Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita SMA Diera diary ~ 02 {Update}

Oke man ceman. Cerita soal serial Diera diary kita lanjutin ya. Yah masih seputar tentang kisah diera dan pangeran es nya sih. Secara kira - kira gimana sih kelanjutan hubungan keduannya. Biar lebih jelas kita langsung baca aja yuk cerita sma Diera diary ~ 02. Oke?

Oh iya. Hampir aja lupa. Untuk mempermudah sekalian biar ngerti gimana sama jalan cerita sebelumnya, mending baca Diery Diera bagian satunya yang sudah di posting di postingan sebelumnya. Selamat membaca… :D

Cerita SMA Diera diary ~ 02


Seminggu telah berlalu tapi diary tersebut tetap nggak di ketemukan. Bahkan Diera sempat minta izin sama orang tuanya untuk pindah ke sekolah lain saja. Tapi nggak di perbolehkan karena ia sudah masuk kekelas tiga. Akhirnya Diera pasrah dengan apapun yang akan terjadi. Tapi ia Heran karena walaupun seminggu telah berlalu tidak ada seorang pun yang ketahuan menemukannya.

“Diera udah donk. Sampai kapan sih loe bakal sedih gitu. Ayo donk semangat lagi kayak dulu” kata Lilly pas istirahat.

“Ia ra. Kita jadi ikutan sedih nih…” tambah Anggun.

“Kalian tenang aja. Gue udah nggak papa kok. Sori ya bikin kalian kuatir karena mikirin gue.”

“Nggak papa lagi. Lagian itu kan namanya temen.”

“Ya udah mending kita kekantin yuk sekarang” ajak Hera kemudian.

“Yuk… gue juga udah laper nih….” tambah Lilly.

“Ya udah kalian pergi aja duluan. Gue mau ke toilet dulu bentar, ntar gue nyusul,” balas Diera.

“Bener kan ntar loe nyusul?” tanya Anggun lagi.

“Ia. Gue cuma bentar kok.”

Begitu sampai di pintu kantin Diera memandang ke sekeliling mencari-cari dimana teman-temannya, karena kebetulan dikantin memang lagi rame-ramenya. Begitu melihat Hera yang melambai kearahnya ia langsung menuju ke arah meja teman-temannya. Karena matanya terus tertuju ke mereka ia nggak sengaja nabrak Andreani yang kebetulan mau berdiri.

“Eh kalau jalan liat-liat donk. Nggak liat apa gue segede ini di tabrak” bentak Andreani.

“Ups… sory. Gue nggak sengaja” kata Diera merasa bersalah.

“Heh… loe sengaja kan. Gara-gara kemaren gue nyiram buku loe” tambahnya sambil mendorong nya dengan kuat. Hampir saja ia jatuh kebelakang. Untunglah ada seseorang yang menahanya. Dan begitu melihat siapa yang sudah menolongnya Diera langsung mendelik kaget.

“Rian?” Andreani nggak percaya.

Diera masih terdiam menatap Rian yang juga menatapnya.

“ Kenapa?. Segitu terpesonanya loe sama gue sampai sampai kayaknya seneng banget di pegangin gini sama gue.”
Kata-kata ketus yang di lontar kan Rian segera membuyarkan lamunan Diera, ia baru nyadar gimana posisinya saat itu, dan segera berdiri.

“Ih pede banget sih loe. Lagian Siapa juga yang seneng di pegangin gitu. Emang tadi gue yang minta di tolongin sama loe. Lagian kalau nggak terpaksa juga, ambit amit deh” balas Diera.

“Heh…. Oh ya?.... Yakin?” Tanya Rian samabil menyeringai. Kemudian segera berlalu dari hadapannya.

Diera bingung “apa sih maksutnya?”. Anderani menatap kearahnya dengan tajam. Sebenernya ia masih mau marah lagi tapi urung dan memilih mengikuti Rian pergi. Sok akrab gitu. sayang tetap dicuekin sama Rian.

