Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Ketika Cinta Harus Memilih End

Dan pada akhirnya Cerpen Cinta Ketika Cinta Harus Memilih ketemu juga sama yang namanya part ending. Dan setelah ini nggak tau apa yang terjadi selanjutnya karena sepertinya sang admin tidak bisa merdeka lagi dalam hal beronline ria karena admin akan segera kembali kekampung halaman tercinta. Yang jelas, gak bisa internetan disana. Singnal hape aja susah, bbman pending mulu. Kalo gak percaya langsung aja datang ke Bokor - Selatpangaj, Kab. Kepulauan Meranti - Riau - Indonesia. Wkwkwkwkwk....

So, sebagai persembahan terakhir selama di pulau batam ini, Part end sebagai penutup. Buat yang penasaran sama ep sebelumnya bisa di cek pada cerpen cinta ketika cinta harus memilih part 15. Selamat membaca...


Ketika Cinta Harus Memilih

Sambil menikmati jus nya sesekali kasih mencuri pandang kearah cinta yang kini ada di hadapnya tampak menikmati makanannya. Saat itu sehabis pulang mereka memang tidak langsung pulang. Kasih sengaja mengajak cinta untuk makan bareng di salah satu kaffe langganan mereka.

“Cinta, apa rencana loe sekarang?” tanya kasih.

“He?” cinta mengangkat wajahnya. Menatap heran.

“Loe kan udah ketemu sama kakak loe. Terus rencana loe selanjutnya apa?”.

“O..” cinta mengangguk paham. “Kakak ngajak gue buat tinggal bareng sama dia. Yah seperti yang udah gue ceritain sama loe. Loe taukan gimana kondisi keluarga gue”.

“Terus...”.

“Ya gue setuju aja. Lagian sekarang kakak kan udah kerja. Dan dia sudah menyanggupi buat gurus semua keperluan loe. Dan besok dia akan keparis.

Kasih menoleh kaget.

“Paris?”.

“Iya . Urusan kerjaan” balas cinta sambil tersenyum.

Sementara kasih justru terpaku. Cinta setuju untuk tinggal bersama kakaknya. Dan kakaknya akan kerparis. Jadi maksutnya.....?.

“Maksut loe?. Jadi....” tanya kasih bingung.

Cinta hanya angkat bahu dengan senyum yang masih mengambang di bibirnya.

*** Ketika cinta harus memilih ***

Dengan perasaan kesel Rangga memarkirkan motornya. Bukan langsung kekelas justru ia malah duduk terdiam sambil sekali – kali melirik kearah pintu gerbang. Tadi pagi ia sengaja menjemput cinta kerumahnya, tapi lagi – lagi gadis itu tidak pulang. Dan ia sudah memastikan kalau cinta tidak bersama Kasih. Mungkin ia bersama kakaknya, namun sialnya ia sama sekali tidak memiliki alamat nya.

Setelah beberapa saat menunggu matanya mengkap sosok kasih yang melangkah sedirian. Tanpa pikir panjang segera dihampirinya gadis itu.

“Kasih”.

Merasa namanya dipanggil kasih menoleh. Heran saat mendapati Rangga yang melangkah kearahnya.

“Ada apa?”.

“Gue boleh nanya sesuatu sama loe?”.

“Silahkan, tapi gue gak yang yakin gue mau jawab” Balas Kasih dengan santai.

“Loe tau di mana cinta”.

“Untuk apa loe nanyain dia. Gue denger loe udah putus sama dia”.

Rangga terlihat bingung untuk menjawab.

“Apa karena loe sudah di campakan oleh Cisa makanya loe nyari dia”.

“Apa?” Rangga kaget. Kenapa kasih bicara seperti itu.

“Makut loe?”.

“Setelah Cisa balikan lagi sama pacarnya loe berniat buat ndeketin cinta lagi kan?. Denger ya Rangga, cinta itu bukan barang atau mainan yang bisa loe ambil ketika loe mau ataupun justru loe buang ketika loe sudah tidak membutuhkan”.

