Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Novel Online "Kazua Mencari Cinta" Ending

Akhirnya , Kazua mencari cinta ending juga. Ha ha ha, 2.833 kata. Wow, kayaknya ini part paling pangjang deh. Nggak papalah. Angap aja bonus. Berharap sih pada suka sama endingnya. Kalau emang nggak suka, pura pura suka aja ya #MaksaModeOn.

So, buat yang ude penasaran, bisa langsung simak kebawah. Biar nyambung sama jalan ceritanya mendingan baca dulu bagian sebelumnya disini. Happy reading ya guys….

Cerpen Kazua Mencari Cinta

"Nah, ini buat loe dan ini buat gue."

Kazua masih terdiam. Matanya yang sipit semakin menyipit ketika melihat Zafran yang kini menyodorkan sebuah pancing kearahnya. Tangannya masih kaku tampa menyambut uluran tangan itu.

"Lah, dia bengong. Buruan," kata Zafran. Kali ini tangannya terulur meraih tangan Kazua baru kemudian membantu gadis itu mengengam apa yang ia berikan. Setelah itu dengan santai ia melangkah ke pingiran kolam, memastikan tempat yang PW untuk memulai aktifitasnya.

"Maksut loe kencan kita selanjutnya di kolam pancing?" tanya Kazua heran. Zafran hanya menoleh sekilas sambil tersenyum.

"Tapi gue itu nggak suka mancing," jelas Kazua dengan nada memprotes.

Zafran angkat bahu. "Gue juga."

Kali ini Kazua mengernyit, jawaban macam apa itu? Kalau nggak suka terus kenapa ngajak?

"Gue ngajak loe kesini bukan buat nangkep ikannya, tapi buat nyari tempat yang nyaman untuk mengobrol."

Kerutan di kening Kazua bertambah. Matanya mengamati sekeliling. Oke baiklah, duduk di pingiran dengan tempat yang memang sudah di sediakan sama pemilik kolam pancing memang terlihat nyaman. Paling tidak tempatnya adem karena berada di bawah pohon yang tubuh terawat. Tapi jika di perhatikan ke sekeliling lagi, sepertinya itu tetap bukan tempat yang nyaman untuk pacaran. Terlebih kebanyakan yang mancing adalah bapak bapak. Namun begitu tak urung Kazua duduk juga disamping Zafran.

"Disini tenangkan? Karena kalau berisik mungkin ikannya pada takut."

Kazua mengangguk walau ia tidak yakin teori ikan bisa merasa takut itu benar. "Terus memangnya kita mau ngobrol apa?"

Zafran menoleh, matanya menatap Kazua sejenak baru kemudian kembali menatap kearah kolam. Menunggu ada ikan yang akan memakan umpan di ujung kailnya. "Apa aja. Misalnya, loe nggak pengen tau tentang gue?"

Kazua masih terdiam sembari berpikir. Berberapa saat kemudian mulutnya berujar "Kalau gue nanya nanya soal loe, emang loe mau cerita?"

Zafran tersenyum sambil angkat bahu. "Tergantung pertanyaannya. Emangnya loe mau nanya apa?"

"Kenapa loe bisa putus sama pacar loe yang dulu?"

Dengan cepat Zafran menoleh. Senyum di wajahnya lenyap. Ia tidak menduga kalau Kazua akan langsung menanyakan kalimat itu sebagai pembukanya. "Kenapa loe ingin tau?"

"Emangnya gue nggak boleh tau?" Kazua balik bertanya.

Zafran tidak lantas menjawab. Pria itu tampak menghela nafas. Baru kemudian mulutnya berujar tampa menoleh kearah Kazua. "Karena waktu itu ada cewek lain yang suka sama gue."

Walau masih tidak mengerti, Kazua tetap bungkam. Ia masih memberi kesempatan kepada Zafran untuk melanjutkan ceritanya. "Gue udah melakukan banyak hal supaya dia percaya kalau gue cuma suka sama dia. Gue selalu meyakinkan dia kalau nggak perduli banyak cewek yang suka sama gue, karena yang penting buat gue itu cuma dia," sambung Zafran setengah bergumam. Kazua masih tidak berkomentar.

