Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Cinta Romantis | Kala Cinta Menyapa ~ 11 / 13

Ada kah yang masih penasaran sama lanjutan dari cerbung kala cinta menyapa ini? Kalau jawabannya iya, monggo simak langsung detail ceritanya ke bawah ya. Berhubung ini cerbung, untuk reader baru atau yang baru nemu cerita ini biar nyambung sama jalan ceritanya, bagusan kalau baca dulu bagian sebelumnya disini. Happy reading ya. Jangan lupa, tinggalin jejaknya...

Cerpen Kala Cinta Menyapa

Dengan langkah lunglai Rani berlalu dari hadapan Erwin dan Syintia. Angannya melayang ke masa - masa yang telah lalu. Akan kedekatannya dan Erwin . Tanpa sadar di helanya nafas berat. Rasa sesak melingkupi hatinya saat dengan berat hati ia harus mengakui kalau ia benar - benar telah jatuh cinta pada pria tersebut.

Entah karena keasikan melamun atau karena alasan lainnya, Rani sama sekali tidak menyadari kalau kakinya terus melangkah menyeberangi jalan. Mengabaikan kenyatan kalau begitu banyak kendaran yang berlalu lalang. Jeritan suara klakson menyadarkannya. Dan belum sempat ia menyadari apa yang terjadi, tubuhnya sudah terlebih dahulu jatuh terlempar.

"Aduh."

Seiring dengan teriakan yang terlontar dari mulutnya, mata Rani berkedap kedip bingung. Sakit, itu harusnya yang ia rasaakan saat ini andai saja Erwin tidak terlebih dahulu mengambil alih rasa itu dengan menariknya kuat. Membuat Rani jatuh tepat menimpa tubuhnya.

"Ya ampun Erwin, loe nggak papa kan?" kata Rani sambil beranjak bangun. Nada khawatir tidak mampu ia samarkan sementara tangannya terulur ke arah Erwin . Membantu pria itu beranjak dari pingir jalan.

"Lagian loe kenapa si?Pake narik narik gue segala?" sambung Rani lagi. Terlebih ketika jelas ia melihat Erwin tampak meringis kesakitan.

"Gue kenapa?! Loe yang kenapa? Jalan nggak liat - liat. Kalau beneran ketabrak tadi gimana?" bentak Erwin marah. Bahkan pria itu menepis tangan Rani. Membuat Rani gantian meringis. Dalam hati ia membenarkan ucapan Erwin. Tadi itu ia memang sedang melamun sehingga tidak menyadari sekelilingnya.

"Maaf, karena gue loe malah terluka," gumam Rani lirih saat mendapati goresan luka di lengan Erwin. Terlihat memar, pasti perih.

Gantian Erwin yang terdiam. Ia marah bukan karena luka yang dialaminya. Ia marah karena kecerobohan gadis yang ada di hadapannya. Astaga, ia sama sekali tidak berani membayangkan kemungkinan yang terjadi seandainya tadi ia tidak nekat mengikutinya. Mengingat mobil yang terus melaju tanpa gadis itu sadari tadi sudah benar – benar membuat lemas dirinya.

"Gue nggak papa. Loe sendiri? Apa ada yang sakit?" kali ini suara Erwin terdengar melembut.

Kepala Rani mengeleng berlahan. Secara fisik memang nggak ada sih, tapi...

"Maaf," hanya satu kata itu yang mampu lolos dari bibirnya. "Gue... hiks hiks."

Rani tidak mampu melanjutkan ucapannya karena ia kadung terisak. Membuat Erwin merasa panik.

"Hei, Loe kenapa? Ada yang terluka?"

Lagi - lagi Rani mengeleng. "Bukan gue, kan yang luka elo?"

"Eh?" Erwin terlihat bingung.

Ia baru mengerti maksut ucapan Rani setelah melihat luka di lengannya.

"Gue nggak papa," balas Erwin sambil tersenyum menenangkan. "Yang gue khawatirin justru elo. Loe kenapa tadi jalan melamun. Emang lagi mikirin apa?" tanya Erwin lagi.

Rani mendongak. Menatap lurus kearah mata Erwin yang juga tengah mengatapnya. Dihelanya nafas untuk sejenak. Tangannya terulur mengusap air mata di pipinya.

"Gue lagi mikirin cara buat ngelupain elo," Suara lirih Rani.

"Apa?" tanya Erwin tidak yakin dengan apa yang ia dengar barusan.

