Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Remaja Terbaru "That Girl is mine" ~ 13

Emang udah lama nggak nulis sih, jadi jarinya juga udah kaku. Tapi berhubung cerbung ongoingnya masih harus di selesaikan, akhirnya ngetik lagi. Semoga aja ceritanya nggak gaje ya. So buat yang penasaran sama kelanjutan dari Cerbung That girl is mine, part 13 kini udah muncul. Biar nyambung sama jalan ceritanya, bisa simak dulu bagian sebelumnya disini. Happy reading ya....

That Girl is mine

"Ar, loe kenapa sih?"

"Iya, tampang loe kacau banget," sambung Iris membenarkan kalimat Kiera ketika melihat tampang lecek Airi yang kini duduk dikursinya. Bahkan hari masih pagi, tapi Airi sudah terlihat seperti zombi dengan lingkaran hitam di sekitar mata.

"Loe sakit?" tanya Keira lagi. Tangannya sengaja terulur menyentuh kening Airi. Gadis itu hanya mengernyit ketika merasakan tiada yang aneh dengan suhu sahabatnya.

"Bu Resti nggak datang ya?" bukannya menjawab, Airi lebih memilih melontarkan pertanyaannya sendiri. Apalagi mengingat ia muncul memang sudah lebih terlambat dari biasanya. Jika menurutkan hati, sebenarnya Airi malah punya niat untuk membolos sekalian.

"Enggak. Semua guru ikutan rapat. Jadi kelas hari ini bebas," terang Iris. "Tapi loe kenapa?" sambung gadis itu mengulang pertanyaannya yang memang belum di jawab.

Airi merutuk dalam hati. Tau nggak belajar gini mendingan tadi ia beneran bolos.

"Kepala gue pusing."

"Loe beneran sakit?" Keira tampak terkejut. "Kalau gitu ngapain loe masuk sih? Mendingan juga izin. Atau kalau nggak, ayo kita temenin. Loe istirahat aja di UKS."

"Tapi..."

"Ayo Airi. Nggak usah keras kepala deh," potong Iris sembari melemparkan tatapan tajam. Kalau biasanya, tatapan seperti itu tidak akan memberi pengaruh sama sekali pada Airi. Tapi kali ini beda. Gadis itu sedang malas berdebat. Akhirnya dengan langkah ogah ogahan ia mengikuti ajakan kedua sahabatnya.
"Oke, sekarang disini udah nggak ada siapa - siapa. Jadi aman, loe mau cerita apa?" tanya Kiara begitu Airi sudah tiduran santai di ranjang UKS yang memang sepi.

"Apaan sih?" Airi mengernyit. Memangnya kapan dia pernah bilang ia mau cerita?

"Serius deh Ar. Tampang loe kacau banget. Kita tau pasti ada apa apanya. Makanya, buru. Mendingan loe cerita," seolah bisa membaca pikiran, Iris ikut ikutan menambahkan.

"Gue..." Airi tampak ragu. Ia tidak yakin menceritakan masalahnya saat ini adalah ide yang tepat. Terlebih jika mengingat pribadi kedua temannya.

"Jadi elo ngeraguin kita? Nggak percaya lagi gitu? Atau mau main rahasia rahasiaan?"

Airi kali ini yakin bahwa Iris memang memiliki kemampuan membaca pikiran. Pemikiran itu tak urung membuatnya merasa takut.

"Emp...," Airi tampak mengigit bibirnya sendiri. Membuat kedua sahabatnya saling pandang dengan gemes.

"Serius deh Ar. Loe nggak mendadak jadi kacau gini cuma gara - gara di cium sama Kei kemaren kan?"

"KOK LOE TAU?!"

Suara nyaring Airi hanya di balas angkat bahu oleh Kiara. Bahkan gadis itu juga acuh ketika mendengar kalimat Iris yang menyalahkannya.

"Elo apa banget sih Ki. Tadi kan udah janji kita mo dengerin Airi yang cerita. Kok loe malah buka mulut duluan?"