"Dan waktu itu gue inget banget. Sekolah akan mengadakan turnamen basket untuk tanding sama sekolah lain. Karena itu gue sering menghabiskan waktu untuk latihan. Dan gue jadi nggak punya banyak waktu untuk dia."

"Cuma karena loe sering latihan dia marah? Egois banget," kali ini Kazua tidak menahan diri untuk berkomentar. Membuat Zafran menoleh sambil tersenyum. Kebiasaan Kazua memang ceplas ceplos.

"Bukan cuma itu," Zafran mengeleng. "Selain angota tim, kami juga latihan bareng anak anak cheerleaders di sekolah."

Kazua tampak mengangguk - angguk. "Dan diantara angota sheerleaders itu ada yang suka sama loe?" tebak Kazua yang langsung di balas angukan oleh Zafran.

"Tapi kedekatan kami itu murni cuma sebatas kegiatan untuk acara tunament nanti. Gue beneran nggak punya rasa sama sekali sama tu cewek."

"Dan cewek loe nggak percaya, karena itu kalian putus?"

Zafran menoleh kearah Kazua, baru menyadari kalau gadis itu sedari tadi hanya menatap dirinya. "Bukan cuma itu."

Kazua tampak mengernyit. Kalau bukan itu terus kenapa? Seolah bisa membaca pikirannya Zafran menambahkan tampa di minta. "Tepat sebelum turnament di mulai dia minta putus. Dan gue baru tau alasannya itu bukan karena gue deket sama angota cheerleaders tapi karena ternyata dia udah pacaran sama Reno, lawan tanding gue."

"What?"

"Pertengkaran kami selama ini cuma akal akalan, sekedar alasan supaya dia punya alasan buat mutusin gue. Tapi karena selama ini gue selalu nunjukin kalau gue beneran sayang sama dia, makanya hubungan kami tetep bertahan. Cuma karena udah gitu, gue bisa apa lagi. Dan akhirnya kita putus."

Kazua terdiam. Tidak tau harus berkomentar apa. Di khianati sama orang yang kita sayang pasti menyakitkan.

"Dan bagian paling parahnya loe tau?" pertanyaan Zafran membuat Kazua mengernyit, jadi ceritanya belum selesai. Perlahan gadis itu mengeleng.

"Reno sengaja deketin cewek gue dan minta putusin tepat sebelum tanding agar konsentrasi gue buyar dan dia bisa ngalahin tim sekolah gue yang selama ini memang selalu berhasil jadi juaranya. Yang waktu itu memang berhasil. Tim mereka menang," terang Zafran dengan tatapan menerawang.

"Dasar licik," kometar Kazua kesel.

"Loe bener," Zafran mengangguk. "Dia emang licik. Karena setelah mereka menang, dia mutusin cewek gue tepat di depan gue. Dia terus terang bilang kalau dia cuma mau ngalahin gue mengunakan cewek gue, bukan karena beneran suka."

Apa - apaan itu.

"Sekarang loe tau kan? Kenapa gue nggak bisa percaya lagi sama cewek?" kali ini Zafran melemparkan pertanyaan kearah Kazua yang masih tekejut mendengarnya.

"Asal loe tau, loe satu satunya orang yang tau cerita ini selain Reno dan mantan cewek gue. Karena selama ini gue nggak pernah cerita sama orang lain," senyum Zafran tak urung membuat Kazua mengernyit heran. "Dan gue merasa lega bisa cerita sama loe," sambung pria itu lagi.

Kazua masih terdiam. Tidak mengerti maksut pria itu mengatakannya. Namun begitu ada yang harus ia katakan. Sejenak ia ragu, setelah meyakinkan diri akhirnya mulutnya berkomentar "Tapi Zaf, nggak semua cewek kayak mantan loe. Di luar sana masih banyak cewek yang beneran baik dan tulus. Loe nggak bisa ngejudge semua orang hanya karena loe terlanjur mendapatkan sample orang yang salah."

Kali ini Zafran tersenyum. "Gue tau. Buktinya ada loe?"

Kerutan di kening Kazua bertambah. Dia? Jangan bilang kalau Zafran....

