Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cepen Cinta "You're My Girl ~ 17

Next is the last part untuk Cerpen You're My Girl. Kayaknya bakal pusing lagi nih mikirin ide cerita baru untuk di ketik. Secara sayang juga kalau blognya kagak di update. Nah, buat yang penasaran sama kelanjutan kisah Delon dan Shila, bisa simak langsung di bawah. Untuk part sebelumnya bisa di baca disini. Jangan lupa RCL ya, itung itung biar semangat nulis lagi. Happy reading....

Cerpen You're My Girl
Cerpen You're My Girl 

"Kalau sampai gue di hukum lagi, loe harus tanggung jawab ya."

Shila mencibir. "Emangnya loe hamil, sampe gue harus tanggung jawab segala."

Gantian Alfa yang melotot. Saat habis istirahat tadi ia tidak senjaga melihat Shila yang berlari meninggalkan kelasnya dengan membawa tas. Yakin terjadi sesuatu, pria tersebut sengaja mengikuti. Terlebih sebelumnya ia tau kalau Shila sedang berbicara dengan Delon.

"Lagian gue gak pernah minta loe buat bolos juga kale. Kan loe sendiri yang mau ikut," Shila menambahkan. Dengan tenang gadis itu menikmati Ice cream strobery yang ada dihadapannya. Ice cream ke lima yang ia makan hari ini.

"Ya gue kan khawatir, takutnya ntar loe loncat dari jembatan lagi."

"Pikiran gue nggak sesingkat itu ...."

"Tapi ngomong ngomong, emang tadi loe kenapa? Emp..." Alfa tampak ragu. Terlebih ketika di lihatnya Shila menghentikan aktifitas makannya. "Nggak berjalan mulus ya?"

"Loe pikir jalan tol."

"Gue serius Shila."

Shila terdiam. Perlahan di letakannya Ice Cream yang sedari tadi ia makan kembali ke meja. Matanya menatap kesekeliling. Lumayan sepi. Kafe yang mereka datangi sepertinya tidak memiliki banyak pelangan yang datang. Sedikit heran sih. Secara tempatnya adem, enak, sengaja mengambil tema alam terbuka, tapi kok jarang yang datang ya. Terlebih di cuaca panas seperti ini.

"Gue ngaku sama Delon kalau gue suka sama dia."

"Ha?"

"Gue juga bilang kalau alasan gue belajar karena dia."

"Apa?"

"Bahkan gue bilang kalau secret admirernya dia itu gue."

Kali ini Alfa tidak berkomentar. Hanya tatapannya yang menatap lurus kearah gadis yang duduk di hadapannya. Dalam hati ia maklum, pantas saja gadis itu tadi terlihat habis nangis.

"Loe nggak sekalian nembak dia buat jadi pacar?"

Komentar konyol Alfa tak urung membuat pria itu mendapatkan hadiah jitakan di kepalanya. Lagian tadi yang bilang suruh serius siapa.

"Jadi sekarang gue harus gimana? Gue malu banget. Akh, kok bisa sih tadi gue ngomong gitu?"

"Gue juga heran, kok loe tadi bisa ngomong gitu. Berarti Delon hebat donk ya, bisa bikin loe beneran jatuh hati sama dia."

"Cerita sama loe sama sekali nggak membantu," Shila menatap kesel ke arah Alfa.

"Ya abis mau gimana lagi. Di sesali juga percuma. Udah terlanjur terjadi ini. Ambil hikmahnya aja lah. Dengan begini kan sekarang Delon udah tau perasaan loe yang sebenernya," nasehat Alfa enteng.

"Loe mah, tinggal ngomong gampang. Kan yang jalanin gue?"

"Kalau ngomongnya aja udah ribet apalagi jalaninnya. Monyong!"

"Terus sekarang gue harus gimana? Akh, malu deh gue kalau ketemu sama Delon. Apa gue nyusul nyokap gue aja kali ya? Atau kalau nggak gue pindah sekolah ke tempat gue yang dulu. Nggak papa, masih ada nenek gue di sana. Gue tinggal sama mereka juga boleh."

