Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen pendek Sang Idola

Tau nggak si guys, cerpen pendek sang idola adalah cerpen perdana yang tanpa part atau bagian yang berhasil admin ketik. Makanya itu, penulisan dan ceritanya kacau banget. Pas baca ulang, serius adminnya jadi malu sendiri. :d

Nah karena itu. Sekalian latihan nulis sama menghargai karya pribadi, admin memutuskan untuk mulai mengedit satu persatu. Istilahnya alon - alon asal kelakon. Oke...

sang idola
Sang Idola

“Kalian serius?” Merry masih tidak percaya.

Salsa dan keempat temannya baru saja memberi tahu kalau ‘Sagu band’, band idola mereka akan mengadakan konser tepat jam 13:00 siang ini di Taman Cik Puan, Selatpanjang. Masalahnya, jam pulang sekolah adalah jam 12:30 tepat. Itu juga karena ini hari sabtu makanya rada cepet. Biasanya juga pulang jam 14:00an. Tapi masalahnya saat ini keempat temannya malah serentak berencana untuk membolos. Pulang sebelum waktunya.

“Ya iya lah,” sahut keempat temennya serentak.

“Lagian buat ‘Sagu band’, apa sih yang enggak,” Salsa menambahkan.

“Tapi kan konser mulainya jam 13:00 siang, dan kita pulang sekolah juga masih sempet, nggak perlu pake acara bolos segalakan?” Merry masih berusaha menahan.

“Sempet gimana? Kita pulangnya aja jam 12:30. Waktu setengah jam mana sempet non buat siap-siap. Pokoknya sekarang kita semua mau pergi. Kalau loe emang nggak mau ikut ya udah. Ayo guys lets go,” ajak Ria kearah ketiga temen-temennya.

“Eh tunggu dulu donk, gue kan belum selesai ngomong."

“Simpen ja dulu buat besok!” potong Salsa. Tanpa basa-basi lagi mereka meninggalkan Merry yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat ulah temen-temennya.

Keesokan harinya, Salsa, Anya, Sisil dan Ria sengaja datang lebih pagi dari biasanya. Merry yang melihat keempat temannya sudah ngumpul tak mampu menahan rasa heran. Tumen - tumbenan. Berlahan ia hampiri, dan lima menit kemudian ia langsung tau alasan mereka datang pagi. Apalagi kalau bukan untuk mendengarkan pengalaman yang mereka dapatkan kemaren saat menonton konser.

“Suer Merry, tu cowok pokoknya ganteng banget deh. Coba aja kemaren loe ikut ama kita-kita, pasti loe nggak akan nyesel,” terang Anya semangat banget.

“Ia. Anya bener mer, lagian sekali-kali bolos nggak da ruginya kan. Toh selama ini kita semua on time terus,” Salsa tak mau kalah.

“0h ya?” cibir Merry.

“Sekarang loe bisa nggak percaya gitu. Soalnya loe belum ketemu ma dia.”

“Ih nggak banget deh, secara gue udah punya pacar,” kilah Merry cepat.

“Dari dulu loe bilang udah punya pacar tapi nyatanya sampai sekarang kita belum kenal,” Anya menimpali.

“Ya sorry, secara gue belum punya waktu. Kalian kan tau sendiri pulang sekolah gue harus kerja buat biaya sekolah gue, nggak kayak kalian.”

“Iya deh Mer, sorry. Tapi begitu ada waktu loe kenalin sama kita ya,” kata Sisil.

“Pasti,” sahut Merry. "Terus kalian pasti tau donk identintas idola kalian. Paling nggak namanya."

Anya menggeleng, Ria pasang raut kecewa, sementara Salsa tanpa di minta langsung menjelaskan. "Justru itu Merry, kita belum tau. Soalnya kemaren doi di minta naik kepanggung, trus ikutan nyanyi bareng 'Sagu band’. Suaranya bagus banget, dia emang nggak ngasi tau namanya, tapi dia bilang kalau dia anak kuliahan."

“0h ya. Kuliah dimana?” tanya Merry lagi.

“Di. . .aduh di mana ya. Kalau nggak salah STIE atau AMIK ya? Gue lupa, soalnya waktu itu pada heboh,” kali ini Sisil yang menjawab.

“Tapi itu gampang kok, kita bakal cari tau dimana dia berada. Seperti kata pepatah 'banyak jalan menuju roma', ya nggak friend?” kata Ria meminta dukungan pada teman - temannya yang langsung di balas anggukan kompak tanda setuju.

