Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Cinta Tentang Rasa Part 02 {Update}

Masih belajar berfikir ala Mellisa, so Acara update mengupdate edit mengedit masih berlangsung. Yah namanya juga usaha. Bener nggak si?...
Nah cuma sebagai pengingat aja, untuk Part satu bisa langsung di baca di cerpen cinta tentang rasa part satu.
Akhir kata Happy Reading....

Credit gambar : Ana Merya

Karena terlalu terburu – buru, Juga perasaannya terasa aneh sejak ketemu cewek yang rada – rada, Tanpa sengaja Alan malah menabrak cewek yang tak lain tak bukan adalah Gresia.

“Aduh. Sory-sory-sory. Gue nggak sengaja” Alan merasa bersalah sambil membungkuk minta maaf ala jepang. Eh, tapi enggak ding, Ternyata Alan membungkuk untuk memungut buku – bukunya yang tadi sempat terlempar terjatuh. -,-

“Nggak papa kok” Balas Gresia sambil menatap Alan heran karena ia tampak sebentar – sebentar menoleh ke belakang.

“Hei, loe kenapa?”.

“Ampun deh gres. Tau nggak, Tadi itu gue ketemu cewek aneh. Hiii…” sahut Alan bergidik yang membuat Gresia menaikan sebelah alisnya.

“Cewek aneh?. Di kampus kita?” Gresia setengah tidak percaya. Dengan Cepat Alan mengangguk.

“Sumpah jadi orang kaya, Gue serius nggak pake bo’ong. Tadi itu gue ketemu cewek yang PeDe gila. Gue curiga, jangan-jangan ada pasien RSJ yang kabur lagi”.

“Ha ha ha” Tawa Gresia langsung meledak mendegarnya. Ditambah lagi Melihat tampang Alan.

“Loe ini ada-ada aja. Masa ia ada penghuni RSJ bisa nyasar ke sini. Itu si lebay banget namanya”.

“Kalau loe nggak percaya, ya udah. Terserah loe aja. Yang jelas gue nggak pernah bohong. Mending gue cabut dulu. Da” pamit alan sambil melambaikan sebelah tangan meninggalkan Gresia dengan wajah cengonya.


Cerpen Cinta tentang rasa


“Gresia, Anya, Anggun!!!. Woi, tungguin gue. Kesini dulu. Gila, diskon besar – besaran nie!” teriak Anggun kenceng sambil mengobrak-abrik tumpukan baju di hadapannya.

Gresia menghentikan langkahanya tanpa niat sedikit pun untuk berbalik. Saling melirik kearah Anya dan Nanda yang terlihat mengangguk. Kemudian tanpa kata mereka langsung kabur meninggalkan ‘Ramayana’ yang memang kebetulan sedang rame – ramenya karena ada acara program diskon besar – besaran. Meninggalkan Anggun yang masih teriak –teriak nggak jelas. Bahkan mereka sengaja berpura – pura tidak mendengar sekaligus tak mengenal. Dalam hati nyumpah – nyumpah kok bisa ya mereka punya teman yang bukan hanya norak tapi jelas malu – maluin.

Deringan ponsel yang bergetar mengusik aktivitas Anggun yang sedang asik konsentrasi mengobrak – abrik sasarannya. Dengan enggak di ambilnya benda mungil tersebut. Beberapa saat kemudian ia clingak clinguk (???) ke kanan dan kekiri dengan kening berkerut. Baru nyadar kalau ke tiga sahabatnya tadi sama sekali tidak menghampirinya. Dengan hati dongkol di tinggalkannya tumpukan baju tersebut tanpa membeli satu pun. Langsung melankah menuju kaffe depan ‘Ramayana’.

Tanpa permisi Anggun duduk di sebuah kursi setelah sebelumnya di isi oleh tiga orang cewek yang menatap miris tampang kusutnya. Dengan santai dan tanpa rasa bersalah diambilnya minuman di atas meja dan langsung di teguk habis yang membuat pemiliknya menatap sebel tapi tetap tidak berani protes.

“Apa?!” Tanya Anggun Atau mungkin lebih tepat jika di sebut bentakan.

“Nggak. Nggak ada apa – apa kok. Loe haus ya?. Abisin aja” Sahut Anya nyengir kuda. Ujung sikunya sengaja menyenggol lengan nanda yang tepat duduk di sampingnya yang malah bersikap seolah – olah nggak ada kejadian.

“Loe udah selesai belanjanya?” Tanya Gresia basa-basi yang sumpah hidup benar-benar disesalinya.

“Gara-gara kalian nggak ada satupun barang yang bisa gue beli. Udahlah gue panggil –panggil nggak ada yang balik. Eh malah tiba – tiba SMS Cuma buat…”.