"Abisnya gue gemes sama sahabat kita yang satu ini. Kita berapa kali coba nanyain sama dia tentang kedekatannya sama Kei? Tapi selalu aja bilang nggak ada apa apa. Tapi coba apa yang kita liat kemaren. Mereka malah ciuman. Di lingkungan sekolah lagi. Kalau sampai ketahuan guru apa nggak berabe."

"Kalian..." Airi tidak melanjutkan ucapannya. Hanya tatapan tak percaya yang bolak balik ia hunuskan kearah Keira dan Iris secara bergantian. Ia sama sekali tidak menduga bahwa kedua sahabatnya melihat kejadian yang terjadi di taman belakang sekolah kemaren. Apalagi ketika dengan jelas sikap keduanya kemaren tidak ada yang aneh. Bahkan ke bungkaman mulutnya selama jam kelas terakhir sama sekali tidak ia kompline.

"Loe nggak beneran percaya kemaren kita pamit cuma buat ke toilet berdua kan?"

Pertanyaan Kiara barusan makin membuat Airi bungkam. Kali ini beneran blank, tidak tau harus bersikap seperti apa. Namun yang pasti, saat ini ia merasa malu. Malu banget.

"Sorry, kemaren kita emang sengaja mata matain elo," Iris kali ini buka mulut dengan nada lembutnya. "Tapi bukan karena kita punya niat buruk. Loe itu sahabat kita Ar, tapi kita nyadar banget kalau loe itu terlalu tertutup. Loe tipe yang selalu menyimpan apa apa sendiri. Makanya kita sengaja diem sembari nunggu loe sendiri yang bersiap untuk cerita. Maafin kita ya?"

Airi menghela nafas. "Gue bukan nggak mau cerita. Cuma memang nggak ada yang bisa gue ceritain. Dan gue juga serius waktu gue bilang kalau gue sama Kei itu sama sekali nggak ada hubungan apa apa."

"Loe serius?" Kiara masih tampak tak percaya. Kali ini Airi hanya membalas dengan anggukan.

"Tunggu dulu, jadi tu orang berani nyium loe sembarangan disaat kalian nggak punya setatus apa apa?"

Walau tak urung Airi merasa kesel karena Kiara berulang kali melontarkan kejadian ditaman kemaren, namun tak urung Airi mengangguk. Kenyataannya ia dan Kei memang tidak telibat dalam hubungan emosional apa pun. Tak urung pemikiran itulah yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman.

"Akh, dasar kambing tu anak. Gue hajar juga nih," geram Kiara sambil bangkit berdiri. Tapi sebelum ia sempat beanjak, Iris sudah terlebih dahulu menahan geraknya.

"Loe mau kemana?"

"Ngasih pelajaran sama tu cowok lah. Gue kasi bonus satu dua tonjokan kalau perlu. Dia pikir dia siapa bisa seenaknya gitu."

"Berani loe emang? Di putusin sama Io aja Airi yang ngelabrak."

Kiara tampak menghela nafas, tampangnya seketika kecut mendengar kalimat Iris barusan. "Penting gitu loe ingetin gue yang dulu - dulu? Bukannya harusnya loe dukung gue ya? Kita labrak dia sama - sama. Udah, ayo buru!"

Tak memberi kesempatan Iris untuk membantah, Kiara sudah terlebih dahulu menariknya keluar. Meninggalkan Airi yang masih bengong di tempatnya. Itu yakin temennya beneran nekat mau ngelabrak?

Bukannya ikutan menyusul keduanya, Airi justru malah memilih membaringkan tubuhnya. Bersikap acuh. Ia sudah cukup lelah, di tambah juga matanya terasa berat. Mungkin sebaiknya ia tidur saja.
Tak tau berapa lama Airi terlelap, yang jelas ia merasa lebih baik saat kembali membuka mata secara perlahan. Matanya yang masih terasa sedikit lengket kontan membulat sempurna ketika menyadari siapa yang kini sedang duduk diam di samping ranjangnya sembari membaca buku dengan santai. Siapa lagi kalau bukan Kei. Entah bagaimana dan sejak kapan pria itu ada di situ.

