Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Cinta Harus Memilih ~ 07 | Cerpen Cinta

Ketika Cinta Harus Memilih ~ part 7. Biar bacanya nyambung untuk part sebelumnya bisa langsung klik disini.

Sambil bersiul dan sekali - kali terdengar bersenandung kecil Rangga memasuki halaman rumahnya. Begitu turun dari motor, perhatiannya beralih ke arah mobil hitam yang terparkir di depan rumah. Dalam hati ia bertanya - tanya. Siapa kira - kira pemiliknya?. Karena ia berani bertaruh kalau itu pasti bukan mobil papanya.


Ketika Cinta Harus Memilih

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Rangga segera melongos masuk ke dalam rumah yang memang tidak di kunci. Setengah tak percaya pada penglihatannya saat mendapati sosok yang kini duduk santai di ruang tamu sambil membolak - balik halaman majalah remaja ditangan.

"Fadhly?" bibir Rangga menyerukan sebuah nama untuk meyakinkan diri.

"Eh Rangga, akhirnya loe pulang juga."

Dengan cepat Rangga melangkah menghampiri tamunya yang tak lain adalah Fadhly. Sahabat karibnya waktu masih SMA dulu. Sudah hampir tiga tahun mereka tidak bertemu. Yang jelas setelah hari kelulusan sekolah.

"Fadhly, ini beneran elo kan?" tanya Rangga yang masih merasa tidak yakin. Karena kabar terakhir yang ia dengar, sahabatnya itu dulu melanjutkan kuliah keluar negeri. Maklumlah, namanya juga anak direktur perusahaan paling ternama.

"Ya iya lah. Memangnya siapa lagi. Perasaan dulu enyak gue nggak pernah ngelahirin gue dalam keadaan kembar."

"Ah, elo bisa aja. Gimana kabarnya sekarang. Kalau dilihat dari penampilan nya udah jadi BOS besar ni kayaknya?" tanya Rangga sambil duduk disamping Fadly yang tampak sedang meletakan kembali majalah remaja yang sedari tadi di bacanya.

"Apaan si loe. Gue cuma lagi belajar aja. Itung - itung bantuin bokap" Fadly tampak merendah.

"Belajar jadi bos maksutnya?" kejar Rangga.

Kali ini Fadly hanya menangapi dengan tawa. Sama sekali tidak membantah. Karena memang begitulah kenyataannya.

"Oke deh, karena kita juga udah lama banget nggak ketemu, sekarang ayo, kita saling bertukar cerita. Roman - romannya loe keliatan lagi happy nie" Fadly mengalihkan Topik pembicaraan.

Rangga hanya angkat bahu. Namun tak urung menyetujui usul sahabatnya itu. Dan tanpa sadar, meluncurlah cerita demi cerita dari mulutnya.

*** Ketika cinta harus memilih ***

"Tumben banget loe hari ini jemput gue pake mobil. Mobil baru ya?" komentar Cinta saat mendapati Rangga yang menjemputnya pagi itu tanpa motor yang biasa ditungganginya.

"Tadinya si gue pengen pamer ini punya gue. Sayangnya bukan. Ini punya temen yang gue pinjem" kata Rangga sambil dengan cekataan tangan nya membukakan pintu untuk Cinta sebelum kemudian ia menyusul duduk dibelakang kemudi.

"Oh ya Cinta, hari ini loe masuk berapa mata kuliah" tanya Rangga mulai melajukan mobil hitamnya.

"Hari ini ya?. E, cuma satu" balas Cinta setelah berfikir beberapa saat. "kenapa?"

"Wah kebetulan banget kalau gitu. Gue juga cuma satu. Kalau gitu, entar habis kuliah kita jalan yuk."

"Tumben banget loe ngajak gue jalan. Pasti ada apa-apanya ya" selidik Cinta dengan mata menyipit.

"Ye, jangan seuzon gitu donk. Emang apa yang aneh kalau orang pacaran terus jalan bareng?"

"Iya. Tapi kita kan pacarannya cuma bo'ongan."

Tepat setelah Cinta menyelesaikan ucapanya dengan nada santai barusan mobil mereka terhenti karena Rangga menginjak Rem nya secara mendadak.

"Astaga Rangga, loe kenapa si" geram Cinta sambil mengusap - usap dadanya karena kaget.

"Emangnya gue pernah bilang kalau elo, cuma pacar bo'ongan?"