"Cewek yang lebih memilih ngelilingi lapangan buat nyiksa diri sendiri karena patah hati dari pada membalas atau merasa kapok. Serius, gue awalnya nggak pernah nyangka lho, kalau di dunia ini tuh ada cewek bodoh kayak loe."

Komentar Zafran tak urung membuat Kazua cemberut. Ini kenapa pembicaraan mereka bisa berbelok drastis gitu? Kok jadi dia yang kena? Kan tadi lagi ngobrolin masa lalu Zafran yang suram.

"Dan gue lebih bodoh lagi karena bisa jatuh cinta sama cewek bodoh itu," gumam Zafran lirih.

"Apa?" Kazua refleks menoleh kearah Zafran. Iya yakin ia barusan mendengar Zafran bicara. Tapi ia tidak yakin dengan apa yang baru saja di dengarnya.

"Pancing loe bergerak gerak itu. Gue yakin dapat ikannya, buruan tarik," tujuk Zafran kearah pancing di tangan Kazua. Mau tak mau Kazua ikut mengalihkan tatapannya kearah pancingnya. Dan Zafran benar, pancingnya terasa berat. Dengan cepat ia mulai mengulung senarnya. Tanpa di minta, Zafran ikut membantu.

"Yee... Gue dapat i...." Kazua bersorak kegirangan ketika melihat ada yang mengantung di ujung mata kailnya. Tapi sedetik kemudian "Sendal jepit?" gumamnya heran.

"Huwahahaha," tawa Zafran langsung pecah ketika melihat raut kebingungan di wajah Kazua yang kini sedang memperhatikan hasil pancingannya dengan seksama. Biar di perhatian berulang kali juga hasilnya tetap sama. Itu bukan ikan.

"Udah, itu tandanya loe kurang beruntung. Ayo kita mancing lagi," hibur Zafran sambil berusaha untuk menahan tawa. Terlebih ketika mendengar mulut mungil Kazua yang masih mengerutu tak jelas.
Selesai dari kolam pancing, Zafran masih mengajak Kazua untuk jalan jalan. Mereka sempat mampir ke telaga bening hanya untuk menikmati es campur Pak Ndut yang memang sudah terkenal enaknya. Menikmatin ice cream dari pedangan yang lewat. Baru kemudian di lanjutkan ke Okarina untuk bersepeda santai. Kebetulan memang sudah sore. Taman rekreasi yang satu itu memang menyewakan speda untuk yang ingin berkeliling santai sambil ngegoes.

"Akh cape," kata Kazua sambil duduk di bangku taman yang menghadap tepat kelaut, Zafran duduk disampingnya.

"Habis ini mau kemana?" tanya Zafran.

Kazua terdiam, matanya masih menatap lurus kedepan. Hari berlalu begitu cepat. Tau tau sudah sore, matahari sudah mulai condong kearah barat dan memberikan sinar keemasan. Saat menyenangkan selalu membuat waktu bergerak lebih cepat bukan?

"Hei," Zafran menjentikan jari nya tepat di depan wajah Kazua membuat gadis itu mengedipkan mata cepat dan menoleh. "Dia malah melamun, loe mau kemana lagi?"

"Bukannya aturan kencannya gue dilarang bertanya dan..."

"Gue nggak nyuruh loe bertanya. Gue bilang loe mau kemana?" potong Zafran sebelum Kazua menyelesaikan ucpannya.

Kali ini Kazua terdiam. Matanya menoleh kesekeliling. Taman rekreasi Okarina yang berada di pingiran laut memang selalu ramai jika pas sore hari. Terlebih di hari libur. Banyak orang orang yang sengaja menghabiskan waktu di sana untuk bersantai.

"Gimana kalau kita naik itu," tunjuk Kazua kearah bianglala besar yang berada tepat di pingir laut. Menghadap lurus kearah matahari terbenam.

"Ayo," bahkan Zafran tidak di beri kesempatan untuk membantah karena ia sudah berdiri dan langsung menyeretnya.

"Akh, gue paling suka naik bianglala," senyum Kazua ketika mengatakan pendapatnya begitu bianglala mulai bergerak naik. Sementara Zafran yang duduk tepat di hadapannya hanya tersenyum.