Omelan Anggun terhenti dengan sepotong donat yang bersarang di mulutnya dengan paksa sehingga membuat anggun Terbatu – batuk karena tersedak. Dengan cepat Gresia meraih gelas jusnya dan menyodorkan pada anggun.

“OMZ!!. KALIAN MAU BUNUH GUE YA?!!!”.

Kali ini nanda dengan cepat Membungkam mulut Anggun dengan tangannya agar diam. Sudah kapok ia pake donat, Karena takutnya anggun beneran akan terdiam untuk selamanya.

“Astaga Anggun. Loe beneran paket lengkap yang di kirimkan tuhan buat malu – maluin kita” keluh Anya lirih saat mendapati hampir seluruh pengunjung kaffe menatap mereka karena teriakan anggun barusan.

“Argah” Anggun sedikit memberontak dan mendorong tangan nanda melepaskan bekapnnya. Namun karena terlalu bersemangat, justru tidak sengaja membuat tangan nanda menyenggol jus jeruknya, Dan yang lebih sialnya lagi cairan itu tumpah dan mendarat pada Rok yang Anggun kenakan.

Oo..

Mulut anggun Sudah terbuka siap untuk memuntahkan segala emosinya. Sementara ketiga sahabatnya juga sudah bersiap – siap menutup wajah masing – masing dengan tangannya. Yakin hal yang lebih memalukan pasti akan terjadi. Semenit terlah berlalu, tapi suasana masih adem ayem. Dengan hati – hati, Gresia mengintip dari celah jarinya. Sedikit heran sekaligus lega saat mendapati punggun Anggun yang berjalan menjauh menuju toilet.

Begitu selesai membersihkan pakaianannya, Anggun segera kembali. Dalam hati ia berjanji akan membunuh mereka semua kalau kali ini sampai berani kabur meninggalkannya.

Rasa kesel anggun semakin memuncak saat mendapati ke tiga temannya malah asik tertawa. Kali ini ia siap untuk memuntahkan semua rasa enek dalam hatinya. Sayang lagi – lagi itu semua hanya sebatas niat . Mulutnya terbuka tetap tanpa suara. Kaget?. Itu pasti!. Shock?.Terlihat jelas!. Namun keadaan itu tidak jauh berbeda jika di bandingkan sosok yang kini menatap lurus kearahnya tanpa berkedip.

“Loe kan cewek gila yang kemaren?. Kok bisa ada di sini?”.

Pertanyaan bernada heran disertai telunjuk yang mengarah lurus kewajah anggun benar – benar membuatnya merasa lebih baik di telan kedalam bumi sekarang juga. Ini terlalu amat sangat memalukan untuk di tanggungnya. Bagaimana bisa dengan tampang imut yang ia miliki tapi di teriyaki gila. Tidak hanya di hadapan para sahabatnya tapi juga di saksikan oleh seluruh pengunjung kaffe itu.

Untuk sejenak suasana hening, sepi dan…..

Dan

Bersambung….

Ha ha ha

Gimana?. Star night jahil ya?. he he he. nggak lah masih lanjut kok.


Cerpen Cinta tentang rasa


Buruan” Bisik anya sambil mendorong tubuh Nanda.

“Loe aja deh, Gue juga ngerasa serem ni” Tolak nanda gantian mendorong tubuh Anya.

Dengan kasar anggun menutup buku yang sedari di baca atau tepatnya pura – pura di baca. Ia segera beranjak Tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya Melewati Anya dan Nanda yang sedari tadi masih saling dorong untuk menghampirinya.

“Eh anggun, tunggu dulu. Loe mau kemana?” Tanya Anya cepat – cepat sebelum Anggun beneran berlalu meninggalkan kelas.

“Bukan urusan kalian” Balas Anggun dingin.

“Anggun, loe masih marah soal kejadian kemaren ya?” Tanya Anya To the point.

“Enggak”.

“Kalau enggak kenapa sekarang elo…”.

“Nggak salah maksutnya…” Potong anggun cepat sambil berlalu tanpa sempat di cegah lagi.


Cerpen cinta Tentang Rasa


Marah?. Tentu saja ia masih marah. Bagaimana tidak, saat ia di katain ‘gila’ di tempat seramai itu, Teman – temannya sama sekali tidak membantu tapi malah ikut menertawakannya. Keterlaluan.

Sekedar untuk menenangkan dirinya, Anggun sengaja memilih menyendiri di taman belakang kampus. Mangabaikan kenyataan kalau lima menit yang lalu kelasnya pasti sudah di mulai.

Semilir angin yang bertiup sepoi – sepoi tanpa terasa telah ikut mengantarnya kealam mimpi.

“Hoam….” Masih tetap memejamkan mata Anggun menggerakan tubuhnya. Sekedar untuk meluruskan kembali sendi – sendi tubuhnya yang terasa pegal karena tidur dengan posisi duduk menyandar. Ya walaupun terasa sedikit empuk.