"He?" Cinta menoleh.

Menatap Rangga yang kini juga sedang menatapnya lurus. Merasa sedikit salah tingkah sekaligus tidak nyaman Cinta segera mengalihkan tatapannya. Dan lagi - lagi jantungnya berdebar dengan cepat. Namun bedanya ini bukan karena kaget. Cuma karena.... Karena.... Entahlah. Cinta juga tidak tau.

"O... E.... Ehem, entar siang ya. Sory kayaknya gue nggak bisa deh" kata Cinta.

Rangga mengernyit heran saat menangkap sedikt nada gugup dari mulut Cinta yang mengabaikan pertanyaannya barusan. Bahkan ia juga menyadari Cinta sama sekali tidak berani menatapnya.

"Kenapa?" tanya Rangga mengabaikan semua dugaan- dugaan liar yang bermain di kepalanya.

"Gue kemaren udah terlanjur janji sama Kasih buat nemenin dia beli buku" balas Cinta.

"Nggak bisa di batalin dulu ya?" tanya Rangga sambil kembali melajukan mobilnya.

"Ya enggak lah. Secara gue kemaren kan udah terlanjur janji. Jadi Gue jadi nggak enak donk kalo maen batalin sembarangan" Cinta beralasan.

"O... Ya udah kalau gitu. Lain kali aja kita jalannya" Rangga mengalah Walau tak urung merasa sedikit kecewa. Merasa sia - sia meminjam mobil sahabatnya kemaren kalau pada akhirnya gagal juga mengajak Cinta jalan.

*** Ketika cinta harus memilih ***

Sepulang kuliah, sesuai rencana Cinta menemani Kkasih untuk membeli buku. Setelah mendapatkan buku yang mereka cari, Mereka tidak langsung pulang. Karena Kasih mati - matian menahan Cinta untuk keliling - keliling Mall sambil cuci mata. Jujur saja, Walaupun cewek tapi Cinta termasuk kedalam katagori manusia yang paling males kalau harus di suruh belanja.

"Ayo dong Kasih. Kita pulang. Cape gue. Kaki gue juga udah pegel banget nie" Kata Cinta yang sebenernya lebih mirip kalau di sebut sebagai Rengekan.

"Bentar Lagi. Kita liat baju - baju yang di sana. Kayaknya lagi diskon besar - besaran tuh."

"Astaga Kasih. Memangnya ini belum cukup?" Kata Cinta sambil mengangkat tas belanja bawaannya.

"Tapi kan....."

"Kalau loe nggak mau pulang. Biar gue pulang duluan" Potong Cinta.

"Hufh... iya deh iya. Kita pulang sekarang. Tapi sebelum itu kita makan dulu di kaffe depan. Biar gue yang traktir" Kasih akhirnya ngalah. Cinta menggangguk setuju. Secara perutnya juga memang sudah terasa lapar minta diisi.

"Rangga... Eh itu beneran Rangga kan?"

Cinta langsung menoleh. Mengikuti arah terlunjuk Kasih. Sedikit terkejut saat mendapati Rangga beneran ada di sana. Tampak sedang berbicara akrap dengan seseorang yang tidak dikenalnya. Tapi kalau melihat dari tampilannya si, sepertinya mereka seumuran.

"Kita Samperin yuk" Ajak Kasih sambil melangkah maju.

"Eh jangan. Mo ngapain?" tahan Cinta.

Tapi percuma karena Kasih tidak perduli. Justu malah dengan santai nya meneriakan nama Rangga sehingga kedua orang itu kini menatapnya. Akhirnya dengan pasrah Cinta menurut. Habis mau bagaimana lagi. Sudah terlanjur.

"Rangga, loe juga disini?" sapa Kasih.

Rangga menggangguk tapi pandanganya terarah kearah Cinta yang tampak hanya menunduk.

"Loe sendiri. Cinta bilang tadi katanya mau nemenin elo beli buku. Tapi kok malah isi Mall ini juga pada ngikut ya?" tanya Rangga setengah meledek sambil mengalihkan tatapan kearah Kasih yang hanya nyegir.

"He he he. Biasalah. Sekalian aja. Seperti kata pepatah Sambil menyelam dapat Ikan" Balas Kasih sok berfilsafat. Rangga hanya tertawa menanggapinya.

"Ehem....."

Rangga segera melirik kearah sahabatnya yang sedari tadi dicuekin.