“Kayaknya tu orang kelamaan tinggal di kutup deh… makanya dingin banget. Heran deh kok ada yang tipe orang kayak gitu?” gumam Diera melihatnya. Tapi ia kembali ingat teman-temannya dan langsung menuju mereka yang sudah dari tadi menunggunya.

“Ada apa si Ra?” tanya Anggun yang tadi sempet melihat keributan.

“Nggak ada apa-apa kok. Ya Cuma biasa lah tuh Andreani. Kayak nggak kenal aja….” terang Diera sambil duduk di samping Hera dan langsung mengambil daftar menu.

“ Gak usah di baca lagi. Loe udah gue pesenin, miso sama es rumput laut kan?” ujar Anggun.

“Oh ya… ma kasih deh. Kalian tau aja selera gue…”.

Cerita SMA Diera Diary ~ 02

Berhubung waktu liburan hampir tiba. Pihak sekolah akan mengadakan acara camping persama. Tapi hanya gabungan kelas tiga yang terdiri dari 6 lokal. Termasuk ipa dan ips. Untuk itu masing-masing dari kelas di minta 3 orang dari masing-masing kelas untuk menjadi panitinya. Berhubung Lilly juga menyandang sebagai bendahara kelas di putuskan agar dia saja yang menjadi perwakilannya bersama Vandi dan Bastian yang selama ini masing-masing menyandang sebagai ketua kelas dan wakilnya.

Untuk itu di adakan rapat tentang pengaturan jadwal serta perlengakpannya berserta wakil-wakil dari kelas lain.

“Oh ya li, gimana sama acara camping di sekolah kita?” Tanya Anggun saat mereka berkumpul bareng di kafe langanan mereka sore itu.

“YA gitu deh… gue tetap seksi bagian konsumsi. Asik kan” jelas Lilly sambil menyeruput es sirupnya.

“Wah seru tuh, artinya kita nggak bakal kelaperan nih…”.

“Ia. Beres milih lagi. Kan sama loe” tambah Diera.

“Huh…. Maunya……..” gerut Lilly. Yang lainnya hanya tertawa menanggapinya.

“Eh tapi ada lagi yang bikin gue lebih seneng. Coba kalian tebak gue jadi seksi konsumsi barenag sama siapa?” tambahnya Lilly kemudian.

“Bareng siapa emang?” Hera balik nanya.

“Bareng Rian!”

“What?. Serius loe?” Narnia kaget.

Lilly nganguk sambil senyum-senyum kesenengan gitu. Jelas saja yang laen pada ngiri.

“huh apa bagus nya kerja bareng sama patung hidup gitu” komentar Diera.

“Maksut loe?”

“Ntar loe juga tau sendiri….” Terang Diera kemudian mengabaikan reaksi teman-temannya yang masih nggak ngerti akan maskut dari ucapannya.

Keesokan harinya seperti biasa, Diera selalu menghabiskan waktu istirahat untuk kumpul di kanti ataupun halaman taman belakang sekolah. Dan kali ini kantin yang giliran menjadikan pilihannya. Sembari menikmati jajanan, ngobor bareng memang mengasikan.

“Kenapa loe?” tanya Narnia heran melihat tanpang kusut Lilly yang baru ikutan gabung abis rapat masalah camping yang akan di adakan semingu lagi.

“Gue heran deh… Kok ada yang orang kayak gitu” sahutnya tanpa ujung dan pangkal.

“Maksutnya?”

“Ia. Tuh si Rian. Suwer anaknya nyebelin banget.”

“Ha ha ha…. Gue bilang juga apa” balas Diera sambil ketawa.

“Gimana ceritanya sih?” Hera penasaran.

“Tau nggak. Ngomong ma dia kaya ngomong ama tempok tau nggak. Gue udah ngomong panjang lebar dia balesnya kalau nggak ‘ia’, ‘bisa’ atau ‘terserah loe’. Nyebelin kan. Mana si Andreani kecentilan lagi… nempel aja deket dia kayak perangko… hiii….”

“Masa sih?. Tapi dia kan cool banget” Narnia sanksi.

“Ia cool. Kulkas. Makanya dingin.”

Diera makin ngakak mendengarnya.

