Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika cinta harus memilih ~ 11 | Cerpen Cinta

Setelah lama gak update akhirnya admin bisa muncul ke permukaan lagi. Hufh, dunia nyata kadang emang terlalu. And buat yang udah baca diary online admin, pasti tau donk alasannya kenapa?. Argh, stress.

Okelah, dari pada kebanyakan bacod yang nggak penting, mending kita langsung lanjut ke Ketika cinta harus memilih ~ 11 nya aja ya. Untuk yang belum baca part sebelumnya silahkan klik disini.


Ketika cinta harus memilih

Bukannya langsung pulang. Cinta justru malah meminta sang sopir untuk mengantar nya ketaman kota. Sepertinya ia butuh suasana tenang untuk memberinya waktu berpikir sejenak. Dan ia yakin ia tidak akan memilikinya seandainya ia langsung pulang kerumah.
Sambil duduk diam diatas kursi taman sendirian pandangan cinta terarah lurus kedepan. Kosong. Ia juga bingung dengan apa yang ia rasakan sekaligus apa yang harus ia lakukan. Ingatannya melayang entah kemana.

Entah sudah berapa lama cinta terdiam di sana. Yang ia tau ia masih belum menemukan jawaban tentang apa yang harus ia lakukan.

“Cinta?. Ini beneran elo kan?. Syukurlah akhirnya gue nemuin loe juga."

Cinta yang sedari tadi menunduk segera mendongakan wajahnya. Merasa tak percaya pada penglihatannya saat mendapati Rangga yang berdiri tapat di depannya dengan pandangan khawatir sekaligus lega.

“Leo kemana aja. Gue khawatir banget. Gue udah cari loe sampe kemana – mana. Bahkan gue sampe datang kerumah temen loe. Tapi loe nya nggak ada. Loe baik – baik aja kan?”

Pertanyaan yang kembali berhasil ditangap telinganya menyadarkan cinta kalau ia tidak sedang bermimpi. Saat ini Rangga memang sedang berdiri dihadapannya.

“Rangga, kenapa loe ada disini?” tanya cinta setelah berhasil mendapatkan pita suaranya kembali.

“Kenapa gue ada disini?. Harus nya gue yang nanya. Loe tau nggak si, gue udah nyari loe kemana – mana. Gue beneran khawatir sama loe. Tapi loe malah...... hufh...” Rangga tidak melanjutkan ucapannya saat menatap wajah pucat cinta yang juga sedang menatapnya.

“Oke gue antar loe pulang loe sekarang” ajak Rangga akhirnya sambil meraih tangan cinta.

“Nggak usah” Balas Cinta sambil menepis tangan Rangga.

“Apa? Cinta loe liat donk keadaan loe sekarang. Wajah loe pucat gitu. Mending sekarang loe pulang” Bujuk Rangga melembut.

“Gue memang mau pulang kok” sahut cinta sambil bangkit berdiri. “Tapi nggak sama loe. Gue bisa pulang sendiri” sambung cinta menambahkan. Tanpa kata ia segera melangkah melewati Rangga yang menatapnya bingung.

“Cintam tunggu dulu” tahan Rangga sambil kembali meraih tangan cinta.

Cinta berusaha untuk melepaskannya tapi gagal. Selain karena kondisinya yang lemah juga tenaga Rangga terlalu kuat. Akhirnya ia menyerah. Berbalik menatap kearah Rangga.

“Cinta, loe kenapa?” Tanya Rangga lembut. “kalau loe emang ada masalah loe kan bisa cerita sama gue."

“Memangnya siapa elo?” balas cinta sinis.

“Leo nggak lupa kan kalau gue ini pacar loe?” balas Rangga setengah bercanda.

Cinta menoleh. Menatap lurus kearah Rangga yang kini tersenyum manis padanya.

“Pacar Gadungan” tambah cinta sambil menunduk. Menghindari tatapan Rangga.

“Cinta....”

Rangga tidak jadi melanjutkan ucapannya saat mendapati kebisuan cinta saat ini. Mendadak bingung dengan apa yang harus di lakukannya.

“Gue akan pulang. Tapi gue pulang sendiri” Cinta buka mulut sebelum kemudian berniat berbalik pergi. Tapi Rangga sama sekali tidak melepaskan gengamannya.

“Gue bilang gue yang nganterin loe!” kata Rangga lirih namun tegas.

“Cukup Rangga. Please, berhentilah berpura – pura seolah-olah loe peduli sama gue” pinta Cinta lirih.

“Apa?! Pura – pura?” ulang Rangga yang merasa tidak yakin dengan apa yang di dengarnya barusan.

“Iya. Berhentilah bersikap seperti mereka. Seolah – olah perduli tapi pada kenyataanya tetap meninggalkan gue sendiri. Berhentilah bersikap seperti mama yang bilang akan terus bertahan tapi tetap membiarkan gue berjuang sendirian. Berhentilah bersikap seperti kak rio kalau pada akhirnya juga tidak mampu bertahan dan meninggalkan gue lagi lagi harus menghadapi ini semua sendirian. Dan berhentilah menjadi pacar gue kalau memang tiada cinta diantara kita."

“Maksut loe?”

“Gue mau kita putus...” kata Cinta lirih.

“Apa?”

“Nggak. Kata putus tidak pas. Maksut gue perjanjian. Gue mau detik ini juga perjanjian kita berakhir. Gue nggak mau lagi jadi pacar loe."