“Itu nggak bener. Gue nggak pernah menganggap cinta seperti itu”.

“Tapi itu kenyataannya. Disaat dia terpuruk loe malah mutusin dia”.

“Kenapa si selalu gue yang di salahin. Sudah gue bilang yang di putusin itu gue. Kenapa kesannya malah gue yang salah” Rangga memprotes.

“Cinta nggak mungkin mutusin loe kalau nggak ada alasannya”.

“Loe salah, menurut cinta tidak semua hal harus ada alasannya”.

“Baik. Itu menurut cinta. Bukan menurut gue atau elo kan?”.

“Maksut loe?” tanya Rangga bingung.

“Apa alasan loe pengen ketemu cinta” Tanya Kasih langsung. “Dan dia itu sahabat gue. Jadi tentu saja itu urusan gue” Sambung Kasih lagi sebelum Rangga sempat bicara. “Gue tanya sekali lagi. Apa alasan loe menemui cinta”.

“Gue mau minta maaf sama dia...”.

“Dan ada yang pengen gue sampein kedia” Sambung Rangga lagi. Kasih menunduk. Terlihat berpikir untuk beberapa saat.

“Apa loe suka sama cinta?”.

“Apa?” tanya Rangga tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti itu.

“Gue nggak tau. Maksut gue, gue masih belum yakin. Apa yang gue rasain ke dia itu beneran cinta atau Cuma perasan sesaat saja” balas Rangga terlihat bingung.

Mulut kasih terbuka tanpa suara. Ini orang benar – benar perlu di kasi pelajaran kayaknya.

“Baiklah. Kalau gitu anggap aja itu hanya perasaan sesaat” Balas kasih kesel dan segera bersiap untuk langsung berlalu. Tapi dengan cepat Rangga menahannya.

“Tunggu dulu. Loe kan belum jawab pertanyaan gue”.

Kali ini kasih berbalik menatap lurus kearah Rangga.

“Rangga, loe tau. Hidup cinta sudah cukup menderita. Sejak dulu nyokap bokapnya selalu berantem. Yang dia punya hanya kakaknya. Tapi....”.

“Gue tau...” Potong Rangga. “Maksut gue, gue udah tau soal keluarganya” Sambung Rangga menjelaskan Sebelum Kasih salah paham.

“Oh ya?. Kalau gitu loe pasti juga sudah tau donk. Kalau cinta sudah memutuskan untuk tinggal bersama kakak nya. Dan setau gue kakaknya hari ini berangkat ke paris”.

“Apa?”.

“Dan gue nggak yakin loe masih bisa ketemu dia lagi. Soalnya tadi gue SMS dia katanya sudah di bandara. Jadi mungkin saja sekarang dia...”.

Rangga sama sekali tidak mendegar ucpan kasih selanjutnya. dengan cepat ia segera melajukan motornya. Cinta akan pergi?. Meninggalkannya?. Ya Tuhan.... Kenapa Gadis sama sekali itu tidak pernah mau menunggunya. Bahkan hanya untuk menunggunya menyadari perasaannya.

*** Ketika cinta harus memilih ***

Sambil terus berlari Rangga memandang kesekeliling. Bandara terlalu ramai. Matanya sibuk Mencari sosok cinta di antara begitu banyak orang. Dalam hati ia terus berdoa. Semoga ia masih di beri kesempatan untuk bertemu dengan gadis itu.

“Rangga?. Gue nggak salah lihat kan?. Loe ngapain di sini?”.

Rangga menoleh kaget, Mendapati Fadly yang kini menatapnya heran.

“Fadly loe harus bantuin gue”.

“Loe kenapa si?. Kok kayaknya panik gitu. Bantuin apa?”.

“Tolong bantuin gue cari cinta”.

“Cinta?. Disini?” Kening Fadly semakin berkerut heran.