"Oh ya, gue sampe lupa. Kenalin ini temen gue. Namanya Fadly" kata Rangga kemudian. Fadly yang merasa namanya di sebut segera berdiri. Mengulurkan tangan sambil tersenyum kearah Kasih. Tak lupa menyebutkan namanya.

"Kasih, Temennya kuliahnya Rangga" Balas Kasih. Kemudian Fadly beralih kearah Cinta.

"Cinta" Balas Cinta lirih.

"Kalau dia Pacarnya Rangga" Sambung Kasih yang kontan membuat membuat ketiganya melotot menatap kearahnya. Hanya bedanya kalau Rangga dan Cinta melotot kesel, Kalau Fadly justru merasa tak percaya akan pendengarannya barusan.

"Pacar?" ulang Fadly,

"He'eh" Kasih mengangguk.

Cinta hanya menunduk. Dan saat pandangan Fadly beralih kearah Rangga, sahabatnya tampak sedang mengusap - usap tengkuknya. Jelas terlihat salah tinggah.

"Loe berhutang satu cerita sama gue?" bisik Fadly lirih sambil mencondongkan tubuhnya kearah Rangga. Kasih hanya mengernyit heran karena sama sekali tidak bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

"Ya udah kalau gitu kita pamit dulu ya" kata Cinta yang sedari tadi terdiam.

"Eh kalian mau kemana?. Bukannya kalian ke sini mau makan juga ya?. ya udah sekalian gabung aja. Biar gue yang traktir deh" Cegah Fadly angkat bicara mendahului Rangga.

"Oh makasih. Ayo Cinta" Tanpa memperdulikan isarat Cinta yang jelas - jelas keberatan, Kasih dengan santai duduk di kursi kosong yang ada didekatnya. Dalam hati Cinta jelas - jelas merutuki sifat sahabatnya yang paling demen kalau mendengar kata gratis.

"Kalian mau pesan apa nie?" Rangga menawarkan. Kasih segera menyebut kan aneka makanan pesannannya. Sementara Cinta hanya mengeleng.

"Kalau Cinta seperti biasa aja. Mie Soo sama Es rumput laut" Kasih segera berinisiatif.

Kemudian segera berpura - pura sok berbicara akrab pada Fadly saat menyadari tatapan Kesel dari Cinta. Lagi - lagi Cinta hanya merutuk dalam hati. Dan begitu pesanan sampai ia hanya memakannya dalam diam. Buka mulut hanya pas di tanya. Merasa sama sekali tidak tertarik ikutan nimbrung pembicaraan kasih yang memang gampang akrap pada siapapun.

"Bagaimana kalau habis ini kita jalan dulu" ajak Fadly setelah mereka menghabiskan makanannya.

"Bisa. Kayaknya seru nie. Gimana kalau kita nonton aja. Denger - denger ada filem seru. Habbi Ainun kayaknya baru keluar tu " Sahut Kasih cepat.

"Gue juga nggak keberatan" Rangga menambahkan.

"Elo cin?" tanya Fadly kearah Cinta yang masih terdiam.

"Ehem. Sory. Tapi gue nggak bisa ikutan. Laen kali aja ya?" Tolak Cinta halus.

"Yah Cinta. Gak seru banget si loe" Kasih terlihat kecewa. "Ayo dong loe ikut. Kalau loe nggak ikut, gue juga ogah" bujuk Kasih lagi.

"Ya jangan gitu donk. Loe pergi aja. Gue nggak papa" Cinta merasa tidak enak.

"Nggak mau...." Kasih mengeleng.

Rangga yang diam - diam tak urung juga merasa kecewa mendengar penolakan Cinta melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 16:16. Pantesan Cinta menolak. Sudah sore ternyata, pikirnya.

"Ya udah gini aja. Kasih biar tetep jalan bareng sama Fadly. Soal Cinta biar gue yang nganterin"

"Tapi loe kan nggak bawa motor?" Fadly mengingatkan.

"Biar gue pulang sendiri . Kasih loe jalan aja. Bareng sama Rangga sekalian."

"Tapi kan...." Kasih tidak jadi melanjutkan ucapannya saat melihat tatapan tajam Cinta. "Iya deh".

"Kalau gitu gue pulang dulu" Pamit Cinta segera beranjak bangun.

"Loe mau kemana?" tanya Cinta saat mendapati Rangga juga bangkit berdiri.

"Kan tadi gue udah bilang kalau gue mo nganterin elo."

