Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen The Prince, The Princess & Mis. Cinderella~11 {Update}

Oke, Next acara Edit mengedit. Kalo bisa si Cerpen The Prince, The Princess & Mis. Cinderella bisa finish malam ini. Ah, semoga saja.

Oh ya, ngomong - ngomong soal edit, penulis lagi belajar ngedit video nie. Mau liat gak?. Klik aja Trouble is a friend ~ Lenka ~ Ana Merya


Sudah hampir tiga jam aku sedari tadi hanya berbolak – balik di kasur tanpa bisa terlelap sama sekali. Ku lirik jam yang tertera di atas meja, pukul dua dini hari. Astaga, kalau begini ceritanya aku bisa stres beneran. Bukan hanya sekedar stres tembangan le seung gi di king 2 heart (???).

Sudah hampir dua mingu aku menjadi ‘pacar’ Si kevin. Dan tingkah lakunya benar – benar. Aku berani jamin seribu persen, kalau sampai dia tetap bersikap seperti itu selama satu bulan kedepan aku sudah pasti jatuh cinta beneran padanya.

Aku bingung. Kevin yang ku kenal sekarang benar – benar berbeda dengan kevin yang dulu. Sifatnya semua berbanding balik. Sekarang dia selalu mengantar – jemput aku. Menjaga aku di kampus. Nggak pernah sekalipun ngerjain aku. Perhatian. Rajin nelpon walau nggak pernah kuangakat, dan rutin sms tapi nggak pernah ku balas. Pokoknya dia baik banget sama aku. Ehem, maksutnya ‘riani’.

Namun pada saat yang bersamaan. Hubungannya dengan andre menjauh. Kami sama sekali nggak pernah ketemuan. Dia juga sudah tidak pernah berkunjung ke toko sama sekali. Terakhir kali aku melihatnya sebagai andre adalah dua minggu yang lalu. Setelah itu, nihil.

Dan yang membuat aku paling pusing dalam hal ini adalah. Aku benar – benar sangksi atas sikapnya. Dia itu benar – benar baik atau hanya pura – pura baik. Lantas permain apa yang sedang ia mainkan saat ini. Ya tuhan, tolong bantu aku. Kelama an mikir tidak terasa aku pun terlelap.


“Hei, mata loe kenapa?”.

Aku menoleh. Tersadar dari lamunan nggak jelas sedari tadi. Aku lupa kalau saat ini aku sedang berada di kantin kampus. Makan siang bersama Kevin. Di ulang, bersama KEVIN. Jangan heran, tentu saja ini karena aku itu kan sekarang menyandang gelar sebagai pacarnya.

“Jiah, dia malah melamun. Riani, loe kenapa si?”.

“Hufh” ku hembuskan nafas sejenak sambil menatap lurus kearah kevin yang kini sedang menatapku intens karena aku sama sekali tidak menjawap pertanyaannya.

“Mata loe kok jadi kayak mata panda gitu. Loe sakit ya?” tambah kevin lagi. Dan ini pertanyaan benar – benar terdengar tulus.

“Ehem... Nggak kok. Gue baik – baik saja” elak ku sambil meraih jus jeruk kemudian menyesapnya. Panas – panas gini enaknya memang minum yang dingin dingin.

“yakin?” ulang kevin terlihat memastikan. Aku tidak menjawab justu malah menatapnya tanpa berkedip.

“Loe kenapa malah menatap gue seperti itu?”.

“Loe beneran membuat gue merasa horor” Balas ku jujur.

“Horor?. Maksutnya loe takut sama gue?”.

Kali ini aku membalas dengan anggukan.

“Jujur saja, sifat baik loe itu justru malah lebih menyeramkan dari pada sikap loe yang dulu sering ngejahilin gue”.

“Ha ha ha ha. Benarkah?. Loe kan sekarang jadi pacar gue kenapa harus takut segala. Memang sudah seharusnya kali gue baik sama loe. Atau jangan – jangan loe takut karena....”.