“Gue harus nemuin dia sebelum dia pergi. Jadi loe harus bantuin gue sekarang”.

“Tunggu dulu. Loe kalau ngomong satu – satu. Gue nggak ngerti. Kenapa kita harus mencari cinta di bandara. Memang nya dia mau kemana?”.

“Dia akan ikut sama kakaknya. Dan gue nggak bisa biarin dia pergi gitu aja” Sahut Rangga terlihat lelah.

“Maksut loe?”.

“Karena nyokap sama bokapnya masih sering berantem, cinta memutuskan untuk ikut sama kakaknya. Dan sekarang mereka akan keparis”.

“Apa?”.

“Ah loe terlalu banyak nanya. Kalau loe memang nggak mau bantuin gue nyari dia, lebih baik gue cari sendiri” Kata Rangga kesel. Namun sebelum sempat Rangga berbalik.

“Oke sob. Gue bantuin loe. Kita cari cinta bareng – bareng. Lebih baik kita cari tau di bagian keberangkatan. Memangnya cinta akan kemana” Kata Fadly berusaha menenangkan.

“Menurut kasih, dia akan ke paris”.

“Paris?” Fadly menghentikan langkahnya.

“Rangga, tunggu dulu” Tahan Fadly menghadang langkah Rangga.

“Apa lagi”.

“Kalau memang cinta mau keparis, loe nggak usah mencarinya lagi” Sahut Fadly sambil menunduk.

“Apa?. Kenapa?. Apa loe nggak percaya sama gue?. Oke, mungkin agak terlambat tapi gue sudah menemukan jawabnya. Ternyata gue beneran suka sama dia. Dan gue nggak mau dia pergi” Balas Rangga sambil menunduk membuat Fadly merasa tidak tega melihatnya.

“Bukan, gue bukan nggak percaya. Hanya saja....”.

“Hanya apa?” Tanya Rangga tak sabar.

“Pesawat tujuan Paris hari ini sudah berangkat setengah jam yang lalu. Gue tau karena gue kesini juga untuk mengantar temen gue yang juga akan terbang ke paris”.

“Apa?” Rangga mengeleng tak percaya. Tiba – tiba ia merasa sama sekali tak bertenaga. Dengan santai tubuhnya merosot turun, untung Fadly cepat tanggap dan segera menahannya.

Setelah beberapa saat Rangga melepaskan tanggan Fadly. Dengan langkah terhuyung ia melangkah meninggalkan bandara. Tatapannya kosong. Dalam hati ia terus merutuki dirinya sendiri.

“Ternyata dia memang sama sekali tidak mau menunggu...” Gumam Rangga lirih. “Harusnya gue tau itu sehingga gue bisa menyadarinya lebih cepat. Cinta maafin gue”.

*** Ketika cinta harus memilih ***

Sama sekali tak bersemangat Rangga tetap nekat kekampus. Paling tidak ia tidak ingin terlihat terlalu menyedihkan. Setelah memarkirkan motornya di tempat biasa ia melangkah menuju kekelasnya. Sebentar – sebentar ia menghembuskan nafas berat. Tiba – tiba dadanya terasa sesak saat menyadari bahwa ia tidak akan menemukan lagi gadis itu dikampusnya karena........

“Cinta?” Rangga mengucek – ucek matanya. Apa mungkin ia berhalusinasi. Kenapa ia bisa melihat gadis itu yang tampak sedang melangkah sambil tak henti bercerita pada kasih sementara baru kemaren pagi ia mendengar kabar bahwa gadis itu pergi.

Cinta menghentikan langkahnya saat matanya menemukan sosok Rangga yang berdiri terpaku dihadapannya dengan tatapan terjurus kearahnya. Mencoba mengabaikan hal itu, cinta segera berniat untuk berlalu. Namun Tangannya sudah lebih tertahan oleh gengaman. Dan cinta bisa memastikan kalau tanggan itu milik Rangga.

“Cinta, Kenapa loe masih di sini?”.