"Kemaren pas kencan bareng Rudi gue juga naik ginian."

Kazua sama sekali tidak menyadari kalau kalimatnya barusan membuat senyum di wajah Zafran memudar baru kemudian hilang tak berbekas. Gadis itu masih terpesona dengan pemandangan yang tertera. Laut di kejauhan dan bianglalanya mulai bergerak naik secara perlahan. Apalagi semakin keatas ia jadi bisa melihat matahari yang mulai terbenam.

"Zaf, pinjem kamera loe donk. Hanphond gue lowbat. Secara pemandanganya beneran bagus dan ki..." ucapan Kazua terhenti ketika melihat tatapan Zafran yang terasa aneh menurutnya.

"Loe kenapa?" dari pada melanjutkan ucapannya, Kazua lebih memilih untuk bertanya.

"Jadi loe pernah naik bianglala bareng Rudi?" dari pada menjawab, Zafran juga sepertinya lebih memilih untuk melemparkan pertanyaan. Dan karena Kazua tidak ingin mereka hanya saling melemparkan tanya makanya gadis itu mengangguk. Melihat dari raut Zafran tak urung membuatnya bertanya apa mungkin ia melakukan kesalahan. Untuk sejenak suasana menjadi hening.

"Loe..." keraguan di wajah Zafran membuat kening Kazua berkerut heran. "Loe suka sama Rudi ya?"

Kerutan di kening Kazua menghilang di gantikan senyum yang menghiasi wajah sambil kepalanya mengangguk mantap. "Tentu saja," jawabnya cepat.

Jawaban yang di sesalinya sedetik kemudian, apalagi ketika melihat Zafran yang jelas jelas kecewa karenanya. Membuatnya sejenak merasa bimbang. Karena itu dengan cepat ia segera menambahkan. "Tapi bukan suka yang itu. Anu, maksud gue. Rudi itu kan baik, anaknya nyenengin, ngobrol sama dia nyambung. Emang sih kadang suka jahil. Tapi ya, bisa di maklumin karena ternyata karakternya emang gitu. Jadi intinya nggak ada alasan kenapa gue harus nggak suka sama dia. Pokoknya dia itu temen yang asik. Dan... ya... begitulah."

"Temen?" ulang Zafran.

Kazua mengangguk.

"Kalau sebagai pacar?"

Kazua tidak menjawab. Zafran sendiri terlihat sedang menanti jawabnya. "Kalau yang itu beda. Lagian kan loe tau sendiri kalau tu anak nggak suka sama gue."

"Seandainya dia juga suka sama loe, loe mau jadi pacarnya dia?" tanya Zafran lagi.

Kazua terdiam. Seandainya? Seandainya Rudi benar benar menyukainya? Apa mungkin ia bisa menerima pria itu menjadi kekasihnya? Seperti yang ia katakan tadi, Rudi anaknya nyenengin. Asik, keren juga. Dia juga baik. Namun begitu, untuk menjalin kasih sepertinya.... Perlahan, kepala Kazua mengeleng.

"Kenapa?"

Pertanyaan itu membuat Kazua mengangkat wajah. Membalas tatapan lurus Zafran padanya. Kenapa? Nah, itu dia yang dia herankan. Ia juga nggak tau kenapa. Karena itu dia hanya angkat bahu.

"Bukannya loe bilang loe mau nyari pacar?" tanya Zafran lagi.

"Iya sih," angguk Kazua membenarkan. "Tapi gue masih nggak yakin kalau Rudi adalah orang yang tepat."

"Terus?" Zafran kembali mengunakan kata yang sama untuk bertanya. "Bukannya dia punya semua kriteria yang loe mau sebagai pacar idaman?"

Sebelah alis Kazua terangkat. Pacar idaman? Akh, ia ingat kalau ia pernah memberi tahu Zafran tentang ciri ciri pria yang ia suka. Dan lagi... Eh tunggu dulu. "Jadi maksud loe? Kalau seandainya Rudi juga suka sama gue, gue harus nerima dia?"