“Karena?” kejar ku lagi saat kevin mengantungkan kalimatnya terlalu lama.

“Karena loe takut jatuh cinta beneran sama gue”.

“Uhuk uhuk uhuk”.

Aku yang kebetulan sedang menyesap jus sukses tersedak mendengar kalimat yang kevin lontarkan dengan seenak jidatnya. Astaga, orang ini benar – benar....

“Riani, kalau minum hati – hati donk” kata Kevin sambil menepuk – nepuk tengkuk ku pelan. OMG, kenapa aku jadi deg deg an gini. Dengan cepat ku tepis tangan kevin menjauh. Membuatnya sedikit mengerut kan keningnya.

“Ehem. Gue baik – baik aja. Cuma keselek biasa kok” balasku sambil diam – diam melirik kearah kevin yang tampak tersenyum lega.

“Jadi bener kan?” tanya Kevin setelah beberapa saat kami terdiam.

“Bener?. Maksutnya?” tanya ku bingung.

“Benerkan kalau loe takut jatuh cinta beneran sama gue?”.

Aku hanya membalas dengan mencibir. Ini orang PeDe banget si. Ya baiklah, walau sebenernya apa yang dia katakan barusan bener juga si. Aku kan memang takut jatuh cinta beneran sama dia.

“Sebenarnya si gue nggak keberatan kalau loe jatuh cinta sama gua”.

Aku yang mendengar kalimat yang kevin lontarkan barusan segera menoleh.

“Malah gue berharap gue bisa jatuh cinta sama loe” Sambung kevin lirih.

“HA?” kali ini aku sumpah kaget. Jangan – jangan kevin kesambet ya?.

“Maksut loe?” tanya ku menyelidik.

“Oh tidak. Lupakan” kata kevin cepat. “Tuh mie so loe dari tadi nggak di makan. Ntar kalau sudah dingin nggak enak. Buruan abisin deh” Sambung kevin lagi.

Untuk sejenak aku melirik kearahnya dengan heran. Ini anak benar – benar telihat aneh deh. Ada apa si sebenarnya. Kenapa ia terlihat seperti menyembunyikan sesuatu. Pake ngalihin pembicaraan sembarangan lagi. Mencurigakan.

“Kenapa malah menatap gue seperti itu. Mau gue suapin?”.

Dengan cepat aku menyambar Mangkuk yang ada di hadapan ku dan langsung menyesap isinya. Di suapin kevin?. Ngga deh, ma kasih aja.

Cerpen The Prince, The Princess & Mis. Cinderella~11

Saat masuk pelajaran terakhir aku sama sekali tidak berkonsentrasi. Bukan saja karena pikiran ku terus terarah sama sikap Kevin tapi juga karena ke tiga teman ku sedari kemaren – kemaren tidak habis – habisnya menginterogasi soal hubungan ku dan kevin yang Aneh. Ayolah, Musuh bebuyutan masa tiba – tiba langsung pacaran. Jangan kan ketiga teman ku, Seisi kampus juga heran termasuk aku sendiri. Tapi mau gimana lagi, la kami kan memang pacaran. Setidaknya, Kevin nganggep aku pacarnya.

Begitu kelas berakhir aku dengan cepat melesat keluar. Mendahului ketiga temanku yang terlihat masih merapikan buku – bukunya. Aku sudah memutuskan untuk tidak bercerita apa pun, setidaknya sampai aku benar – benar tau apa motiv Kevin kali ini.

“Riani”.

Merasa ada yang memanggil nama ku, reflek aku menoleh. Begitu melihat siapa yang memanggil barusan membuatku langsung merasa lemes. Astaga, lolos dari mulut singa eh aku malah masuk kandang buaya.

“Loe mau kemana?” tanya kevin yang kini berada tepat di hadapanku.

“Ya pulang donk” balas ku singkat. Lagian ini bertanyaan basi banget.

“Kok nggak nungguin gue?”.