"Loe kenapa bisa ada disini?" tuding Airi langsung. Sisa kantuk yang beberapa detik lalu masih ia rasakan kini mendadak raib.

"Udah bangun?" bukannya menjawab, Kei justru malah balik bertanya. Matanya menatap kearah Airi sembari tangannya menutup buku yang sedari tadi ia baca. "Loe beneran sakit?" sambung Kei lembut, tanpa permisi tangannya terulur menyentuh kening Airi.

"Loe apa banget sih," kesel Airi sembari menepis tangan Kei dengan cepat.

"Loe kenapa bisa ada disini? Siapa yang ngizinin elo coba?" tanya Airi lagi karena ucapannya sebelumnya masih belum Kei jawab.

"Gue baru tau kalau untuk ke UKS harus izin dulu," Kei tampak angkat bahu. Sama sekali tidak terpengaruh dengan raut kesel yang Airi tampilkan. Pria itu masih terlihat tenang.

"Sebebasnya elo aja deh," selesai berkata, Airi segera beranjak. Mungkin lebih baik ia pergi. Berada di dekat Kei sama sekali tidak baik untuk keselamatan jiwa dan raganya. Terbukti dengan kondisi jantungnya yang kini entah bagaiaman bisa kembali berdetak dengan cepat. Sangat tidak normal.

Namun belum sempat Airi mewujudkan niatnya, Kei sudah lebih dahulu menahan gerakannya.

"Loe mau kemana? Ini juga udah jam istirahat. Mendingan loe tidur aja lagi."

Airi segera menampilkan wajah kusut. Kesel dengan kalimat yang Kei lontarkan barusan. Ini kenapa kesannya tu orang jadi ngatur - ngatur dia ya. Suka - suka Airi donk mau ngapain.

"Ngomong - ngomong, tadi temen loe nemuin gue."

Kalimat Kei selanjutnya membuat Airi tercegat. Jadi tadi temennya beneran nekat nemuin Kei? Terus, tu orang di mana sekarang? Kenapa malah jadi Kei yang seenak jidatnya nongol?

"Mereka bilang gue nggak seharusnya nyium loe di saat hubungan kita nggak punya status apa apa."

Glek. Airi hanya mampu menelan ludahnya tanpa komentar apa - apa. Mau di taruh di mana wajahnya sekarang. Dan lagi, tumben banget sih kedua temannya itu punya nyali ngelabrak Kei? Awas aja kalau ketemu nanti, abis mereka ia bejek bejek.

"So..." Kei mengantungkan ucapannya. Matanya menatap lurus kearah Airi yang kini juga sedang menatapnya.

"Gue udah putusin. Mendingan kita pacaran aja. Jadi mulai sekarang, loe itu resmi jadi pacar gue."

Kalimat santai di sertai senyuman manis yang mangkir di wajah Kei, sangat kontras jika dibandingkan dengan raut kaget sekaligus tak percaya di wajah Airi. Kalimat barusan sama sekali tidak pernah ia perdiksikan sebelumnya. Oke, Airi akui selama hidupnya hingga saat ini, ia memang belum pernah pacaran. Tapi....

Di dunia sebelah mana lagi sih ada orang yang nembak cewek model ginian?

Next Cerbung That Girl is Mine Part 14

Detail Cerbung
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

4 comments for "Cerpen Remaja Terbaru "That Girl is mine" ~ 13"

  1. Kka lanjutkan ya ceritanya, aku menunggumu 😍😍😍

    ReplyDelete
  2. Wah akhirnya up juga setelah sekian lama bolak balik bka internet...makasih ka masih mau lanjutin ceritanya.
    Smangat terus yah ka buat nulisnya ....ceritanya bagus ditunggu lanjutannya

    ReplyDelete
  3. Kak tolong d lanjut dong please 😘😘😘

    ReplyDelete

Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...