“Terserah kalian aja deh,” Merry angkat bahu. Belum sempat mulutnya menambahkan, bel masuk pun terdengar. Ia segera mengajak semua temen-temennya untuk kembali ketempat duduknya masing - masing. Secara dari tadi mereka ngobrol tepat di depan mejanya.

10 detik setelah kemunculan gurunya, Salsa cs di buat kaget saat dapat pengumuman kalau hari ini di adakan ulangan harian.

Mereka bener-bener pusing tujuh keliling, pasalnya mereka nggak ada baca buku sedikit pun mana soalnya sulit banget lagi. Merry juga nggak mau bantuin, yang makin membuat mereka semakin bingung.

Setelah bel istirahat terdengar semua temen-temennya datang menghampiri Merry untuk meminta pertanggungjawabanya, karena ia tidak memberi tau mereka kalau hari ini ada ulangan.

“Lho bukannya kalian sendiri yang bilang kalau nggak ada ruginya nggak sekolah satu hari?” Merry bela diri.

“Ia sih, tapi nggak kayak gini juga. Pasti ancur deh nilai ulangan gue kali ini, mana loe nggak da ngasi jawabannya ma kita lagi,” kesel Salsa.

“Iya deh sorry. Gimana kalau sebagai tanda minta maaf gue, kalian gue traktir makan di kantin. Mau nggak?” tanya Merry karena kebetulan ia baru gajian. Tentu saja langsung di setujui sama temen-temennya yang lain, secara jarang-jarang kan ada yang nraktir.

“Kalian mau mesen apa?” tanya Sisil begitu mereka tiba di kantin.

“Bakso sama es campur aja deh,” jawab Merry.

“Kalian?” tanya Sisil kepada temen-temennya yang lain.

“Sama," suara kompak setelah sebelumnya saling pandang. Sekedar bahasa isarat yang langsung di tau apa maksutnya.

“Jadi, gimana sama idola kalian itu?” tanya Merry sambil menikmati pisang goreng yang ia ambil dari piring di hadapannya sembari menunggu pesanannya datang.

“Gimana apa nya?” Salsa mengernyit.

“Ya gimana kelanjutanya. Masa kalian semua mau jadi pacar idola kalian. Mau berbagi itu?” terang gadis itu lagi.

“Ta nggak lah sembarangan aja, gini-gini kita masih punya harga diri ya,” bantah Ria. Yang lain menangguk membenarkan.

“Terus?” tanya Merry.

“Gimana ya. Kita juga bingung nih, ntar deh gue mikir dulu buat nyari solusinya,” Salsa ikut-ikutan bingung

Sementara sang pelayan sudah menghidangkan pesanan mereka di atas meja. Mereka semua makan sambil terus mencari ide.

“Gue punya ide,” kta Sisil setelah lama terdiam.

“0h ya? Apa?” temen-temennya terlihat diak sabar.

“Dengerin ya. Kita semua kan sudah terlanjur naksir sama si doi jadi....”

“Kita? Kalian aja kali, gue nggak,” potong Merry meralat.

“Ia deh, kami aja. Loe nggak,” Sisil sebel karena ucapannya di potong duluan padahal ia kan belum selesai ngomong.

“Udah deh, tadi ide nya apa?” Salsa masih penasaran.

“Apa ya? Gara-gara Merry nih jadi lupa,” Sisil garuk-garuk kepalanya yang emang ketombean. “0h ya gini, gimana kalu kita taruhan aja siapa dulu yang bisa menggaet dia jadi pacar salah seorang dari kita. Tapi, permainannya harus sehat nggak boleh pake cara kotor. Terus yang menang harus nraktir kita semua makan gratis kayak sekarang. Gimana setuju nggak?" sambungnya.

“Kok yang menang yang nraktir?” Anya terlihat bingung.

“Ya iya lah, secara dia kan udah dapetin si doi. Gimana setuju nggak?” jelas Sisil menerangkan.

“0 gitu, gue setuju,” sahut Ria tanpa berpikir lagi

“Gue juga,” sambung Salsa sama Anya.

“Tapi gue nggak setuju. Enak aja anak orang di jadiin taruhan. Ntar kena batunya baru tau rasa loe. Coba gimana kalau ternyata si doi udah punya pacar?” Merry keberatan.

“Terus loe punya ide lain? Lagian kalau emang dia punya pacar masa ke konser nggak ngajak pacarnya?” tanya Sisil.

