Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Cinta Harus Memilih 02 ~ Cerpen Cinta

Ketika Cinta Harus Memilih _ Kali ini bagian dua. Part sebelumnya pasti udah pada baca donk?. Buat yang belum baca, Monggo silahkan di baca dulu biar nyambung.

Oke deh, Biar nggak ada lagi yang penasaran, kita cek langsung ke cerpennya aja yuks. Dan untuk cerita sebelumnya bisa di klik di Ketika Cinta Harus Memilih ~ 01.


Ketika Cinta Harus Memilih

Karena Benci kita bersama
Karena Cinta kita berpisah
Dan karena perpisahanlah akhirnya kita bersatu #Ketika Cinta Harus Memilih


"Lepasin gue. Apa - apaan sih loe?!" geram Cinta sambil menghentakkan gengaman tangan Rangga hingga terlepas.

Saat ini mereka berdua memang telah jauh meninggalkan teman - temannya.

"Hei, apa loe suka sama gue?" tanya Rangga langsung tanpa memperhatikan ekspresi kesel Cinta sama sekali.
"Apa loe udah nggak waras?" serang Cinta ketus.

"Terus, apa loe selama ini suka cari kesempatan untuk mendapatkan sedikit perhatian gue?".

"Ha?!... Astaga...." Keluh Cinta tak yakin akan apa yang baru saja di dengarnya. Jadi ragu. Apa bener sosok yang ada dihadapanya adalah orang yang sama dengan yang selama ini di gosipkan dingin dan terkenal dengan gelar ‘ice prince’-nya. Tapi kenapa sekarang berbanding balik. Jadi malah mirip narsitick prince.

"Dan apa loe juga termasuk kedalam daftar orang - orang yang mengemis cinta gue?".

Mulut Cinta mangap lebar tanpa suara. Sumpah saat ini ia benar-benar mati - matian menahan diri untuk bersabar. Yah walaupun sepertinya usahanya percuma. Karena sebelah tangannya sudah terlanjur melepaskan high hells dan mengayunkan nya tepat ke atas kepala Rangga dengan harapan pukulan itu cukup untuk mengembalikan posisi otak di kepalanya yang sepertinya sedang bergeser.

"Aduh. Hei, apa loe gila!. Sakit tau " Teriak Rangga kesakitan sambil mengusap - usap kepalanya.

"Cih, apa Nggak kebalik?. Bukan nya yang gila itu elo?" cibir Cinta sinis.

" Oke, baiklah. Mari kita lupakan kata 'gila' untuk sejenak" Rangga terdiam untuk sekedar menghembuskan nafas. " Sekarang gue sudah dapat menarik kesimpulang bahwa loe membenci gue?" sambung Rangga.

" Mulai detik ini IYA. Ralat, maksut gue SANGAT !" Geram Cinta supertegas.

"Bagus, Kalau gitu mulai mulai sekarang, Detik ini juga, ayo kita pacaran" Ajak Rangga yang tanpa ragu membuat Cinta kembali mengayunkan high hells nya kearah kepala Rangga yang di duga akibat pukulan tadi justru malah membuat otaknya makin bergeser jauh sehingga memancing emosi Cinta untuk membuat nya gegar Otak sekalian. Tapi untunglah kali ini Rangga sudah lebih siap sehingga ia masih mampu menghindar. Membuatnya berhasil selamat dunia akhirat (?????).

"Hufh,.... Untung saja" Gumam Rangga sambil mengusap - usapa dadanya lega.

"Kayaknya loe beneran sudah gila deh" Kata Cinta sambil berbalik pergi tapi sayang tangan Rangga sudah terlebih dahulu menahannya. Menarik tubuhnya sehingga kini saling berhadapan.

"Tunggu dulu. Kita belum selesai bernegosiasi".

"Nego?" Ulang Cinta tak percaya. "Apa gini cara loe bernegosiasi?" Sindirnya lagi.

"Whatever. Yang jelas mulai sekarang kita resmi pacaran".

"Kenapa gue harus mau jadi pacar loe?".

"Karena loe satu - satunya cewek yang benci sama gue" sahut Rangga santai.

"SEJAK KAPAN BENCI BISA DI JADIKAN ALASAN ORANG BUAT PACARAN!!" Bentak Cinta sekencang - kencangnya. Sumpah, ia sudah beneran merasa gondok menghadapi makhluk yang ada di hadapannya. Bodo amat deh kalau memang harus mencoreng image ke'kalem'annya selama ini.

"Nggak usah teriak juga gue udah denger kali" Balas Rangga Stay cool.