Eh, tapi bukannya pohon jambu itu keras ya?.

Refleks Anggun membuka matanya. Kali ini melotot begitu mendapati Alan ada di sampingnya yang saat itu juga sedang menatapnya datar.

“Gimana?. Enak tidurnya?” Tanya Alan. Lebih pantes di sebut Ngeledek si sebenernya.

“Elo?. Kok loe bisa ada di sini?” Tanya Anggun masih dengan ekspresi kaget.

“Tentu saja karena gue nggak lagi ada di kelas” Balas Alan santai.

Hei, Jawaban jenis apa itu?.

“Ya maksut gue, kenapa loe bisa ada disamping gue?” Tanya anggun sekali lagi.

“Ada iler di pipi loe”.

Gubrak. Makin hancur image imut yang Anggun miliki.

Dengan sigap anggun memalingkan wajahnya sekligus mengusap pipi dengan kedua tangannya. Tanpa menoleh ia segera beranjak bangun untuk pergi tapi batal karena Alan sudah terlebih dahulu menarik tangannya sehingga ia kembali terduduk di tempat semula.

“Gue bercanda, muka loe bersih aja kok”.

Anggun mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk. Tatapan tajam ia lemparkan, tapi Alan hanya membalasnya dengan senyuman sinisnya.

“Mau apa lagi si loe?” Tanya Anggun setengah membentak ketika usahanya untuk pergi kembali gagal oleh hal yang sama.

“Gue mau minta maaf”.

“He?” Anggun merasa nggak yakin atas pendengarannya barusan. Tapi seingatnya ia nggak pernah berurusan sama THT deh.

“loe nggak salah ngomong?” sambung Anggun lagi sambil menatap Alan lurus. Yang ditatap hanya terdiam tanpa mengalihkan pandangan.

“Terus loe mau minta maaf soal apa?” Lagi – lagi anggun yang buka mulut. Dalam hati ia kesel juga dicuekin terus. Sebenernya Nie orang niat minta maaf nggak si?.

“Masalah kemaren”.

“Memangnya kemaren ada masalah apa?” Pancing Anggun.

“Oo… jadi loe udah lupa sama incident kemaren?. Syukurlah, itu artinya gue nggak perlu merasa bersalah lagi”.

Kali ini gantian Anggun yang menarik tangan Alan kembali duduk disampingnya sebelum alan sempat pergi. Kali ini dia yakin nie orang nggak niat banget minta maafnya.

“Emangnya boleh kayak gitu?”.

“Terus?. Gue kan udah minta maaf” Kata alan membela diri.

“E….” Untuk sejenak anggun terdiam. “Go jun piyo bilang ‘kalau memang maaf itu berguna, untuk apa ada hukum dan juga polisi” Sambung anggun yang membuat kening Alan sedikit berkerut mendengarnya.

“maksut loe?”.

“Gue mau maafin loe. Tapi ada saratnya”.

“Syarat?”.

Anggun membalas anggukan dengan cepat.

“Apa?”.

“e,,…. Loe….. Harus jadi pacar gue” Kata anggun walau awalnya sedikit ragu.

“Heh” Cibir Alan sini. “Lupakan” Sambungnya sambil melanjutkan niat awalnya untuk pergi.

“hei, tunggu dulu” Tahan Anggun menghadang langkahnya.

“Oke, kita temenan. Gimana?” Tawar anggun sambil mengulurkan tanggannya. Untuk sejenak alan menatapnya tapi beberapa detik kemudian ia kembali pergi tanpa menyambut uluran tanggan anggun.

“Baiklah. Gimana kalau loe traktir gue makan siang aja?” Tanya Anggun setengah berteriak tanpa ada niat sedikitpun untuk menghadangnya lagi. Tapi sayang alan tetap melangkah tanpa menoleh seolah tidak mendengar teriakan nya barusan.

“Heh. Seperti yang gue duga. Ternyata bener kalau loe nggak beneran niat buat minta maaf” Kata Anggun lirih sambil berbalik berlawanan arah.

Langkah Alan langsung terhenti. Walaupun anggun mengatakannya dengan cukup berlahan tapi masih mampu ditangakp oleh indra pendengarannya. Dengan segera ia berbalik. Sedikit tertegun saat mendapati punggung anggun yang semakin jauh meninggalkannya tanpa menoleh sedikit pun.

Cerpen cinta Tentang Rasa


Kali ini baru beneran bersambung. Ya biasalah penyakit malas ngetiknya lagi kumat. Ralat, Bukan malas si sebenernya tapi cape. Secara bukan Cuma cerpen doank yang di ketik.
Nah kalau mau baca tau cerita kelanjutannya tinggal langjut aja di Cerpen cinta tentang rasa part 3.
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~