“Loe udah di sini ngapain di tungguin”.

“Ck ck ck, masa sama pacar loe ketus gitu si” Sindir Kevin sambil tersenyum mengejek, aku hanya mencibir mendengarnya.

“Jadi loe mau nganterin gue nggak nie?” tanyaku setelah beberapa saat kami terdiam.

“Seperti biasa. Hanya saja hari ini kita nggak langsung pulang. Gue pengen ngajak loe jalan dulu. Ayo” Ajak kevin sambil mendahului melangkah, tapi dengan cepat aku menahannya.

“Tunggu dulu, jalan?. Sekarang?”.

Kevin terlihat hanya mengangguk membenarkan.

“Nggak bisa, gue harus kerja”.

“Loe kerja?” tanya Kevin terlihat mengerutkan keningnya. Kali ini gantian aku yang mengangguk.

“Oh ya, kok loe nggak pernah bilang”.

“Emang siapa elo. Lagian loe kan nggak pernah nanya”.

“Ya sudah kalau gitu loe libur. Hari ini loe temenin gue ketemu seseorang”.

“Ha?. Nggak bisa senaknya gitu donk. Enak aja” Geram ku sewot. “emangnya loe bos gue apa”.

“Kalau begitu biar gue yang ngomong sama bos loe”.

“Nggak” Aku menegaskan.

“Ya sudah gue antar loe kesana. Siapa tau loe bohong Cuma untuk mencari alasan untuk menolak ajakan gue. Lagian kalau memang loe kerja, gue pengen tau loe kerja apa si sebenernya”.

Aku terdiam mendengar tawarannya. Kevin mau nganterin aku ke tempat kerja?. Nggak salah. Ntar ketahuan donk kalau aku kerja sama kakaknya.

“Nggak usah. Gue bisa sendiri” tolakku kemudian.

“Itu artinya loe bohong. Loe sebenernya nggak kerja kan. Itu Cuma akal – akalan loe buat nolak ajakan gue”.

Untuk sejenak aku menghela nafas. Menimbang – nimbang apa yang harus aku lakukan sekarang. Kalau seandainya aku bilang aku kerja terus kevin beneran niat buat nganterin aku gimana?. Tapi kalau aku bilang aku nggak kerja, terus dia maksa aku buat nemenin dia dong?. Ah ini anak beneran nyusahin.

“Jadi gimana?” tanya kevin lagi.

“Oke, kita jalan” Balas ku akhirnya.

“Ha ha ha, Jadi benerkan loe bohong soal kerja. Cek cek cek, apa loe beneran segitu takutnya jatuh cinta sama gue sampai pake bohong segala?” tanya kevin jelas terlihat meledek.

“Ya sudah lah kalau begitu. Batalin aja, mendingan juga gue tidur di rumah” ujarku sambil melangkah, bersiap untuk berlalu tapi kevin sudah terlebih dahulu menghadangnya.

“Tenyata loe bisa ngambek juga ya?” Kata kevin sambil berjalan mensejajarkan langkahnya di sampingku. Tapi kali ini aku diam saja. Sama sekali tidak berniat membalasnya. Anganku melayang memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya. diam – diam ku keluarkan hape dari dalam saku. Mengetikan beberapa kalimat kemudian meng’send’nya kepada id contak atas nama Revan. Mengabarkan bahwa hari ini aku libur.

“Memangnya kita mau kemana si?” tanya ku sambil memasukkan kembali hape kedalam saku.

“Nanti loe juga akan tau” Balas kevin sok rahasia. Membuatku mencibir sinis mendengarnya. Tanpa banyak komentar lagi aku segera melangkah masuk kedalam mobil kevin yang sudah sejak dua minggu yang lalu menjadi tumpangan gratis ku pulang – pergi ke kempus.

Begitu Kevin menghentikan mobilnya aku terdiam terpaku. Asli nggak percaya. Kenapa kevin harus membawaku kesini segala si?.

