Cerpen {Bukan} Sahabat Jadi Cinta ~ 04
Mumpung lagi semangat nulis lanjutan cerpen {Bukan} sahabat jadi cinta, jadi lanjut aja ya. Cerpen yang lainnya nyusul aja deh. Takudnya ntar ide cerpen yang satu ini keburu ilang. #DeritaPenulisAmatiran.... He he he. Nah, biar nyambung sama ceritanya. Nggak afdhol kalau nggak baca cerita sebelumnya. Jadi biar gampang, kalau mau baca part sebelumnya bisa di cek disini. Happy Reading....
“Akh, Ishdia. Serius deh. Gue stress tau,” kata Arumy sambil merebahkan kepalanya di meja. Ishidha hanya melirik sekilas sebelum kemudian kembali asik dengan buku yang sedang di bacanya. Saat itu keduanya memang sedang berada di perpustakaan sekolah.
“Loe kok santai aja si?” tambah Arumy lagi.
“Memangnya loe stress kenapa?” tanya Ishida kemudian.
“Hufh,” Arumy kembali mengangkat wajahnya. Wajahnya ia tolehkan kearah Ishida yang juga sedang memberikan perhatian kepadanya.
“Kita kan sudah kelas tiga. Bentar lagi UN. Loe kok santai banget si?”
Ishida tersenyum. “Terus gue harus gimana. Emangnya kalau gue stress semua jadi lebih mudah? Enggak kali. Yang ada semua jadi kacau,” terang Ishida. “Lagian ni ya. Kenapa loe keliatan cemas gitu. Secara selama ini jug aloe selalu lebih pinter dari gue. Jadi santai aja lah. Mending juga focus belajar.”
“Tau ah. Cape gue belajar mulu. Mendingan gue tidur aja deh. Ntar kalau udah bel, loe bangunin gue ya,” kata Arumy sambil kembali merebahkan kepalanya. Tak lupa ia bentangkan sebuah buku guna menutupi wajahnya. Ishida hanya mengeleng tak percaya melihatnya. Memangnya dengan posisi seperti itu bisa tidur. Walaupun ia memang bisa, bisa di pastikan leher dan pinggang pasti nanti akan sakit. Tak ingin memikirkannya lebih jauh, Ishida lebih memilih memusatkan perhatiannya pada buku yang ia baca.
Selang beberapa saat kemudian, Ishida mengalihkan tatapannya dari buku yang ia baca. Lehernya terasa agak sakit karena terlalu lama bertahan pada posisi yang sama. Diliriknya jam yang melingkar di tangan. Waktu istirahat hampir habis. Dan saat menoleh kearah Arumy, gadis itu masih bertahan pada posisi yang sama. Membuat Ishida mengernyit heran. Apa gadis itu beneran tidur?
“Arumy,” panggil Ishida lirih. Tapi gadis itu sama sekali tidak bergerak.
“Hei, Arumy. Loe beneran tidur ya?” tanya Ishida lagi, kali ini dengan tangan yang bergerak menguncang pundak sahabatnya.
Arumy tampak mengeliat untuk sejenak. Secara berlahan matanya mulai terbuka. Pandangannya ia edarkan kesekeliling sebelum kemudian terhenti di wajah Ishdia yang sedang menatapnya.
“Astaga. Gue beneran ketiduran,” sahut Arumy sambil menutup mulutnya. Berusaha mengenyahkan sisa sisa kantuk yang masih mampir diwajahnya.
“Gue juga heran loe bisa beneran tidur,” komentar Ishida lirih.
Arumy hanya tersenyum singkat. Matanya menoleh kesekeliling, sepi. Tidak terlalu banyak anak anak disana seperti sebelumnya. Mungkin masing – masing sudah kembali kekelas. Dengan berlahan Arumy bangkit berdiri sambil merapikan buku – bukunya.
“Ya udah. Kekelas yuk,” ajak Arumy kemudian. Ishida hanya membalas dengan anggukan setuju.
“Tapi temenin gue ke toilet dulu ya. Gue mau cuci muka dulu.”