“Eh udah deh dari pada kalian ngomongin dia mending kita ganti topic aja. Ntar sore jadi jalan ke pantai kan?” Diera mengalihkan pembicaraan.

“Jadi donk. Gue udah ngotot sama kakak gue juga kalau hari ini kendaraannya gue yang pake. Masa batal” kata Anggun.

Dan sore harinya, mereka semua sudah ngumpul di depan rumah Hera. Siap mau berangkat. Hanya tinggal menunggu Lilly yang masih belum nongol juga. Padahal udah setengah jam menunggu. Tadi bilang nya si udah di jalan. Tapi kok jam segini belum muncul-muncul juga.

Diera terus memandang ke jalan. Kali aja tu anak udah nongol. Abis makin lama makin sore. Janjinnya kan puku 03:30 dan sekarng sudah pukul empat setengah lebih. Tiba-tiba hp Anggun berdering. Tulisan di layarnya Lilly calling… buru-buru di angkatnya.

“Hoi di mana sih loe. Lama benget. Udah pegel nih kita nunggunya. Nggak nongol-nongol juga” semprot Anggun tanpa basa basi lagi.

Tapi tak berapa lama kemudian raut mukanya segera berubah kaget bercampur cemas mendengar kabar dari temannya yang satu itu. Jelas aja yang lain pada penasaran.

“Ada apa ngun?” Tanya Diera begitu telp di matikan.

“Lilly kecelakaan” balasnya lirih.

“Apa?” air di botol aqua yang lagi di pegang Narnia langsung jatuh.

“Ia sekarang ia udah di di rumah sakit.”

“Terus gimana keadaannya dia?. Parah nggak. Kok bisa sih. Di rumah sakit mana?” tambah Hera.

“Dirumah sakit Beika… Gue juga nggak tau gimana. Mending kita sekarang langsung ngecek ke sana. Oke….” Ajak Anggun. Semuanya langsung setuju. Tanjap gas ke rumah sakit.

Untunglah Lilly nggak apa-apa. Hanya cedera ringan saja. Tapi kakinya masih sakit. Dan dia di haruskan untuk istirahat dulu selama seminggu ini sama dokter.

Berhubung Lilly tidak bisa masuk ke sekolah, maka tugas sebagai seksi acara camping besok harus di ganti. Akhirnya semuanya sepakat kalau Diera yang mengantikannya.

“HA?... kok gue sih. Nggak mau” tolak Diera cepet saat di tunjuk.

Tapi percuma karena keputusan sudah bulat dan nggak bisa di gangu gugat lagi. Dengan terpaksa Diera ngalah.
Saat istirahat, Diera mencari-cari Rian karena sekarang ia yang harus kerja berpasangan dengannya. Setelah di cari cari ternyata tu anak lagi nongkrong sendirian di bawah pohon jambu di taman belakang sekolah sambil membaca buku.

Diera ngumpet di deket pohon bunga. Ia ragu. Mau nyamperin atau nggak. Karena mengingat tingkah laku nya yang bikin bete. Tanpa ia sadari ternyata Rian sudah melihatnya dan bingung karena di malah ngumpet di situ.

“Ehem ehem.”

Diera kaget. Karena Rian kini sudah ada di depannya.

“Eh Rian” Diera jadi salah tingkah.

“Segitu naksirnya ya loe sama gue sampai ngintipin gue segala.”

Kuping Diera langsung panas mendengarnya. Ni orang bener bener ya……..

“Ye…… siapa juga yang ngintipin loe. Sembarangan aja. Jadi orang pede banget sih ngalahin surti ” balas nya sewot.

“Terus apa coba namanya memperhatikan seseorang sambil ngumpet kayak gitu.”

Diera makin salah tingkah.

“O itu…. Anu… gue mau bilang kalau Lilly kecelakaan. Dan dia harus libur selama seminggu.”

“Terus apa urusannya sama gue. Kenal juga nggak” balasnya.

“Apa loe bilang? Kenal juga enggak?. Huh …. Nyebelin banget sih jadi orang!” bentak Diera sebel.

