoleh, menatap kearah Ishida yang juga sedang menatapnya sembari tersenyum lembut. Senyum yang menenangkan, tanpa dicegah Arsyil mengangguk. Melihat itu, tanpa kata Ishida langsung berjalan melangkah mendahuluinya. Tak ada hal lain yang bisa Arsyil lakukan selain melangkah mengikuti, terlebih ketika ia menyadari dengan pasti Ishida tidak melepaskan genggamannya. Kesadaran baru muncul, bahwa ia ingin selalu mengengam tangan itu. Sama sekali tidak ingin melepaskannya. Dan jika memang apa yang gadis itu katakan tentang hubungannya pada Reihan itu benar, mungkinkah ia masih punya kesempatan?

“Loe duduk dulu ya? Gue ambil obat dulu,” kalimat Ishida yang mampir di gendang telinga menyadarkan Arsyil dari lamunannya. Ia baru menyadari kalau kini langkahnya terhenti di ruang tamu. Tanpa kata pria itu hanya mampu membalas dengan anggukan.

Sepeninggalan Ishida, Arysil menatap kesekliling. Sepi, sepertinya hanya gadis itu sendiri yang ada di rumah.

Tepat saat Arsyil sedang mengamati kesekeliling, Ishida muncul dengan kota P3K yang ada ditangannya. Tanpa kata dengan berlahan gadis itu mulai mebersihkan luka di wajah Arsyil yang sedikit membiru. Ditambah sedikit luka memar di sudut bibirnya.

Arsyil sendiri tetap membisu. Rasa perih yang beberapa saat yang lalu masih ia rasakan mulai menghilang seiring dengan kedekatan Ishida padanya. Entah apa yang ada dalam pikiran Ishida, Arsyil sama sekali tidak tahu.

“Selesai,” kata Ishida tepat setelah ia menempelkan plaster yang sekaligus juga tidakan yang mampu mengembalikan Arsyil dari lamunannya.

“Oh, Em. Iya, ma kasih,” balas Arsyil gugup.

Ishida hanya membalas anggukan tanpa menoleh karena perhatiannya tertuju kearah tangan terampilnya yang kini sedang merapikan isi kota obat. Membuat Arsyil jadi merasa cangung. Sungguh, setelah sekian lama mengenal gadis itu baru kali ini ia merasa suasana saat mereka bersama terasa begitu menegangkan. Membuatnya kembali mengalihkan perhatian kesekeliling.

“Jadi loe masih suka sama dia?” tanya Arsyil tiba – tiba.

Seiring dengan pertanyaan itu, Ishida sontak menoleh. Keningnya sedikit berkerut. Apa –apaan ini? Bukannya tadi ia sudah dengan jelas bilang kalau ia dan Reihan tidak memiliki hubungan special selain sahabat. Tapi kenapa Arsyil malah…..

“Maksut gue Lee jong suk,” sambung Arsyil lagi.

Bukannya mengerti, kerutan di wajah Ishida bertambah. Berlahan ia menoleh kearah Arsyil. Tapi Arsyil hanya angkat bahu dengan telunjuk terangkat. Merasa penasaran tatapan Ishida segera mengikuti arah telunjuk itu. Dan gadis itu hanya mampu tersenyum malu ketika melihat kepingan kaset CD yang tanpak berserakan dihadapan Tv. Mulai dari School 2013, High kick 3, I can hear your voice, No Breathing, Doctor Stranger dan masih banyak lagi. Yang kebanykan adalah drama korea atau flem yang diperankan oleh pria itu. Ia memang ngefans banget dengan Lee jong suk sejak menyaksikan perannya di drama I can hear your voice. Arsyil juga tahu hal itu, dan sepertinya ia masih mengingatnya.

"Ehem, ya begitulah," sahut Ishida setengah bergumam.

"Yakin nggak akan pindah lagi. Bukannya dulu loe ngefans berat sama Kim soo hyun ya? Si Alien versi korea," tanya Arsyil lagi.