"Loe emang cewek aneh ya," telunjuk Alfa menunding nuding tepat kearah wajah Shila. Sama seperti sebelumnya, Shila merasa ingin mengigit tangan yang satu itu. "Cewek dimana mana kalau ada di posisi loe pasti akan merasa sakit hati, bukannya malu."

"Sebenernya gue emang sakit hati sih," gumam Shila sambil merenung. "Tapi setelah gue pikir - pikir, kayaknya rasa malu gue lebih besar. Secara you know, cewek secantik gue, pinter, berbakat, masa harus ngaku suka duluan. Apa kata dunia?"

Alfa makin melongo. Nggak heran ia merasa cocok ngobrol bersama Shila. Lebih dan kurang gadis itu sikapnya mirip dengan dirinya.

"Ya udah kalau gitu gini aja. Gimana kalau loe jadian sama gue?"

Sebuah jitakan kembali mendarat di kepala Alfa begitu pria tersebut selesai melontarkan pendapatnya.

"Gue bilang gue serius Alfa..." Shila terlihat kesel.

"Gue juga nggak pernah bilang kalau gue bercanda," Alfa pasang raut serius.

Shila terdiam. Matanya mengamati sosok di hadapannya. Alfa suka sama dia? Nggak mungkin? Untuk sejenak suasana hening. Shila tidak tau harus bereaksi apa. Ketika menyadari kalau Alfa masih menatap kearahnya, akhirnya gadis itu menunduk.

"Gue..."

"Huwahahahaha," gumaman lirih Shila terputus dengan tawa Alfa yang tiba - tiba pecah. Gadis itu menoleh. Awalnya merasa heran, tapi belakangan ia kesel. Sepertinya pria itu baru saja mengerjai dirinya.

"Loe..."

"Sumpah deh Shil," kata Alfa sambil menatap kearah Shila yang masih menatapnya kesel. "Loe nggak cocok pasang raut serius gitu."

"Bercandaan loe nggak lucu," Shila lebih memilih membuang muka.

"Oke, sorry deh. Iya gue bercanda. Lagian yang bener aja lah gue suka sama loe. Emang loe baik sih, cantik juga, pinter..."

"Lucu, terus ngegemesin. Rajin menabung, dan sebagainya," Shila menambahkan. Memotong pujian Alfa yang kini terdiam sembari mencibir. Sepertinya ia menyesal melontarkan kalimat barusan.

"Termasuk juga kepedean, makannya banyak, sering sering nya lemot," gantian Shila yang di buat kesel. "Tapi serius, loe emang cocok cuma di jadikan teman. Nggak lebih."

Kali ini Shila tidak berkomentar. Apalagi Alfa jelas jelas pasang raut serius ketika sedang berbicara. "Karena itu, gue mendukung loe jadian sama Delon. Secara kayak yang loe bilang, tu orang udah kenal lama sama loe. Kalian dan sudah cukup dekat. Dan kalau boleh gue tambahin sih, tu orang juga sebenernya suka sama loe."

Kepala Shila menoleh cepat. Tak percaya dengan kemungkinan dari kemungkinan yang baru saja di dengarnya. Delon suka pada dirinya? Masa sih?

"Loe tau dari mana?"

"Ya tau lah, gue kan cowok."

Sejenak Shila tampak berpikir. Memangnya dia pernah bilang kalau Alfa itu cewek? Dan lagi apa hubungannya jenis kelamin tu orang dengan perasaan Delon?<>"Ini nih," kebiasaan Alfa kumat. Tangannya kembali menuding - nuding tepat ke wajah Shila. Membuat gadis itu berjanji, kalau sampai sekali lagi pria itu melakukan hal itu, nggak perduli di mana ia akan langsung mengigitnya. "Gue bilang juga apa, loe lemot. Keliatan dari tampang loe sekarang. Maksut gue itu, ya gue tau lah. Kan gue sama sama cowok. Gue bisa ngeliat gelagatnya dia itu ke elo gimana. Elonya aja yang dudul makanya nggak nyadar," cela Alfa lagi.