"Nggak!" balas Zafran cepat. Terlalu cepat malah, sampai Kazua saja di buat kaget karenanya. "Ehem, jadi maksud gue. Kalau seandainya Rudi loe tolak, loe masih pengen nyari cowok yang lain?"

Pertanyaan itu tak urung membuat Kazua mengangguk. Tujuan sejak awal adalah untuk menemukan cintanya, karena sampai sekarang ia belum bertemu tentu saja ia akan terus mencari. Dan ngomong – ngomong, karena itu kan ia jadi bisa dekat dengan Zafran? Karena pria itu adalah pelatihnya.

"Gimana kalau mulai sekarang loe berhenti mencari?"

Saran Zafran membuat mata Kazua yang sipit semakin menyipit. "Maksut loe gue harus nyerah?"

Zafran angkat bahu. "Toh loe udah nyari tetep belum ketemu kan?"
Kazua jelas tidak setuju. Setelah semua usaha yang ia lakukan selama ini masa ia nyerah gitu aja. Namun belum sempat mulutnya berujar, sambungan kalimat Zafran sudah terlebih dahulu membuatnya bungkam. Bahkan matanya sendiri juga tidak bisa ia ahlikan dari tatapan pria itu.

"Karena pada kenyataannya, cinta itu bukan di cari. Tapi di sadari. Sama seperti gue yang baru sadar kalau ternyata gue suka sama loe, gue mau loe menyadari kalau sebenernya yang loe suka itu gue."

Lagi - lagi kalimat Zafran membuat Kazua ingin protes. Kesannya kalimat itu tidak terbantah. Namun sayangnya mulutnya sedang tidak singkron dengan otak, sehingga yang ia lakukan hanyalah tetap diam.

"Jadi.." Zafran berdiri dari tempat duduknya, meraih tangan Kazua baru kemudian berlutut tepat di hadapannya. "Kazu, gue suka sama loe."

Blank, otak Kazua menolak untuk berpikir. Kenyataan kalau Zafran kini sedang berlutut di hadapannya sembari mengungkapkan perasaannya sama sekali tidak pernah Kazua pikirkan. Apalagi kini mereka berada tepat di puncak bianglala yang sedari tadi terus bergerak.

"Loe bilang gue nggak boleh suka sama loe?" gumam Kazua setelah berhasil mendapatkan suaranya kembali.

Zafran angkat bahu sambil tersenyum. "Kecuali kalau loe berhasil bikin gue yang jatuh cinta."

"Jadi loe jatuh cinta sama gue?"

Kazua segera menyesali pertanyaanya barusan. Bahkan di telinganya sendiri pertanyaan itu terdengar bodoh. Sudah jelas Zafran tadi bilang kalau ia suka padanya kenapa ia masih bertanya. Habis mau gimana lagi , ia masih tidak percaya kalau Zafran menyukainya.

"Loe mau gue ngulang tu kalimat berapa kali?" tanya Zafran dengan raut cemberut, Kazua sendiri hanya nyengir.

"Oke baiklah, gue akan ulang sekali lagi. Inget, cuma sekali," peringatan Zafran sambil mengela nafas. Disaat yang sama Kazua juga melakukan hal yang sama. Astaga, jantungnya.... Debarannya benar - benar terasa tidak normal.

"Kazu, gue suka sama loe," Zafran mengeleng sambil berpikir. "Ralat, Kazua gue jatuh cinta sama loe."

Untuk sejenak Kazua yakin. Sangat yakin malah kalau jantungnya berhenti berdetak, baru kemudian berdebar dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan anehnya ia merasa seperti lupa caranya bernapas dengan benar. Terbukti dengan rasa sesak yang kini memenuhi ronga dadanya. Membuat mulutnya juga sulit untuk bersuara.

"Jadi jawaban loe?" tanya Zafran lagi. Secara Kazua sedari tadi hanya bungkam sembari menatapnya. Membiarkan dirinya berharap harap cemas.

"Mana pertanyaannya?"

Untuk kedua kalinya, Kazua menyesali pertanyaan bodoh yang ia lemparkan dalam waktu berdekatan. Oke baiklah. Sepertinya ia harus mengakui kalau selama ini ia memang bodoh. Toh Zafran juga sudah tidak terhitung berapa kali ngatain dia begitu. Jadi dia nggak salah. Jika di ingat lagi, Zafran kan memang tidak sedang bertanya.