"Itu mah dulu. Sebelum kemudian gue ilfil liat aktingnya dia di Secretly Greatly. Secara cakep cakep mau aja jadi oon gitu. Dan ngomong - ngomong soal Lee jong suk, sepertinya gue juga udah nggak terlalu ngefans lagi sama dia. Apalagi setelah liat aktingnya pada Doctor stranger. Abisnya dia disana rada 'ngeselin' sih. Plin plan banget jadi cowok. Suka memberikan harapan nggak jelas, mirip sama seseorang," aku Ishida panjang lebar. Ia kan memang ngefans drama korea, jadi tidak heran kalau pembicaraan itu segera menarik perhatiannya.

Mendengar itu tak urung Arsyil tersenyum. Usahanya untuk mencairkan suasana sepertinya berhasil. Ishida ternyata masih gadis yang sama yang selama ini dikenalnya.

"Terus kalau disuruh milih loe lebih milih siapa? Kim soo hyun atau Lee jong suk?"

"Kim soo hyun donk!" balas Ishida cepat. Arsyil yang melihat itu tak mampu menahan tawa samar dibibirnya, membuat Ishida lagi – lagi menunduk malu. Sepertinya ia terlalu antusias.

"Kalau gue sama dia?" tanya Arsyil lagi.

"Loe sama dia? Maksutnya loe sama Kim so...."

"Gue sama Reihan," potong Arsyil cepat. Secepat yang bisa ia lakukan sebelum pikirannya berubah. Ia harus menyelesaikan semuanya sekarang atau nggak akan ada kesempatan lagi.

Mulut Ishida terbuka sebelum kemudian kembali tertutup lagi tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Lidahnya terasa kelu. Ia sama sekali tidak menduga kalau pembicaraan mereka bisa berbelok setajam itu.

"Kalau loe harus milih, loe pilih siapa? Gue atau Reihan?" ulang Arsyil mempertegas maksutnya.

"Kenapa gue harus milih?" lirih Ishida setelah sebelumnya terdiam untuk sejenak.

“Karena gue nggak suka berbagi,” tegas Arsyil lagi.

Ishida menoleh sehingga kini tatapannya berhadapan langsung dengan tatapan Arsyil yang juga sedang menatapnya. Yakin ia tidak akan sanggup melawan tatapan itu, Ishida kembali menunduk. Terlebih ia juga masih tidak tau apa yang harus ia lakukan. Namun yang di luar dugaan adalah kelanjutan ceritanya. Arsyil bangkit berdiri sebelum kemudian bersimpuh tepat di hadapannya sambil mengengam tangannya erat. Memaksa gadis itu untuk balik menatapnya.“Karena gue nggak suka loe deket sama cowok lain sementara justru loe menjauh dari gue, karena gue pengen loe tetap menatap gue. Karena gue nggak mau loe pergi dari hidup gue,” sambung Arsyil lagi. “Dan diatas semua itu, karena gue suka sama loe. Bukan sebagai sahabat, bukan sebagai temen. Tapi lebih dari itu. Gue suka sama loe sebagai seorang cewek.”

Melihat Ishida yang tetap membisu, secara berlahan rasa takut dan resah merambati hati Arsyil. Apa mungkin ia salah? Apa Ishida tidak menyukainya? Jangan – jangan hanya ia yang memiliki rasa itu? Selama ini Ishida murni hanya menganggapnya sebatas sahabat? Dan setelah ini Ishida nanti malah menjauhinya. Dan jika memang Ishida benar – benar menjauh, lantas apa yang akan ia lakukan.

Ketika melihat tatapan mata Ishida yang membulat, Arsyil baru sadar kalau ia baru saja melontarkan dugaan – dugaan yang ada di kepalanya.

“Gue..” Ishida sendiri tanpak gugup. Jantungnya, astaga jantungnya. Detakan yang mengebu sungguh bukan sesuatu yang bisa membantunya lepas dari posisi ini. Tapi ia juga tau, ia tidak bisa menghindar dari situasi ini selain menghadapinya.

Setelah terlebih dahulu menarik nafas untuk sedikit menengankan diri, Ishida kembali buka mulut.

“Gue juga suka sama loe. Bukan sebagai temen, bukan sebagai sahabat. Tapi rasa suka dari seorang cewek pada seorang cowok yang mampu menarik perhatiannya.”