“Kenapa?”

“Tidak semua hal harus terjadi dengan alasan bukan?”

“Tapi gue butuh alasan” potong Rangga Tegas.

Sungguh, ia sangat ingin tau alasan cinta memutuskannya.

Cinta terdiam . Bingung apa yang harus di katakannya. Setelah menarik nafas untuk sejenak ia kembali mengangkat wajahnya. Menatap lurus kearah Rangga.

“Rangga, apa loe suka sama gue?” tanya Cinta membuat kening Rangga semakin berkerut bingung. Sebenarnya ada apa dengan gadis ini. Kenapa mengatakan hal yang aneh – aneh.

“Cinta, loe kenapa? Kenapa loe jadi aneh gini si?”.

“Leo Cuma tinggal jawab. Suka atau enggak."

“Cinta.....” panggil Rangga.

“Iya atau enggak” potong Cinta lagi.

“Loe udah tau jawabannya. Dari awal hubungan kita juga bukan karena rasa suka kan?”

“Itu artinya enggak?” tanya cinta menegaskan.

“Leo mau putus karena gue nggak suka sama loe? Heh, kenapa nggak dari dulu aja. Toh dari awal hubungan kita juga bukan karena cinta kan?. Lantas Kenapa baru sekarang?” geram Rangga mulai terpancing emosi.

Kali ini cinta hanya tersenyum sinis. Entahlah. Entah merasa sinis pada Rangga atau justru pada dirinya sendiri.

“Bukan. Dari awal gue tau loe nggak cinta sama gue. Gue juga masih ingat kata – kata loe kalau loe pernah ngingetin gue bahwa loe nggak akan mungkin jatuh cinta sama gue."

Rangga terdiam. Menantikan kelanjutan kata – kata cinta yang terhenti untuk sejenak. Tapi karena cinta masih tediam akhirnya ia kembali buka mulut.

“Lantas kenapa sekarang loe tiba – tiba minta putus?”

“Karena sepertinya gue nggak bisa ngebenci elo lagi."

“Maksut loe?"

Cinta segera mengalikan tatapannya. Menghindari tatapan bingung di wajah Rangga.

“Dulu loe minta gue jadi pacar loe karena gue benci sama loe kan?” Cinta mengingatkan.

Rangga kembali terdiam tidak membantah namun juga tidak mengangguk membenarkan walaupun itu semua memang benar adanya.

“Loe tau, seiring berjalannya waktu sepertinya rasa benci itu telah menghilang” kata cinta dengan tatapan menerawang jauh. Jujur saja, dadanya terasa sesak.

“Kerena itu, sekarang gue sudah nggak punya alasan lagi buat jadi pacar loe. Dan kali ini biarin gue yang mengambil keputusan seperti dulu gue juga nggak ngehalangi elo menentukan jadian kita."

Gengaman Rangga sontak terlepas. Tanpa banyak kata cinta segera berlalu.

“Cinta.”

Panggilan Rangga menghentikan langkahnya walau ia sama sekali tidak berniat untuk berbalik.

“Apa artinya sekarang loe cinta sama gue?” Tanya Rangga lagi.

Cinta terdiam. Mencerna apa yang Rangga katakan barusan. Dia memang sudah tidak membenci Rangga seperti dulu lagi. Tapi apa itu artinya ia juga mencintai Rangga. Entah lah ia juga bingung. Hanya saja Selama ini Ia merasa sudah terbiasa sekaligus nyaman di dekatnya. Tanpa menjawab ia segera berlalu. Menyetop taxi yang kebetulan lewat tak jauh dihadapannya. Meninggalkan Rangga diam terpaku sendirian.

*** Ketika cinta harus memilih***

Saat mendapati cinta yang baru melangkah turun dari bus kasih segera beranjak menghampir. Merasa heran kenapa ia tidak bersama Rangga. Malah justru beberapa menit yang lalu ia melihat Rangga baru muncul dengan motornya berboncengan bareng Cisa. Sebenarnya ada apa dengan hubungan mereka?.

“Cinta loe nggak bareng sama Rangga?” tanya Kasih to the point.

Cinta menoleh. Baru sadar kalau kasih ternyata ada di dekatnya.

“Enggak?” balas cinta singkat.

“Kenapa? Terus juga kenapa Rangga malah bareng sama Cisa?”

“He? Apa?” Tanya Cinta sontak menghentikan langkahnya. Menatap kasih untuk sejenak. Namun seolah baru menyadari sesuatu ia kembali melanjutkan ucapnnya. “Oh, itu bukan urusan gue?”

“Kenapa si loe selalu bilang itu bukan urusan loe? Ayolah cinta, Rangga itu pacar loe?” Kasih mengingatkan.

“Sekarang udah nggak. Gue udah putus sama dia."

“Apa?” Kasih melotot kaget.

“Leo putus sama Rangga?” sambungnya setengah berteriak.

Dengan cepat tangan cinta membekap mulut Kasih. Menatap kesekeliling yang kini juga sedang menatap kearahnya. Dan cinta berani jamin kalau sebentar lagi kabar putusnya dia akan segera menyebar. Apalagi saat ia mendapati beberapa orang yang kini tampak berbisik – bisik sambil menatap kearahnya. Akhirnya dengan kesel ditariknya tangan sahabatnya untuk segera menjauh.
To Be Continue...

Ketemu lagi di part selanjutnnya...

~ Admin LovelyStarNight

Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~