“Apa loe benar – benar berharap gue menghilang?” Cinta balik bertanya dengan pandangan lelah.

Melihat Rangga yang hanya terdiam Cinta berniat untuk berlalu. Namun bukannya benar – benar berlalu tubuhnya justru terasa kaku saat mendapati Rangga yang menariknya, memeluknya dengan erat.

“Janggan pergi” Bisik Rangga.

Cinta masih terdiam. Sama sekali tidak bereaksi atau mungkin ia tidak tau harus bereaksi seperti apa.

“Tetap lah disini. Tolong jangan pernah pergi lagi cinta” Kata Rangga lagi. Kali ini ia melepaskan pelukannya. Menatap lurus kearah mata cinta.

“Ma... maksut loe?”

“Gue tau loe nggak pernah menunggu gue karena gue nggak pernah memintannya. Maka dari itu, Kali ini gue minta dengan sangat tolong tetap di sini. Disamping gue”.

Cinta kembali terdiam. Memberik kesempatan kepada Rangga untuk melanjutkan ucapannya. Tapi sepertinya Rangga malah kembali terdiam.

“Gue masih nggak ngerti” Sahut Cinta dengan raut bingung.

Untuk sejenak Rangga menghela nafas.

“Cinta, Gue suka sama loe”.

“Ha?” Kali ini bukan hanya cinta yang kaget tapi juga kasih dan beberapa orang yang kebetulan berada di sekitarnya.

“Loe suka sama gue?. Nggak salah?” Tanya Cinta sangksi.

“Tentu saja tidak. Walaupun sedikit lambat, tapi gue tau perasaan gue sendiri”.

“Bagaimana dengan Cisa. Apa loe ngelakuin ini karena benar – benar suka sama gue tau justru hanya pelarian”.

“Apa?”.

Gantian Rangga yang kaget. Menanti penjelasan lebih lanjut dari cinta. Pelarian?. Maksutnya apa?. Tapi cinta sendiri sepertinya tidak tertarik untuk menerangkan lebih jelas maksut dari ucapannya. Terbukti dengan tubuhnya yang bersiap berbalik jika saja Rangga tidak lebih cepat untuk menahannya.

“Apa maksut ucapan loe?”.

“Apa masih harus gue jawab?” cinta balik bertanya. “Loe suka sama dia, Tapi setelah loe tau kalau dia balikan lagi sama pacaranya loe justru....”

Cinta tidak melanjutkan ucapannya. Entah mengapa tiba – tiba dadanya terasa nyesek membayangkan kalau ia tidak lebih hanya di jadikan pelampiasan cinta Rangga yang sepertinya tidak berbalas.

“Gue memang suka sama Cisa”.

Cinta mengangkat wajahnya. Menatap lurus kearah wajah Rangga. Merasa tak percaya mendengar apa yang baru saja di dengarnya. Rangga sendiri mengakui kalau ia mencintai gadis lain tapi justru dengan santai memintanya untuk kembali?.

“Gue memang suka sama Cisa, Tapi itu dulu. Sebelum gue kenal sama loe. Sebelum loe datang dan mengantikan posisinya di hati gue” Rangga melanjutkan ucapannya yang membuat cinta kembali terdiam terpaku.

“Karena itu cinta” Rangga sengaja menghentikan ucapannya untuk menarik nafas sejenak sebelum kembali melanjutkan “Mau kah loe kembali mengulang kisah kita. Kali ini gue janji gue akan melakukan semua yang terbaik yang bisa gue lakukan asal loe janji loe nggak akan pergi ninggalin gue?”.

Cinta masih terdiam. Mencoba mencerna apa yang terjadi. Rangga?. Menyukainya?. Ini pasti hanya mimpi.

“Loe mau kan jadi pacar gue sekali lagi?”.