Zafran memutar mata lengkap dengan raut frustasinya. Antara kesel, gemes juga harap - harap cemas. Sedikit tidak habis pikir bagaimana ia bisa jatuh cinta pada gadis seperti itu.

"Maksud gue, setelah gue bilang suka sama loe. Perasaan loe sendiri gimana? Loe juga suka sama gue kan?"

Suka sama Zafran? Kazua sudah lupa, berapa kali kalimat itu terlontar untuknya. Selama ini ia selalu menjawab tidak, membantah dan menganggap itu mustahil tanpa ragu. Namun kini, ketika yang menanyakan kepadanya adalah Zafran sendiri, kenapa ia merasa sulit untuk menjawabnya.

"Buruan, kita udah mau turun nih. Kalau sampai kita turun dan elo belum jawab, gue anggap loe nggak suka sama gue. Dan gue akan menarik kembali ucapan gue tadi. Jadi kita...."

"Oke, gue juga suka sama loe," teriak Kazua refleks memotong kalimat apapun yang akan terlontar dari mulut Zafran. Gadis itu menunduk, tidak berani menatap kearah wajah Zafran yang masih menatapnya. Wajahnya sendiri terasa panas, padahal matahari sudah hampir tengelam.

"Harusnya loe jawab dari tadi. Cape tau gue berlutut gitu, kaki gue jadi kram, kesemutan," gerutan dari mulut Zafran membuat Kazua menoleh.

"Mana ada orang yang habis nyatain cinta ngeluhnya gitu," protes Kazua.

"Ada," balas Zafran cepat. "Gue!" sambung pria itu lagi.

Kazua ingin membalas, namun urung. Tatapannya terlanjur terkunci pada tatapan teduh Zafran. Ia baru menyadari kalau tangan pria itu masih mengengam kedua tangannya. Lagi, ia merasa pipinya panas dan jantungnya juga berdebar tak beraturan. Namun begitu, ia masih tidak bisa mengalihkan tatapannya. Sudah ia katakan bukan, tatapannya terkunci pada wajah Zafran.

"Dan mulai detik ini, status gue udah bukan lagi pelatih. Tetapi kekasih, setuju?" tak ingin melakukan kesalahan yang sama, Zafran segaja mengunakan kalimat tanya di penghujung kata.

Tidak ada sedikit pun keraguan di wajah Kazua saat perlahan kepala gadis itu mengangguk sambil tersenyum. Untuk pertama kalinya, Kazua memberanikan diri. Balas mengengam tangan yang kini mengengamnya. Membuat Zafran sejenak menoleh kearah tangan mereka yang bertaut baru kemudian menatap kearah Kazua. Senyum gadis itu membuatnya ikut melakukan hal yang sama. Dan kini, dadanya benar benar terasa lega.

Sisa waktu diatas bianglala di biarkan berlalu begitu saja. Dengan tangan yang tetap terpaut erat mereka menikmati keheningan itu. Hening yang menenangkan sembari sesekali saling melirik dalam senyuman.

Tak hanya Zafran, Kazua juga merasa lega sekaligus bahagia. Karena apa yang di katakan oleh Zafran adalah benar. Cinta bukan untuk dicari, tapi di sadari. Sama seperti ia yang kini menyadari cintanya.

Sekali lagi, Zafran benar. Sudah saatnya ia untuk menghentikan pencariannya. Karena kini, Kazua telah menemukan cintanya....

Ending....

Detail Cerpen
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

3 comments for "Novel Online "Kazua Mencari Cinta" Ending"

  1. kerenn..., yang lain dilanjutin juga dong mbak

    ReplyDelete
  2. Akhrnya..hehe..tp endingnya bgs kok.

    ReplyDelete
  3. #yuliana anggriani & Nuryani Sondy.
    Iya, akhirnya ending juga.
    Kalau soal yang lain, ntar dulu ya. Istirahat dulu bentar. #Ekh

    ReplyDelete

Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...