Sementara yang di tanya hanya diam, karena ia sama sekali nggak punya ide yang lebih baik.

"Nah, nggak ada kan, jadi setuju aja deh,” desak Anya.

“Ia. Sekalian loe jadi jurinya, secara loe kan yang paling netral,” tambah Ria.

“Terserah kalian aja deh” Merry akhirnya nyerah.


Sejak saat itu mereka sibuk mencari informasi tentang'sang idola'. Kebetulan Anya nggak sengaja pernah ketemu sama tu cowok di halte yang biasa mereka tumpangi waktu pulang dari jalan jalan. Hanya saja waktu itu nggak sempet kenalan karen tu bus sudah keburu berangkat. Sejak saat itu mereka sering iseng jalan ke sana.

Dua minggu telah berlalu, tapi hasil nya tetap nihil karena walau di tunggu sampai hampir malam tetap juga nggak nongol-nongol sehingga mereka hampir saja putus asa.

Sore minggu kebetulan Merry libur bersama keempat temannya ngumpul bareng di salah satu kaffe yang sering mereka datangi. Rencananya ia akan memperkenalkan pacarnya pada temen-temennya.

Sambil menunggu pacarnya Merry datang mereka asyik ngobrol.

“Eh tau nggak sih, ternyata doi itu kuliah dari sore sampai malam. Dan kenapa selama dua minggu ini kita nggak bisa ketemu sama dia? Ternyata itu gara-gara sekarang ini dia lagi libur habis ujian semester,” kata Salsa memulai obrolannya.

“0h ya. Loe tau dari mana?” tanya Anya heran.

“Dari sopir bus yang biasa ia tumpangi. Abis nya gue penasaran,” jelas Salsa. “Dan katanya besok sore ia sudah masuk lagi, jadi gue pikir itu waktu yang pas buat kira kenalan sama dia,” sambungnya lagi.

“Ide bagus tuh. Loe kali ini bisa ikut kan Merry?” tanya Ria.

“Yah sayang banget, gue nggak bisa. Gue kan harus kerja. Lain kali aja ya,” sahut Merry merasa tidak enak.

“Ya udah lah nggak papa. Toh besok kalau dia sudah jadi pacar salah seorang dari kita pasti di kenalin sama loe kok,” kata Ria.

“Tapi ngomong-ngomong pacar loe jam segini kok belum datang ya?” Anya melirik jam tangannya. "Jadi datang kan?"

“Tau nih, bentar ya gue telpon dulu. Kali aja dia lagi kebingungan nyari kita. Emang sih tadi gue udah kasih tau tempatnya, tapi kok belum datang juga. Jangan-jangan nyasar lagi,” Merry beranjak dari dari kursinya menjauh dari temennya.

Sebelum Merry berhasil meng'calling pacarnya, HP nya bergetar terlebih dahulu. Ternyata SMS dari Allan, pacarnya. Yang mengabarkan kalau ia sudah berada di depan kaffe tersebut.

“Eh temen-temen, dia udah ada di depan tuh. Gue jemput dia dulu ya,” pamit Merry, temen-temennya hanya membalas dengan anggukan.

“Kira-kira pacarnya Merry kayak gimana ya?” ujar Salsa setelah Merry pergi.

“Tenang aja sa, bentar lagi kita semua juga tau kok,” balas Sisil.

Tak lama kemudian Merry datang menghampiri mereka bersama seorang pria di sampingnya.

“Temen-temen, kenalin ini pacar gue. Namanya Allan, Allan ini temen-temen gue yang pengen gue kenalin ke elo, ini Salsa, Anya, sisil, sama Ria,” kata Merry memperkenalkan pacarnya kepada temen-temennya satu persatu.

Untuk sepersekian detik temen-temennya hanya terdiam terpaku. Bahkan Sisil yang kebetulan sedang menyeruput es sirupnya langsung tersedak saking kagetnya seolah nggak percaya akan sosok yang kini berada tepat di hadapannya yang tersenyum manis sambil mengulurkan tangan untuk berjabatan.

“Ya tuhan. Dia kan.... 'SANG IDOLA” pekik batin mereka masing-masing.

End....

Namanya juga cerpen perdana, jadi di maklumi aja deh kalau endingnya masih gaje banget. Terus bahasa sama kosa katanya juga agak gimana gitu. Tapi ya begitulah. Bagaimanapun terima kasih sudah membaca. :D

Detail Cerpen
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~