"Masa sih?" Shila masih tidak percaya. Tak urung ia merasa senang. Secara cewek mana sih yang nggak akan seneng kalau tau orang yang di suka ternyata juga menyukainya.

"Loe mau bukti?"

Kepala Shila mengangguk cepat.

"Ya tanya aja langsung sama Delon."

Pletak, sebuah jitakan mendarat di kepalanya. Peduli amat dengan kesopanan, Shila sudah merasa gondok sedari tadi. Ngaku suka aja malunya udah nggak ketulungan apalagi di suruh nanyain Delon suka atau nggak sama dia. Ya lebih baik loncat dari jembatan barelang kalau gitu. Namun bukannya marah, Alfa justru malah tertawa.

"Atau kalau nggak gini aja," Alfa pasang raut serius. "Loe deketin aja gue, kalau Delon marah itu tandanya dia cemburu alias dia suka sama loe."

Shila mencibir. Saran macam apa itu.

"Loe nggak setuju?" tanya Alfa melihat gelagat Shila. "Ya udah, kalau gitu loe maunya gimana?"

Tangan Shila gatel untuk kembali menjitak. "Loe bilang gue lemot, loe lebih lemot lagi. Kalau gue tau gue harus gimana, gue nggak akan kabur and berakhir jadi kayak orang bodoh karena harus duduk bareng loe disini tau nggak?"

Celaan Shila tak urung membuat Alfa terdiam. Tapi itu bukan karena ia setuju kalau duduk dengannya membuat gadis itu terlihat bodoh walau ia akui Shila hari ini memang tampak seperti itu. Alfa terdiam karena ia sedang berpikir. "Kalau loe berlagak masa bodoh aja gimana?"

"Makust loe?" sebelah alis Shila terangkat.

"Iya, loe masa bodoh aja. Yang penting loe udah ngaku suka sama Delon, tinggal terserah Delon nya aja gimana. Kalau loe emang lagi mujur, bisa jadi tebakan gue tadi bener. Tu cowok beneran suka sama loe walau pun gue emang udah yakin 99% dengan kenyataan itu. Tapi, kalau emang loe nggak lagi mujur ya mau gimana lagi. Loe siap siapa aja harus move on."

Shila mentap tajam kearah Alfa. Ni orang kalau ngomong gampang banget, padahal kan dia yang jalanin. Bikin ia merasa kesel saja. Yang lebih kesel lagi ketika Shila sadar memang itu satu satunya yang bisa ia lakukan saat ini. Habis mau gimana lagi? Sudah terlanjur...

"Ya sudah deh, kalau gitu gue pulang aja. Deket deket sama loe nggak ngebantu juga," Shila bangkit berdiri, berjalan kearah kasir. Namun belum sempat ia membayar, Alfa sudah terlebih dahulu menyodorkan uangnya. Membayar pesanan mereka.

"Gue baru gajian, jadi nggak papa kalau sekali kali gue yang traktir," kata Alfa sebelum Shila protes. "Lagian biar kesannya gue bisa ngebantu dikit, minimal bantu bayarin," sambung pria itu sambil tersenyum.

Melihat senyum itu tak urung Shila ikut tersenyum. Ia tadi hanya bercanda tentang kalimatnya. Sejujurnya ia merasa sangat bersukur Alfa mengikutinya. Dengan begitu ia tidak perlu terjebak dengan pemikiran hatinya yang jelas sedang kacau saat ini. Namun begitu mulutnya bergumam "Tau di bayarin gini, tadi gue pesen aja 10 mangkuk."

"Itu namanya ngerampok," kesel Alfa yang samar mendengar gumaman Shila barusan. Membuat tawa gadis itu pecah seketika. Beriringan berjalan kearah halte bus, baru kemudian berpisah karena tujuan yang berlawanan.

Next Cepen Cinta "You're My Girl End

Detail Cerbung
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

Post a Comment for "Cepen Cinta "You're My Girl ~ 17"