Kali ini Rani berusaha tersenyum. Kepalanya sedikit menunduk sebelum kemudian berbalik. Berlalu pergi meninggalkan Erwin yang masih belum menyadari apa maksudnya. Bahkan hanya untuk menyadari kalau Rani sudah pergi meninggalkannya.
"Loe gimana si bro?"

"Ha?" mulut Joni mangap bingung.

Pasalnya sahabatnya yang satu itu tiba - tiba muncul langsung melontarkan pertanyaan yang nggak berujung pangkal. Joni saja tidak menyadari kapan pria itu muncul.

"Atas saran loe gue harus pura - pura menjauhi Rani. Oke gue udah lakuin. Loe bilang gue harus deket sama cewek lain biar dia cemburu. Juga gue turutin. Tapi kenapa malah gini hasilnya?" sungut Erwin lagi.

Ngomong - ngomong, Joni memang pernah menyarankan Erwin bahwa salah satu trik untuk mendapatkan gadis yang ia suka adalah dengan membuatnya cemburu. Teori abstrud yang ia dapat entah dari mana dan dengan bodohnya Erwin manut saja.

"Emang hasilnya gimana?" tanya Joni pasang tampang polos.

"Dia malah berusaha buat ngelupain gue," sahut Erwin terlihat frustasi. Gimana nggak furstasi, di pikirin enggak di lupain iya.

Kepala Joni tampak mengangguk - angguk. Entah karena mengerti atau sok bergaya. Tapi beberapa saat kemudian tawa segera meledak dari mulutnya. Membuat sebuah pukulan ringan mendarat di bahu. Siapa lagi kalau bukan kerjaan si Erwin yang merasa kesel karenanya. Hei memangnya boleh ya menertawakan penderitaan orang. Apa lagi orang itu adalah sahabatnya sendiri.

"Berhenti nggak loe. Nggak ada yang lucu."

"Ehem, tunggu dulu. Loe jangan gampang marah gitu donk. Coba loe cerna ulang ucapan loe barusan. Bukannya itu artinya saran gue berhasil?"

"Maksut loe?"

"Hei, ayolah. Rani berusah ngelupain loe," ulang Joni sengaja mengeja kalimatnya satu satu. Erwin hanya mengangkat sebelah alisnya tanda ia masih belum mengerti kemana pembicaraan ini akan di bawah. Membuat Joni mencibir. Ini kenapa temannya jadi lemot gini.

"Ck, ya itu artinya dia selalu inget sama elo kan? Secara kalau nggak inget apa yang mau di lupain?"

Erwin bengong. Ah benar juga. "Jadi artinya?"

Kepala Joni mengeleng sambil angkat bahu. Tidak semua pertanyaan butuh jawaban. Karena memang tidak semua tanya ada jawabnya. Walau ada, kadang berbeda. Dan tidak semua orang bisa menerima perbedaan. Kesimpulannya...

"Silahkan loe cari tau sendiri. Yang jelas, saran gue berhasil," usai memberikan wejengannya, Joni menepuk - nepuk pungung Erwin seolah dengan tepukan tersebut bisa memberikannya kekuataan secara ajaib. Atau paling tidak bisa membuat pria tersebut mengerti apa maksud dari ucapannya barusan.

Keesokan harinya, Erwin melangkah ringan memasuki halaman kampusnya. Setelah memikirkan semalaman sepertinya ia mulai mengerti maksud dari obrolannya dengan Joni kemaren. Tak bisa dicegah sebuah senyuman terukir di bibirnya. Senyum bahagia. Walau tak urung ia juga merasa geli sendiri. Baru membayangkan Rani juga menyukainya saja sudah membuat hatinya begitu bahagia. Bagaimana kalau gadis itu benar - benar menyukainya.

Namun sayangnya, senyum di bibir Erwin mendadak lenyap saat tanpa sadar saat matanya menangkap pemandangan tak jauh darinya. Gadis yang sedari kemaren bermain di kepalanya kini beneran muncul di hadapan. Mungkin itu akan membuatnya bahagia kalau saja ia tidak melihat secara nyata Rani yang baru turun dari motor seseorang cowok yang entah siapa.

"Sial," geramnya kesel. Jangan - jangan perasaan ini juga dirasakan Rani kemaren saat melihatnya bersama Syintia.
Masih berdiri terpaku, Erwin terus memperhatikan gerak gerik Rani di kejauhan. Senyum yang tergambar di bibir gadis itu memperburuk keadaan karena ia menyadari senyum itu bukan untuknya. Berniat berbalik, Erwin justru malah melangkah menghampiri Rani saat melihat gadis itu melangkah sendirian.

