Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Cinta Romantis Take My Heart ~ 14

Oke deh, berhubung banyak yang minta lanjutannya, maka Admin Selaku orang yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung serta berbakti pada orang tua (Amin). Admin bawain deh lanjutannya. Untuk next gak janji bisa cepet. Soalnya masih harus mengutamakan dunia nyata. ^_^

-} Cerpen Cinta Romantis Take my Heart ~ 13


“Jadi Vio, Bisa loe jalasin ke kita kenapa loe mau membantu Ivan?”.


Pertanyaan Andra sukses menarik perhatian semuanya. Menatapnya penuh Tanya. Sementara yang di tatap justru tidak melepaskan pandangannya dari Vio. Merasa menjadi sorot perhatian Vio melepaskan sendoknya. Melipat kedua tanganya di meja sembari membalas tatapan Andra sambil tersenyum.


Hanya tersenyum sampai kemudian mulutnya terbuka. Bukan untuk menjawab namun justru malah balik melemparkan pernyataan.

"Kalau ini interogasi, Sepertinya gue menyesal bergabung sama kalian".

Lagi lagi Andra tersenyum menangapinya. Namun sebelum mulutnya terbuka untuk membalas, Aldy sudah terlebih dahulu buka mulut.

"Membantu?. Maksutnya?. Kalian lagi ngomongin apaan si?" Tanya Aldy sambil membenarkan letak kacamata di wajahnya. Menatap bergantian kearah Andra dan Vio. Mengabaikan semangkuk bakso di hadapannya.

"Saat kesini Vio sama sekali tidak menoleh kearah Ivan, Dia juga tidak terlihat gugup ataupun terlihat seperti gadis bodoh yang terpesona padanya. Terlebih dengan suka rela menjadi kekasihnya saat ia mengetahui dengan pasti kalau itu hanya sebuah taruahan konyol. 'Cinta' cukup mustahil untuk di jadikan alasann. So, kalau bukan untuk membantu Ivan memenangkan taruhnya alasan apa yang loe pake kenapa loe mau jadi kekasihnya?" tembak Andra langsung. Sama sekali tak perduli dengan tatapan tajam Ivan yang jelas terganggu akan ucapannya.

"Yah beneran di interogasi ternyata" Kata Vio pura - pura bersikap kecewa.

"Tunggu dulu, jadi Vio jadian sama Ivan bukan karena cinta?" Lagi lagi Aldy mendahului. Andra hanya mengangguk membenarkan.

"Kalau gitu kenapa loe mau jadian sama dia?" Tambah Renold dengan telunjuk mengarah tepat kewajah Ivan yang tampak meberengut sebel.

Hei siapa yang tidak kesel coba kalau di gosipin terang terangan di hadapannya. Ternyata ungkapan kalau lebih baik membicarakan seseorang didepan dari pada di belakang itu sama sekali tidak benar. Ivan menyadari dengan pasti kalau kedua duanya sama sekali tidak menyenangkan.

"Kalian sendiri tau, Kalau sahabat kalian itu playboy. Yang katanya udah terkenal banget. Emang seorang playboy butuh bantuan?" Vio akhirnya buka mulut.

"Mengingat gadis yang di kejar itu elo, Sepertinya itu bukan mustahil" Andra tak mau kalah.

"Wah gue jadi tersanjung. Kalimat barusan itu pujian kan" Ujar Vio sambil tertawa yang justru malah di sambung cibiran di wajah Ivan.

"Nggak usah ngalihin topik. Loe kan belum menjawab pertanyaan gue".

Sejenak Vio terdiam. Matanya melirik kearah Ivan yang juga sedang melemparkan tatapan tajam kearahnya. Cowok yang satu itu memang belum membuka suaranya sedari tadi, Namun tatapan itu sudah lebih dari cukup jika diangap sebagai peringatan untuk Vio agar tutup mulut.

Saat arah tatapan Vio beralih ke Andra, cowok yang satu itu masih menantikan jawaban dari nya. Terlebih dahulu menghela nafas sejenak, Vio menjawab santai.

"Gue nggak bantuin Ivan kok. Justru sebaliknya, gue yang minta bantuan sama dia" Aku Vio jujur.

Hei, dia udah pernah bilang kan kalau berbohong sama sekali bukan gayanya. Bahkan tidak ada dalam kamus hidupnya, Termasuk berbohong untuk kebaikan sekalipun.

"Maksutnya?" Rendol mendahului siapapun yang juga terlihat penasaran.

Vio hanya angkat bahu sembari mengisaratkan untuk menoleh kearah Ivan. Sementara ia sendiri kembali meraih mangkuk mie ayamnya yang sempat terabaikan.

"Sebenernya ada apa si van?" Tanya Aldy langsung.

Ivan tidak langsung menjawab. Merasa kesel sambil mengedumbel dalam hati. Matanya menatap lurus kearah Vio yang tampak cuek sambil mulai menikmati makanannya. Apasi mau nya gadis itu. Apa ia tidak takut kalau ia menceritakan semuanya pada sahabatnya. Memangnya Vio sama sekali tidak khawatir jika sampai orang - orang tau akan hubungannya pada 'calon pacar sahabat baiknya' jika Ivan menjawab jujur semuanya.

Tapi, Di lain sisi. Ivan juga menolak dirinya untuk mengatakan yang sejujurnya. Hei, Kalau mereka tau bukannya pamornya juga akan jatuh. Bahwa dia ternyata hanyalah pelampiasan patah hati seseorang. Ancur donk gelar playboy yang selama ini di sandangnya.

Namun di atas semua itu, jauh didalam lubuk hati Ivan yang terdalam. Entah dapat dorongan dari mana, Yang ia tau ia tidak ingin gadis yang sedang duduk di sampingnya terluka.