Untuk sejenak Cinta menarik napas dalam - dalam dan menghebuskan nya berlahan. Tangannya kembali terangkat. Eits, jangan salah. Ia sama sekali tiada niatan untuk memukul kok. Secara high hellsnya juga sudah kembali bertenger diatas kakinya . Ia hanya menggunakan tangannya untuk memijit kepalanya yang tiba - tiba terasa pusing. Sesungguhnya ia memang benar - benar belum siap kalau harus berurusan dengan orang yang mengalami masalah gangguan kejiwaan. =,=

"Sepertinya gue yang udah mulai gila" Gumam cinta lirih sambil membalikan tubuhnya yang lagi - lagi tangan Rangga kembali menahannya.

"Mau apa lagi?" Tanya Cinta terdengar putus asa. Lagi pula ia juga sadar kalau membentak atau berteriak - teriak adalah hal yang percuma.

"Ehem.... Jadi gimana?. Deal kan?. Kalau mulai hari ini kita pacaran?" Tangan Rangga terulur mengajak berjabatan.

Cinta tidak membalas. Ia hanya melirik sekilas. Ini orang ngajak pacaran kok gini amat ya?, pikirnya.

"Kasih gue alasan kenapa gue harus mau jadi pacar loe".

"Baiklah. Biar gue jelasin. Yang pertama karena loe Benci sama gue jadi kemungkinan untuk saling jatuh cinta sangat kecil. Secara gue nggak mungkin akan jatuh cinta sama loe" Rangga mulai menjelaskan tapi Cinta telah terlebih dahulu memotong dengan pertanyaannya.

"Apa loe Gay?".

Pletak...

Kali ini Kepala Cinta yang mendapat giliran. Sebuah jitakan telah mendarat mulus di kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan bodohnya. "Sembarangan....!!!. Gue normal" Rangga mengegaskan.

"Gue nggak yakin" Balas Cinta jelas - jelas meledek.

"Eh...De".

"Lanjut" Potong Cinta sebelum Rangga sempat protes.Lagi pula ia sudah beneran kesel sama makhluk satu ini dan beneran pengen cepet - cepet berlalu pergi.

"Hufh.... Gue jadi nggak yakin keputusan gue bener" Gumam Rangga yang sepertinya ia tujukan untuk dirinya sendiri. "Oke, Alasan kedua, dengan loe jadi pacar gue, maka nggak akan ada lagi Alasan buat cewek - cewek centil yang selalu mengejar - gejar gue. Secara gue kan udah punya pacar. Paling nggak untuk sejenak gue bisa merasa sedikit bebas".

Cinta hanya mencibir mendengarnya.

"Terus, Untung nya buat gue apa?".

"Oh, tentu saja ada. Dengan jadi pacar gue, loe juga akan terbebas dari cowok - cowok yang selalu mengejar - ngerjar loe kan?. Yah gue ngerasa kok kalau selalu di kejar - kejar itu benar - benar menyebalkan".

"Asal loe tau aja, Gue lebih rela di kejar - kejar mereka dari pada di kejar - kejar cowok gila kayak loe yang menurut gue seribu kali lebih menyebalkan".

"Eh tunggu dulu. Masih ada lagi".

"Apa?" Tanya Cinta terlihat makin kesel.

"Seperti yang sudah di ketahui bersama. Gue ini cowok paling keren di kampus ini, yang selalu di kejar - kejar cewek di manapun gue berada. Dan Elo, adalah cewek paling beruntung mendapatkan tawaran seperti ini".

"Loe salah. Ini bukan keberuntungan namanya. Tapi ini jelas - jelas musibah buat gue".

"Lebay.... Kita sama - sama untung dalam hal ini. Istilah biologinya Simbosis mutualisme".

Sejenak Cinta terdiam. Matanya menatap lekat sosok yang berdiri di hadapannya. Pikirnya melayang entah kemana.

"Jadi gimana?" Pertanyaan Rangga membuyarkan lamunannya.

"Kesimpulan gue cuma satu. Ice prince sama sekali tidak pantas untuk mu. Narsistic Prince yang super gila sepertinya lebih pas" Balas Cinta sebelum berlalu.

"Maaf Cinta, Sayang nya gue termasuk dalam katagori manusia yang tidak menerima penolakan" Gumam Rangga lirih sambil tersenyum sinis. Matanya terus menatap punggung Cinta yang terus berlalu tanpa ada sedikitpun niatan untuk menahanya seperti tadi. Karena sepertinya ia sudah punya rencana yang lebih bagus. Ke ke ke.

To be Continue dulu yak..

Oh ya sekedar info buat temen temen. Like Fanpage Star Night ya. Untuk info seputar blog bisa langsung tanya tanya kesana. Oke. Untuk fanpage nya silahkan klik disini.
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~