Gantian Rian kaget. Ini kedua kalianya ia di bentak sama cewek. Bahkan oleh orang yang sama. Tiba-tiba ia mengulurkan tangnanya menyentuh kening Diera.

“Apa sih loe” katanya sambil menepis tangan Rian.

“Loe sakti ya. Mending istirahat di rumah aja deh” katanya kemudian sebelum akhirnya berlalu pergi tapi Diera buru-buru menghadang jalannya.

“Mau loe apa sih?”

“Maksut loe ngomong gue sakit tu apa?” Diera balik nanya.

“Eh belum nyadar dia,” ledek Rian sinis. “coba deh loe pikir, ngumpet-ngumpet ngintipin orang, terus ngomong ngelantur nggak jelas. Eh sekarang malah marah. Apa coba namanya kalau bukan sakit?. Mana kenal juga nggak lagi.”

“Gue nggak ngintip kok,” bantah Diera cepat.

“Terus…..?”

“Ya Cuma datangnya diem-diem” ralat Diera. Rian berusaha menahan senyum mendengar nya.

“O…..” balas Rian sambil berbalik pergi. Soalnya dia nggak mau ketauan pengen ketawa. Oh ya, Satu hal yang paling jarang ia lakukan adalah tersenyum sama orang
lain apa lagi tertawa.

“Eh tunggu dulu” cegah Diera sambil menarik tangan Rian agar jangan pergi dulu.

Rian langsung berbalik dan menatap tajam kearahnya. Diera buru-buru nyadar dan ngelepasin pegangannya. Jadi salah tingkah deh dia.

“Apa lagi?”

“Gue kan tadi bilang gue kesini mau kasih tau kalau Lilly sakit.”

“Gue juga kasih tau kalau gue nggak kenal dan nggak ada urusannya sama gue.”

“Nggak ada urusannya gimana. Bukannya kalian berdua jadi seksi konsumsi untuk acara camping bareng besok ya?”.

Rian terdiam sejenak mendengarnya. “O jadi maksut loe cewek tomboy itu namanya Lilly…” balas Rian kemudian.

“Ha? Jadi selama ini loe nggak tau namanya dia?” Diera kaget.

“Gue nggak pernah nginget nama orang-orang yang nggak penting” ujar Rian cuek.

“Huh bener-bener nyebelin ya ngomong sama loe. Bisa gondok gue kalau lama-lama di sini. Mending gue pergi aja dih” Diera langsung balik kanan dan meninggalkan Rian.

“Kenapa tu orang?” gumam Rian heran sambil menatap kepergian Diera.

“Ya tuhan gue kan tadi mau minta schedule buat kegiatan besok” kata Diera sambil menepuk jidatnya.

“Gara gara die rese sih gue jadi lupa deh” tambahnya lagi sambil duduk di bangku kelasnya sendirian. Karena ini kan masih jam istirahat. Teman-temannya pasti masih pada di luar.

Keesokan harinya, Diera kembali menemui Rian. Di tempat yang sama. Heran deh. Tu orang hobi banget menyendiri. Jangan-jangan ada kelainan jiwa lagi. Gumamnya sambil tertawa.

“Eh loe lagi. Mau apa?” Tanya Rian ketus tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang sedang di bacanya.

“Kalau loe kesini Cuma mau ngasih tau soal temen loe yang sakit itu lagi. Nggak usah deh, gue masih inget” sambungnya.

“Gitu ya?.... jadi Lilly termasuk orang yang penting dalam hidup loe sekarang.”

Rian langsung menoleh. Kaget.

“Maksut loe?”

“Ye…. Kan loe sendiri kemaren yang bilang kalau loe nggak akan mengingat hal hal yang nggak penting. Terus sekarang, gue belum juga ngomong eh loe udah ngomong duluan” balas Diera sambil tersenym.

“Gue Cuma nggak mau ngedengerin oceh loe lagi.”

“Oye ke….?” Ledek Diera.

“Ah udah deh, loe mau ngapain lagi kesini. Nggangu aja tau nggak sih” ujar Rian lansung tanpa basa basi.