"Rani."

Merasa dipanggil Rani langsung menoleh. Keningnya sedikit berkerut bingung saat mendapati langkah Erwin yang menghampirinya.

"Ada apa?" tanya Rani begitu Erwin tiba di hadapannya.

"Ehem," Erwin tampak menetralkan suaranya sebelum kemudian melanjutakan "Tadi itu siapa?" tanya Erwin langsung.

"He?" Rani terlihat bingung, Membuat Erwin merasa gemes sendiri.

"Oh yang tadi bareng gue?" tanya Rani lagi. Kali ini Erwin hanya membalas dengan anggukan.

"Mahasiswa baru kayaknya," balas Rani gantian membuat Erwin Bingung.

"Kayaknya?" ulang Erwin lagi.

Kepala Rani mengangguk membenarkan.

"Tadi di simpang depan gue ketemu dia. Kayanya si lagi kebingungan gitu. Waktu gue hampiri, ternyata dia nyari kampus kita. Setelah gue kasi tau alamatnya and bilang kalau gue juga kuliah disini, dia nawarin bareng. Ya udah," terang Rani yang kontan membuat Erwin menatap tajam kearahnya.

"Elo nggak tau dia siapa dan loe maen naik aja?" Tanya Erwin tanpa sadar menaikan nada suaranya.

Kepala Rani mengangguk membenarkan. Rasa takut yang entah datangnya dari mana menjalar di hati. Hei, Kenapa Erwin harus marah? Memangnya ia melakukan kesalahan.

"Jangan pernah loe melakukan hal seperti itu lagi. Ngerti!" sambung Erwin penuh penekanan.

"Memangnya kenapa?" tanya Rani polos.

"Kalau dia penjahat bagaimana?"

Rani terdiam sebelum kemudian tertawa lepas. Membuat Erwin mengeram kesal. Apanya yang lucu?.

"Ya ela Erwin. Emangnya gue anak kecil apa? Gue masih bisa bedain kali yang mana orang baik yang mana orang jahat. Lagian loe ini ada - ada aja. Masa orang seimut dia di bilang penjahat. Tadi ngomongnya aja sopan kok. Serius deh," terang Rani tampa memperdulikan ekspresi kesel Erwin sama sekali.

Imut dari mananya coba!

"O gitu? Jadi loe naksir sama dia?"

"He?" Rani menoleh bingung. Kalimat apa itu.

"Mana mungkin gue naksir dia. Yang gue taksirkan elo," sambung Rani bergumam lirih.

"Apa?"

Dengan cepat Rani menutup mulutnya sendiri. Menyesali dalam hati akan kebiasaannya dari dulu yang suka asal nyeplos. Dan kemudian berbalik dengan cepat. Berlari meninggalkan Erwin yang masih terpaku. Tak percaya akan kalimat yang ia dengar barusan.

Kemudian dengan langkah ringan Erwin kembali melangkah menuju kekelasnya. Seulas senyum kembali bertenger manis di bibir menyadari satu kenyataan baru. Bahwa Rani ternyata benar - benar menyukainya menyukainya.

Next to Cerpen Kala Cinta Menyapa ~ 12

Detail Cerpen
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

13 comments for "Cerpen Cinta Romantis | Kala Cinta Menyapa ~ 11 / 13"

  1. Gimana yaahhhh!?????????


    Terserah ajaaah deeh...
    Saiiiaaa maah, hanya bisa membaca...
    Hehehehe
    semangat ajah deeehhhh..

    ReplyDelete
  2. Lanjut dong kaka.. :')
    Ending nge-gantung kagak seruu :D

    ReplyDelete
  3. @Nia kirana , Pasrah nie ye.... :p

    @NhaHanNha, Syip. Ntar kalo idenya muncul, ana lanjutin lagi ya....

    @kristianti , Ngegantung...... ^_^

    PS: Ini bukan ending kok.....

    ReplyDelete
  4. Hehehehe...
    Idenya di kak ana ini....
    Vi moga idenya cepet terperoses...

    ReplyDelete
  5. Qoq gak ada lanjutan lagi niee...


    Idenya mentook dimna nie..?

    ReplyDelete
  6. keren ceritanya... ^^ kunjungi juga
    www.dirawind.blogspot.com

    ReplyDelete
  7. keren ceritanya... ^^ kunjungi juga
    www.dirawind.blogspot.com

    ReplyDelete

Belajar lah untuk menghargai sesuatu mulai dari hal yang paling sederhana...