“Hei, sampai kapan loe mau bengong gitu. Ayo turun. Ada yang pengen gue kenalin sama loe”.

Ucapan kevin mengalihkan tatapanku dari gedung yang kini berada di hadapan kami. Ternyata ia sudah keluar dari dalam mobilnya. Dengan ragu aku beranjak bangun. Berjalan beriringan mengikuti Kevin masuk kedalam toko buku yang sudah hampir setahun ini menjadi tempat aku berkerja.

Sambil terus menunduk sambil sesekali membetulkan letak kacamata aku melirik kesekliling. Takut ada yang mengenaliku sebagai andre. Setelah memastikan tiada yang curiaga barulah aku bisa bernafas lega.

“Loe tunggu disini bentar”.

“Eh?”.

Tanpa kata kevin segera melangkah masuk keruangan ganti dan meninggalkan aku diantara rak – rak buku sendirian. Mau ngapain si sebenernya tu orang. Jangan bilang kalau dia kesini untuk bertemu ‘Andre’. Hampir lima menit berlalu tapi kevin masih belum menunjukan batang hidungnya. Aku memutuskan untuk berkeliling. Berjalan diantara lorong – lorong rak. Rasanya aneh juga, Aku disini tapi bukan untuk kerja.

“Riani?”.

Aku menoleh. Astaga, revan?.

“Ha ha ha”.

Aku nggak tau dimana lucunya saat tiba – tiba mendapati revan malah ngakak di hadapanku.

“Kenapa?” tanya ku heran.

“Ha ha ha, Loe libur kerja dengan alasan ada urusan penting tapi justru malah kesini dengan tampilan seperti ini” Kata Revan di sela tawanya sambil menunjuk penampilanku.

“Diem loe. Gue lagi pusing nie” Sungutku kesel.

“Oh ya, kenapa?” tanya Revan menyelidik sambil mendekatkan wajahnya kearahku.

“Bukan urusan loe” balasku santai.

“Jangan bilang loe kesini buat kencan. Ha ha ha, Gue jadi penasaran cowok seperti apa yang loe bawa karena mejadikan toko buku sebagai tempat piliahnnya. Kalau gue boleh nebak pasti tampilannya nggak jauh beda sama loe. Pake kaca mata minus, plus orangnya juga culun. Ciri khas anak kutu buku” Sambung Revan jelas – jelas meledek.

“Enak aja, siapa bilang gue kesini itu buat kencan”.

“Oh ya terus loe kesini ngapain?” tanya Revan lagi.

Aku tidak menjawab.

“Atau loe kesini dengan penampilan seperti ini karena pengen ngajak gue kencan?”.

“Ha?”. Astaga, pemikiran konyol dari mana itu.

“Yah secara gue kan keren”.

Refleks tanganku terangkat memukul kepala Revan dengan buku yang kepegang. Bukannya marah Revan malah tertawa. Membuat ku mencibir sinis. Dan belum sempat mulutku terbuka untuk protes ketika tiba – tiba terdengar suara di belakangku. Begitu ku menoleh ternyat kevin sudah ada di sana sambil menatap tajam kearahku.

“Ehem, Kalian juga saling kenal?”.

Aku terdiam. Tawa di bibir Revan juga menghilang. Namun dari matanya yang menatap kearahku cukup untuk ku menyadari kalau dia bingung. OMG, aku lupa. Aku tadi kesini kan bareng sama Kevin. Lantas kenapa aku malah dengan santai berbicara pada Revan sebagai Riani. Mampus, aku harus bagaimana?. Sebelum aku sempat menemukan jalan keluarnya mulut kevin kembali terbuka.

“Dan jangan bilang kalau loe juga kenal sama Andre?”.

“SKAK MAT, Mampus loe riani” batin ku sendiri sambil tersenyum kaku. Sekaku sikapku kali ini.

Next.... to Cerpen remaja the prince, the princess and Mis. Cinderella ~ 12

Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~