Hening yang kembali tercipta. Namun entah kenapa hening kali ini berbeda dari sebelumnya. Hening yang terasa menenangkan, atau malah terasa menyenangkan. Arsyil masih terdiam dengan tatapannya. Masih tidak yakin dengan apa yang ia dengar barusan. Saat melihat senyum di wajah Ishida barulah ia yakin kalau ia tidak sedang bermimpi. Gadis yang ia sukai ternyata juga menyukainya.

“Jadi mulai sekarang, loe mau kan jadi pacar gue?” tanya Arsyil menegaskan.

Ishida hanya membalas dengan anggukan.

“Tanpa syarat?” tanya Arsyil lagi.

Ishida tanpak mengernyit. Tapi beberapa saat kemudian senyumnya semakin melebar. Dengan mantab mulutnya membalas.

“TANPA SYARAT!”

Ending….. Hufh, akhirnya selesai juga. Tapi ngomong – ngomong masih ada epilog nya lho. Pengen tahu, lanjut baca aja deh…. :D

Epilog {Bukan} sahabat jadi cinta

"Jadi Ish, loe sama Arysil udah beneran jadian?" tanya Arumy sambil merebahkan diri diatas ranjang Ishida, sementara gadis itu sendiri sedang asik merapikan tumpukan bukunya.

"Ya gitu deh."

"Akh syukulah. Asal loe aja ya. Gue udah fustrasi sedari dulu liat hubungan kalian berdua. Apalagi sejak kalian berantem kemaren. Gue kan jadi..."

"Gue nggak berantem. Kita cuma putus hubungan."

"Terserah apa kata loe aja deh. Yang jelas waktu itu perasaan gue nggak enak banget. Terus mana tadi siang gue sama Aryil liat loe jalan sama Reihan lagi. Loe pasti nggak bisa bayanginkan muka tu cowok waktu liat loe jalan bareng sama cowok lain di depannya. Eh, tau taunya kalian sekarang malah jadi pacaran," komentar Arumy lagi.

Ishida hanya angkat bahu mendengarnya. Dengan berlahan gadis itu melangkah menghampiri ranjangnya sebelum kemudian rebahan disamping Arumy yang memang memutuskan menginap dirumahnya gara - gara kedua orang tuanya tidak ada dirumah.

"Tapi Ish, jujur aja. Sebenernya sampe sekarang, masih ada satu hal yang bikin gue penasaran lho."
"Oh ya? Apa?" tanya Ishida tanpa menoleh. Justru tangannya malah dengan santai menyambar novel yang ia ambil tadi dan mulai membuka lembar demi lembar halamannya.

"Kalau loe udah sekian lama naksir sama si Arsyil, kenapa loe malah ngasih dia sarat untuk nggak boleh jatuh cinta sama loe?"

Tangan Ishida yang sudah bersiap untuk membuka lembar selanjutnya langsung terhenti seiring dengan kalimat yang meluncur dari mulut Arumy barusan. Gadis itu terdiam, tidak langsung menjawab. Barulah setelah beberapa saat kemudian mulutnya bergumam.

"Soalnya gue udah suka sama dia sejak pertama sekali gue liat dia waktu sama - sama datang terlambat. Eh, tapi dia malah ingin memulai semuanya dengan kata 'sahabat'. Ya sudah, karena dia yang memulai, gue juga mau dia yang mengakhiri. Karena pada dasarnya, sejak awal gue udah anggap kalau dia itu cinta pertama gue, bukan sahabat."

End Beneran…..

Hufh, karena ni cerpen satu udah end jadi untuk kedepan nggak ada lagi nih stoknya. Sempet lirik cerpen Si Ai En Ti E tapi kayaknya fell untuk lanjutin tu cerpen bener – bener menghilang deh. Seirus…… Jadi nggak tau tu cerpen bakal di lanjutin lagi atau enggak. Dan kayaknya emang enggak. #halakh. Intinya, berharap saja ada ide mampir untuk bisa terus berkarya nantinya. Oke guys… Akhir kata, sampai jumpa…

Detail Cerpen
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

Post a Comment for "Cerpen {Bukan} Sahabat Jadi Cinta End"