Cinta benar – benar tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia juga sama sekali tidak menyadari kepalanya yang mengangguk berlahan. Bahkan ia tidak menyadari suara riuh di sekeliling saat mendapati untuk kedua kalinya tubuhnya berada dalam pelukan Rangga kalau saja Kasih tidak mengingatkannya bawa saat itu mereka masih berada di halaman kampus.

“Jadi, mulai sekarang kita resmi pacaran lagi kan?” Tanya Rangga setelah melepaskan pelukannya. Lagi – lagi cinta hanya membalas dengan anggukan. Sementara kasih juga hanya tersenyum melihatnya, Namun senyum itu langsung memudar saat mendegar kalimat lanjutan dari mulut Rangga.

“Kalau gitu loe bisa menjelaskan kenapa loe nggak jadi keparis padahal gue sudah sangat panik waktu mencari loe di bandara kemaren?”.

“Paris?” Kening cinta berkerut heran.

“Iya, soalnya kasih bilang...” Rangga tidak jadi melanjutkan ucapannya. Matanya sedikit menyipit menatap kasih yang terlihat gelisah.

“Cinta, Sory ya. Gue duluan” Pamit Kasih tiba - tiba tapi langsung terhenti karena Rangga sudah menghadang jalannya.

“L...loe kenapa liatin gue kayak gitu” Kasih terlihat keki, sementara cinta hanya mengernyit heran.

“Loe ngerjain gue ya” Tembak Rangga langsung.

“Ha.... Nge... Ngerjain apa?” Kasih terlihat gugup.

“Cinta” Rangga mengalihkan tatapannya kearah cinta. “Semalam loe nggak masuk kuliah kemana?” tanya Rangga.
Walau sedikit bingung cinta tetap menjawab. “Semalam gue nggak masuk?. Siapa yang bilang?. Gue datang kok semalam. Emang agak terlambat dikit si. Memangnya kenapa”.

“Kasih......” Suara Rangga terdengar menyeramkan, kasih saja sampai merasa merinding. Mencium gelagat buruk ia segera bersiap untuk kabur tapi tangan Rangga sudah terlebih dahulu menahannya.

“Mau kemana loe?”.

“Mampus gue....” Keluh Kasih dalam hati.

“Lepasin tangan loe dari cewek gue”.

“He....?” Rangga, cinta dan Kasih serentak menoleh. Menatap kearah Erwin yang kini menatap tajam kearah Rangga.

“Cewek loe?” tanya Rangga dan cinta bersamaan.

“Iya, dia cewek gue. Jadi jangan berani – berani loe ganggu dia lagi” kata Erwin sambil menarik tangan Kasih mendekat kearahnya.

“Eh tunggu dulu. Sejak kapan gue jadi cewek loe?” Tanya Kasih heran.

“Sejak detik ini juga. Dulu gue pernah keduluan Rangga waktu ngedeketin cinta. Gue nggak mau kali ini gue keduluan temennya dia” tunjuk Erwin tepat kearah wajah Rangga yang masih terpaku. “Yang gue tau mulai PDKT ke elo”.

“Ha?” Mulut kasih terbuka tanpa suara.

“Ya sudah, ayo gue antar loe kekelas. Maaf cinta, kita duluan” Pamit Erwin sambil mengandeng tangan Kasih. Menggenggamnya erat menuju kekelas. Mengabaikan sekeliling yang menatap mereka heran. Bahkan juga mengabaikan tatapan shock kasih.

Melihat tingkah sepasang temannya barusan Cinta dan Rangga reflek saling pandang. Kening cinta sedikit berkerut saat melihat senyum di wajah Rangga yang mulai melebar.

“Hei, mungkin kan kisah kita akan terulang kembali?” Bisik Rangga lirih.
Cinta terdiam tampak tersenyum. Sedikit mengangguk membenarkan dan mulutnya berujar.

“Untuk yang satu itu, biarkan waktu yang menjawabnya”.

End …

Akhir kata, Sayonara Batam... 26 Agustus 2012 s/d 22 Desember 2013.

Admin LovelyStarNight......
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~