“Ya masih masalah kemaren. Gue lupa bilang. Kalau sekarang gue yang gantiin Lilly, makanya gue kesini mau minta schedule acara kita besok,” terang Diera .

“Elo yang gantiin?” ujar Rian. Diera langsung mengangguk. Rian malah menatapnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“Kok mandang gue kayak gitu sih. Memang nya kenapa kalau gue?” Diera keki.

“Nggak. Cuma Heran aja. Cewek kurus kayak loe yang jadi bagian konsumsi. Apa nggak bakal abis tu makanan di makan sama loe.”

“Sembarangan..!!!!” Diera sewot mendengarnya.

Rian cuek aja. Ia malah mengalihkan pandangannya dan kembali asik sama buku-bukunya.

“Kok di dunia ini ada ya makhuk kayak gini?” gumam Diera dalam hati sambil masih berdiri di depan Rian.

“Loe kok masih nggak pergi-pergi sih?” Tanya Rian tanpa menoleh. Diera diam saja. Dia terus menatap tajam ke arah Rian.

Rian mengulangi ucapannya. Tapi Diera masih tetap diam. Akhirnya Rian menatap tajam ke arahnya.

“Loe mau apa lagi sih?” ulangnya lagi.

“Mau nelen loe……” balas Diera ketus.

Dan kali ini Rian tidak mampu menahan tawanya untuk tidak keluar.

“Udah di bilang tadi gue mau minta schedule kegiatan besok.”

“Diera…. Diera loe tu beneran lucu ya. Padahal loe kan bisa minta sama seksi yang laen. Kenapa mesti gue. Pasti karena loe naksir sama gue kan?”

“Naksir sama loe?.. amit amit deh. Tapi kayaknya loe bener deh. Tau gini mending gue minta sama yang laen dari kemaren deh. Padahal tadinya gue piker kalau minta sama loe kan lebih jelas. Secara kita sama-sama seksi konsumsi. Huh…. Ternyata loe bener bener nyebelin” Diera pergi.

Begitu Diera pergi, perhatian Rian kembali ke buku-bukunya. Ia tiba-tiba kaget karena Diera sudah kembali ada di depannya.


“Ha?!. Kok loe balik lagi. Apa ada lagi yang ketinggalan?”

“Ia gue mau nanya.”

“Nanya apa lagi. Bukanya tadi loe bilang loe mau minta schedule besok sama orang lain aja. Apa loe masih berharap gue aja yang ngasih ?”

“Bukan itu….”.

“Terus?”

“Tadi loe manggil gue apa?.... Diera?... emang sejak kapan loe tau nama gue. Perasaan gue nggak pernah kasih tau nama gue ke elo deh.”

Rian langsung terdiam. Dia baru nyadar kalau tadi di keceplosan ngomong.

“Kok diem?” tanya Diera lagi. Rian jadi makin bingung ngejawabnya.

“Loe tu bener-bener cewek aneh ya, kemaren gue nggak tau nama temen loe. Loe nya malah marah nggak jelas. Sekarang giliran gue tau nama loe. Loe nya malah protes, terus maunya apa?” Rian berusaha ngeles.

“O gitu ya?........ kira in………” gumamnya lirih.

“Kirain apa?. Jangan-jangan loe pikir gue naksir lagi sama loe. Nggak usah ge’er deh.”

“Bukan gitu… kirain gue termasuk orang penting buat loe inget. Soalnya loe kan Cuma nginget hal-hal penting.”

Rian langsung melotot mendengarnya.

“Ia ia . gue pergi….. “ kata Diera. ”Mau nya marah mulu. Lekas tua baru tau” sambungnya lirih.

“Apa loe bilang barusan?” .

“Eh nggak ada apa-apa kok. Gue bilang loe keren.”

“Emang gue udah keren dari dulu. Kenapa baru nyadar loe….”

Diera monyongkan mulutnya sebelum pergi. Nyesel dia tadi ngomong gitu.

Bersambung ke bagian selanjutnya pada Cerita SMA Diera diary ~ 03

~ With Love ~ Ana Merya ~
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~