Lagi – lagi Ishida hanya membalas dengan anggukan. Terlebih keduanya telah tiba di hadapan penjaga perpustakaan. Ishida berniat untuk meminjam beberapa buku untuk ia baca dirumah. Arumy hanya berdiri menantinya sambil menatap kesekeliling.
![]() |
Cerpen {Bukan} Sahabat Jadi Cinta ~ 04 |
“Akh, Ishdia. Serius deh. Gue stress tau,” kata Arumy sambil merebahkan kepalanya di meja. Ishidha hanya melirik sekilas sebelum kemudian kembali asik dengan buku yang sedang di bacanya. Saat itu keduanya memang sedang berada di perpustakaan sekolah.
“Loe kok santai aja si?” tambah Arumy lagi.
“Memangnya loe stress kenapa?” tanya Ishida kemudian.
“Hufh,” Arumy kembali mengangkat wajahnya. Wajahnya ia tolehkan kearah Ishida yang juga sedang memberikan perhatian kepadanya.
“Kita kan sudah kelas tiga. Bentar lagi UN. Loe kok santai banget si?”
Ishida tersenyum. “Terus gue harus gimana. Emangnya kalau gue stress semua jadi lebih mudah? Enggak kali. Yang ada semua jadi kacau,” terang Ishida. “Lagian ni ya. Kenapa loe keliatan cemas gitu. Secara selama ini jug aloe selalu lebih pinter dari gue. Jadi santai aja lah. Mending juga focus belajar.”
“Tau ah. Cape gue belajar mulu. Mendingan gue tidur aja deh. Ntar kalau udah bel, loe bangunin gue ya,” kata Arumy sambil kembali merebahkan kepalanya. Tak lupa ia bentangkan sebuah buku guna menutupi wajahnya. Ishida hanya mengeleng tak percaya melihatnya. Memangnya dengan posisi seperti itu bisa tidur. Walaupun ia memang bisa, bisa di pastikan leher dan pinggang pasti nanti akan sakit. Tak ingin memikirkannya lebih jauh, Ishida lebih memilih memusatkan perhatiannya pada buku yang ia baca.
Selang beberapa saat kemudian, Ishida mengalihkan tatapannya dari buku yang ia baca. Lehernya terasa agak sakit karena terlalu lama bertahan pada posisi yang sama. Diliriknya jam yang melingkar di tangan. Waktu istirahat hampir habis. Dan saat menoleh kearah Arumy, gadis itu masih bertahan pada posisi yang sama. Membuat Ishida mengernyit heran. Apa gadis itu beneran tidur?
“Arumy,” panggil Ishida lirih. Tapi gadis itu sama sekali tidak bergerak.
“Hei, Arumy. Loe beneran tidur ya?” tanya Ishida lagi, kali ini dengan tangan yang bergerak menguncang pundak sahabatnya.
Arumy tampak mengeliat untuk sejenak. Secara berlahan matanya mulai terbuka. Pandangannya ia edarkan kesekeliling sebelum kemudian terhenti di wajah Ishdia yang sedang menatapnya.
“Astaga. Gue beneran ketiduran,” sahut Arumy sambil menutup mulutnya. Berusaha mengenyahkan sisa sisa kantuk yang masih mampir diwajahnya.
“Gue juga heran loe bisa beneran tidur,” komentar Ishida lirih.
Arumy hanya tersenyum singkat. Matanya menoleh kesekeliling, sepi. Tidak terlalu banyak anak anak disana seperti sebelumnya. Mungkin masing – masing sudah kembali kekelas. Dengan berlahan Arumy bangkit berdiri sambil merapikan buku – bukunya.
“Ya udah. Kekelas yuk,” ajak Arumy kemudian. Ishida hanya membalas dengan anggukan setuju.
“Tapi temenin gue ke toilet dulu ya. Gue mau cuci muka dulu.”
Lagi – lagi Ishida hanya membalas dengan anggukan. Terlebih keduanya telah tiba di hadapan penjaga perpustakaan. Ishida berniat untuk meminjam beberapa buku untuk ia baca dirumah. Arumy hanya berdiri menantinya sambil menatap kesekeliling.
Post a Comment for "Cerpen {Bukan} Sahabat Jadi Cinta ~ 04"
Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...