"Tapi kan gue udah bilang nggak usah."

"Kalau gue bilang ia artinya IYA. Udah buruan. Udah sore nie" Tandas Rangga mendahului Cinta melangkah keluar. Fadly dan Kasih masih duduk di santai di bangkunya. Menatap kelakuan kedua insan di hadapannya yang mulai melangkah menjauh.

"Ah mereka so sweet banget kan?".

Fadly menoleh menatap kearah Kasih yang masih asik menatap punggung Cinta yang mulai hilang di balik pintu.

"Eh mereka pacarannya udah lama ya?" selidik Fadly.

"Belum si. Masih baru - baru ini aja kok. Memangnya Rangga nggak Cerita sama loe?"
Kasih balik bertanya. Fadly mengeleng.

"Kasih, kalau gue tanya - tanya nggak papa kan?"

"Soal apa?" Tanya Kasih dengan kening berkerut.

Fadly tidak segera menjawab. Samar sebuah senyum terukir di sudut bibirnya. Sementara Kasih masih terdiam menanti kelanjutannya.

"Soal hubungan mereka berdua. Tapi sebelum itu atau kita jalan. Ini juga udah sore. Tadi katanya loe mau nonton."

Kali ini kasih mengangguk membenarkan. Mengikuti jejak Cinta dan Rangga, Melangkah keluar meninggalkan kaffe itu.

*** Ketika cinta harus memilih ***

"Tadi kan gue udah bilang kalau gue bisa pulang sendiri. Kenapa si loe pake nganterin gue segala?" Rutuk Cinta sambil duduk disalah satu kursi di dalam bus, Karena kebetulan sepi Rangga juga duduk di sampingnya.

"Memangnya ada yang aneh ya kalau gue nganterin pacar gue pulang?".

"Tapi kan kita nggak beneran pacaran."

Rangga Terdiam. Sama sekali tidak membalas. Dengan berlahan bus juga mulai berjalan.

"Cinta" Panggil Rangga lirih.

"Ya"Sahut Cinta segera menoleh. Tapi Rangga sama sekali tidak menatap nya. Justru ia malah menunduk.

"Jujur aja, Selama ini loe anggap gue sebagai apa?"

"Ya?" Cinta terlihat bingung sakali gus kaget. Sama sekali tidak menyangka akan mendengar pertanyaan seperti ini dari mulut Rangga. Kali ini Rangga mengalihkan pandangan. Menatap lurus kearah Cinta yang juga sedang menatapnya.

"Gue tanya, selama ini loe anggap gue sebagai apa?. Apa bener loe cuma anggap gue sebagai pacar bo'ongan?"

"Loe aneh banget si, Kenapa loe tiba - tiba nanya kayak gini?" tanya Cinta terlihat mulai tidak nyaman dengan arah permbicaaraan mereka.

"Jadi bener?" tanya Rangga tanpa memperdulikan pertanyaan Cinta barusan.

"Tapi bukannya selama ini hubungan kita memang cuma pacar bo'ongan ya?"

"Gue nggak pernah bilang kayak gitu?"

"Tapi kan...."

"Sudah lah. Lupain aja. Nggak penting juga kok" Potong Rangga cepat.

Cinta terdiam. Mulutnya kembali terbuka untuk mengatakan sesuatu. Tapi batal, karena ia juga masih bingung mau berkomentar apa. Sehingga kali ini keduanya kembali terdiam. Bahkan sampai saat keduanya tiba di halte di dekat rumah cinta.

"Gue ngantarnya sampai sini aja nggak papa kan?. Ini juga sudah sore. Bentar lagi bokap loe juga pasti pulang. Loe juga nggak mau di marahin lagi kan karena ketauan pulang bareng gue?" Rangga membuka pembicaraan.

"Iya, Nggak papa. Ma kasih juga karena loe udah nganterin gue."

Rangga hanya mengangguk membenarkan. Dengan cepat Cinta turun sebelum bus kembali berlalu. Perasaannya saja atau sifat Rangga tadi memang terlihat aneh. Tapi dengan cepat di tepisnya pikiran itu jauh - jauh saat melirik jam sudah menunjukan hampir tepat pukul lima. Setengah berlari ia menuju ke rumah. Tak ingin keduluan sang papa yang bisa menimbulkan akibat buruk lainya.

To Be Continue....

~ With love Admin ~ LovelyStarNight
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~