"Kenapa gue harus cerita sama kalian?" Tanya Ivan mencoba mengelak.

"Kenapa loe nggak mau cerita sama kita?" Andra balik bertanya.

"Ya karena emang nggak ada yang harus di ceritain. Kita berdua emang jadian. Masalah selesai".

"Oh nggak bisa gitu donk. Perjanjiannya kan loe harus bikin Vio jatuh cinta terus loe putusin di depan kita kita" Andra mengingatkan.

"Eh tunggu dulu. Kemaren taruhan kalian itu, gue harus jatuh cinta atau harus jadian sama ivan si?" Vio memotong dengan kalimat tanya.

Semua langsung terdiam sambil menatap tampang polos Vio. Kenapa jadi rumit gini ya.

"Atau jangan - jangan sekarang itu sebenernya kalian takut kalah ya?. Makanya pake menginterogasi gue segala" Tambah Vio lagi.

"Kita bukan takut. Cuma kalau kaya gini, nggak fair namanya. Kalau kalian juga mengunakan sistem perjanjian, tentu kita bertiga di rugikan.Ivan jelas jadi pemenangnya".

"Terus sekarang bagaimana?" Tanya Vio lagi.

"Loe harus menceritakan ke kita perjanjian apa yang kalian berdua buat?".

"Kalau gue nggak mau cerita?".

"Maka taruhan ini di batalkan".

"Eh?" Vio menoleh kaget. Kalimat tegas Andra barusan menarik perhatiannya.

"Batal?" Ivan mendahului Vio, sebelum gadis itu sempat kembali bertanya.

"Iya. Taruhan kita batal. Kita nggak mau ada kecurangan. Kalau loe nggak mau cerita kita juga nggak mau bayar nantinya" Andra terlihat mengancam.

"Ya nggak bisa gitu donk" Ivan terlihat memprotes. Apa apan ini. Sama sekali tidak profesional.

"Kalau gitu, loe harus cerita atau taruahan kita batal" Ujar Andra tegas. Renold dan Aldy juga tampak mengangguk setuju. sementara Vio meletakan kembali sendoknya kedalam mangkuk mie Ayamnya yang kini kosong. Ah ternyata sedari tadi ia mengobrol sambil mengunyah. Heran kenapa empat mangkuk yang ada di sampingnya masih pada belum terjamah ya?. Mereka kekantin itu niat makan nggak si?. Pikir Vio dalam hati.

"Jadi kalau seandainya, kita nggak mau cerita taruahan yang kalian buat itu batal?" Vio mencoba menegaskan.

"Tentu saja".

Vio terlihat menimbang nimbang sambil berfikir. Kemudian kepalanya menoleh kearah Ivan sembari berkata "Van, buruan cerita ke mereka".

"Apa loe udah gila. Kenapa harus gue" Balas Ivan sewot.

"Baiklah, sepertinya Ivan sama sekali tidak tertarik untuk menceritakannya. Dan gue juga ogah. Jadi.." Vio bangkit berdiri.

"Gosip soal gue adalah target taruah Ivan selanjutnya di batalkan. Seluruh yang ada di kantin ini saksinya" Sambung Vio sengaja mengeraskan suaranya.

"Eh?" Andra melongo. Dan belum sempat ia merespon apa yang terjadi, Vio kembali angkat bicara.

"Gimana Andra?. Loe bukan tipe cowok yang akan menjilat ludahnya sendiri bukan. Silahkan tegaskan pada mereka" Kata Vio sambil tersenyum dan menoleh kearah Andra.

"Dengan begitu nama gue bisa kembali bersih di sini" tambah Vio lirih. setidaknya selirih suara yang hanya mereka berlima yang mampu mendengarnya.

Kali ini Andra mengangguk. Bukan hanya setuju namun juga mulai mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Andra semakin yakin kalau gadis yang berdiri di hadapannya bukan gadis sembarangan. Bisa - bisanya ia di bodohin. Sepertinya Vio sengaja memancingnya untuk membatalkan taruahn itu. Dan bodohnya ia benar - benar terpancing. Ck ck ck.

"Ya. Taruhan kami batal. Vio bukan lagi target taruhan Ivan yang selanjutnya" Kata Andra akhirnya.

Bersamaan dengan akhir kalimat yang keluar dari mulut Andra barusan terdengarlah bisik bisik sana sini. Tentu saja masih membicarakan seputar Vio dan Ivan. Tapi Vio sama sekali tidak perduli. Tujuannya sudah ia dapatkan.

So..

"Oh ya, gue udah selesai makan nie. Gue cabut dulu ya" Pamit Vio sambil berdiri. "Ngomong ngomong gue nggak harus bayar mie ayamnya kan?".

"Nggak usah. Biar kita yang bayarin" Kata Renold.

"Baiklah. Terima kasih kalau begitu".

Selesai berkata Vio benar benar bangkit berdiri. Meninggalkan 4sekawan dengan tampang bengongnya. Langkahnya terasa ringan melewati wajah - wajah yang masih terlihat melirik padanya. Seringan langkah saat beban sudah terlepas dari pundaknya.

To Be Continue...

Haloo All reader. Menurut kalian pribadi gimana sama alur cerita Take my heart ini?. Nggak ketebak, ngebosanain atau alurnya ngalor ngidul?. Kasi masukan donk jangan cuma minta lanjutannya aja. Biar kedepannya bisa nulis lebih baik lagi.

Oke?...

Fighting!!!.


Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

1 comment for "Cerpen Cinta Romantis Take My Heart ~ 14"

  1. lanjutin dong ....... dah gak sabar nunggu lanjutannya !!!!! speed !! gooooo!!

    ReplyDelete

Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...